Populasi Global di Bumi Tembus 8 Miliar Jiwa, PBB: Pertumbuhan Melambat

Kamis, 24 November 2022 10:25 WIB

Suster merawat bayi yang baru lahir di rumah sakit Hotel Dieu di Beirut, Lebanon, 15 November 2022. PBB memproyeksikan populasi dunia akan mencapai sekitar 8,5 miliar pada 2030, 9,7 miliar pada 2050 dan 10,4 miliar pada 2100. REUTERS/Mohamed Azakir

TEMPO.CO, Jakarta - Populasi global saat ini sudah tembus 8 miliar jiwa, tepatnya per 15 November yang baru lalu. Ini berdasarkan laporan World Population Prospects 2022, yang juga menyatakan India akan menggantikan Cina sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia pada tahun depan.

“World Population Day tahun ini menjadi tonggak tersendiri, ketika kita mengantisipasi kelahiran penduduk ke-8 miliar di Bumi," kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres saat memperingati Hari Populasi Dunia pada 11 Juli 2022, seperti dikutip dari laman un.org.

Menurut Guterres, tahun ini menjadi tonggak untuk merayakan keberagaman di Bumi, sekaligus menyadari dasar-dasar kemanusiaan, serta mengagumi kemajuan bidang kesehatan yang telah memperpanjang usia harapan hidup manusia dan secara dramatis mereduksi tingkat kematian ibu dan anak.

"Pada waktu yang sama, tahun ini mengingatkan tanggung jawab kita bersama untuk merawat Bumi dan momen bagi kita untuk berefleksi di mana kita masih begitu jauh dari komitmen-komitmen kita satu sama lain," katanya menambahkan.

Isi Laporan World Population Prospects 2022

Advertising
Advertising

World Population Prospects 2022 adalah edisi ke-27 dari angka proyeksi dan perkiraan populasi resmi dari PBB. Laporannya mencakup angka perkiraan dari 1950 sampai sekarang untuk 237 negara atau wilayah di dunia.

Dalam laporannya yang terbaru, terbit bersamaan dengan World Population Day pada Juli lalu, PBB menyebut populasi global saat ini tumbuh pada lajunya yang paling lambat sejak 1950, yakni tak sampai satu persen pada 2020. PBB menghitung pertumbuhan dari 7 ke 8 miliar terjadi dalam 12 tahun, sedangkan dari 8 ke 9 miliar nanti diproyeksinya akan butuh sekitar 15 tahun.

Proyeksi termutakhir oleh PBB memperkirakan populasi global bisa terus tumbuh sampai sekitar 8,5 miliar pada 2030 dan 9,7 miliar jiwa pada 2050. Proyeksi puncaknya adalah sekitar 10,4 miliar jiwa pada 2080-an dan akan tetap sampai 2100.

Populasi India.[Hindustan Times]

World Population Prospects 2022 juga menyebutkan kalau tingkat kesuburan telah menurun signifikan dalam beberapa dekade terakhir di banyak negara di dunia. Saat ini, dua per tiga dari populasi global hidup di negara atau wilayah di mana tingkat kesuburan seumur hidupnya di bawah 2,1 kelahiran per perempuan.

Angka itu setara yang dibutuhkan untuk zero growth sebuah populasi dengan mortalitas yang rendah. Secara keseluruhan, populasi di 61 negara atau wilayah diproyeksi akan menurun satu persen atau lebih antara 2022-2050.

Negara Penyumbang Penambahan Populasi Global

Lalu, dari mana sumber peningkatan populasi global hingga tembus 8 miliar saat ini dan menuju 9 miliar itu?

<!--more-->

Laporan World Population Prospects 2022 menyebut lebih dari separuh dari peningkatan populasi global yang diproyeksi bakal terjadi sampai 2050 akan terkonsentrasi di delapan negara: Republik Demokratik Kongo, Mesir, Etiopia, India, Nigeria, Pakistan, Filipina dan Republik Tanzania Bersatu.

Negara-negara sub-sahara Afrika diperkirakan memberi kontribusi lebih dari separuh dari peningkatan populasi global sampai 2050 nanti. Secara umum pula, negara dengan tingkat kesuburan tertinggi cenderung mereka yang dengan pendapatan per kapita terendah atau negara-negara miskin.

"Hubungan antara pertumbuhan populasi dan pembangunan yang berkelanjutan adalah kompleks dan bersifat multidimensi," kata Liu Zhenmin, dari Sekretariat Jenderal PBB untuk Masalah Ekonomi dan Sosial.

Dia menjelaskan, pertumbuhan populasi yang cepat membuat upaya penghapusan kemiskinan, memerangi kelaparan dan malnutrisi, dan peningkatan cakupan sistem edukasi dan kesehatan menjadi lebih sulit. Sebaliknya, Liu menambahkan, pencapaian Sustainable Development Goals, terutama yang berelasi ke kesehatan, pendidikan dan persamaan gender akan berkontribusi ke pengurangan tingkat kesuburan dan memperlambat pertumbuhan populasi dunia.

Bonus Demografi tak Hanya di Indonesia

Di kebanyakan negara sub-Sahara Afrika, seperti halnya juga di Asia dan Amerika Latin dan Karibia, penduduk usia produktifnya (25-64 tahun) telah meningkat berkat menurunnya fertilitas belakangan ini. Pergeseran atau perubahan ini menyediakan peluang untuk percepatan pertumbuhan ekonomi per kapita, atau dikenal sebagai 'bonus demografi'.

Distribusi usia 65 tahun ke atas dalam populasi global diproyeksi meningkat dari 10 persen pada 2022 menjadi 16 persen pada 2050. Pada titik ini, diperkirakan jumlah penduduk usia 65+ akan sebanyak dua kali lipat atau bahkan lebih jika dibandingkan yang balita. Atau, setara jumlahnya dengan yang di bawah usia 12 tahun.

Usia harapan hidup pada kelahiran mencapai 72,8 tahun pada 2019, meningkat hampir sembilan tahun dibandingkan 1990. Pada 2050 nanti, angkanya diproyeksi lebih panjang lagi yakni 77,2 tahun. Sedangkan usia harapan hidup di negara paling miskin berselisih tujuh tahun di bawah rata-rata global pada 2021.

Dampak Pandemi

Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi seluruh tiga komponen dari perubahan populasi. Harapan hidup global pada kelahiran turun ke 71,0 tahun pada 2021. Seperti diketahui, pandemi telah membatasi dengan sangat parah segala bentuk mobilitas manusia, termasuk migrasi internasional.

Penguman social distancing untuk pengunjung pantai St Pete yang dibuka kembali setelah pelonggaran lockdown ketika pandemi COVID-19 di Florida, 4 Mei 2020. REUTERS/Steve Nesius

Di beberapa negara, gelombang pandemi itu, yang datang silih berganti, mungkin telah berdampak pengurangan jangka pendek dalam hal angka kehamilan dan kelahiran. Sementara untuk banyak negara lain, ternyata, hanya ada sedikit bukti dari dampaknya kepada tingkat atau tren kesuburan.

John Wilmoth, Direktur Divisi Populasi di Departemen Masalah Ekonomi dan Sosial, PBB, memandang kebijakan lebih jauh dari negara-negara yang mengurangi fertilitas akan berdampak kecil saja ke laju pertumbuhan populasi sekarang sampai pertengahan abad ini. Alasannya, struktur usia muda dari populasi global saat ini.

"Meski begitu, efek kumulatif dari tingkat fertilitas yang lebih rendah, jika terpelihara sampai beberapa dekade, bisa menjadi dekselerasi yang lebih substansial dari pertumbuhan populasi global di paruh kedua abad nanti," katanya.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

6 jam lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

14 jam lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

1 hari lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

2 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

2 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

3 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

4 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

5 hari lalu

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

Jamaika secara resmi mengumumkan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara setelah musyawarah kabinet.

Baca Selengkapnya

Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

5 hari lalu

Ratusan Mayat Ditemukan di Dua RS di Gaza, PBB Serukan Penyelidikan

PBB menyerukan dilakukannya penyelidikan atas temuan ratusan mayat di dua rumah sakit di Gaza.

Baca Selengkapnya