Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

WHO: 99 Persen Populasi Global Hirup Udara tak Sehat

image-gnews
Pemerintah Indonesia dianggap belum memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menjalankan tatanan normal baru. Berikut ini perbandingan beberapa poin pedoman yang ditentukan WHO dengan kondisi di Indonesia.
Pemerintah Indonesia dianggap belum memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menjalankan tatanan normal baru. Berikut ini perbandingan beberapa poin pedoman yang ditentukan WHO dengan kondisi di Indonesia.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir seluruh populasi global, atau sebanyak 99 persen, menghirup udara yang kualitasnya tak mencapai standar terbaru yang ditetapkan WHO pada tahun lalu. Itu artinya pula sebanyak 99 persen populasi global terancam kesehatannya.

Sebanyak lebih dari 6.000 kota di 117 negara sekarang bisa memantau kualitas udara masing-masing. Datanya menunjukkan, orang-orang yang tinggal di dalamnya masih menghirup udara dengan konsentrasi debu halus dan nitrogen dioksida yang tidak sehat. Populasi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menderita paparan yang tertinggi.

Temuan ini mendorong WHO untuk menyoroti pentingnya membatasi penggunaan bahan bakar fosil dan mengambil langkah nyata lainnya untuk mengurangi tingkat polusi udara kota-kota dunia. Data dirilis menjelang Hari Kesehatan Sedunia pada 7 April yang tahun ini mengusung tema ‘Planet Kita, Kesehatan Kita’.

“Kekhawatiran energi saat ini menyoroti pentingnya mempercepat transisi ke sistem energi yang lebih bersih dan lebih sehat,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

Dia menyebut tantangan kembar di sektor kesehatan dari polusi udara dan perubahan iklim. "Menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk bergerak lebih cepat menuju dunia yang jauh lebih sedikit bergantung pada bahan bakar fosil.”

Pembaruan database kualitas udara WHO pada tahun ini memperkenalkan pengukuran di permukaan untuk konsentrasi rata-rata tahunan nitrogen dioksida (NO2), polutan perkotaan pada umumnya serta prekursor partikulat (debu) dan ozon. Ini juga mencakup pengukuran partikel dengan diameter sama atau lebih kecil dari 10 mikrometer (PM10) atau 2,5 mikrometer (PM2,5). Kedua kelompok pencemar tersebut terutama berasal dari aktivitas manusia yang berkaitan dengan pembakaran bahan bakar fosil.

Basis data kualitas udara yang baru adalah yang paling luas dalam cakupan paparan polusi udara di permukaan. Sebanyak lebih dari 2.000 kota atau permukiman manusia sekarang ini merekam data pemantauan di permukaan untuk partikel, PM10 dan/atau PM2,5. Ini menandai peningkatan hampir 6 kali lipat dalam pelaporan sejak database diluncurkan pada 2011.

Sejalan dengan itu bukti dasar kerusakan tubuh manusia telah berkembang pesat dan menunjukkan kerusakan signifikan yang disebabkan oleh bahkan tingkat rendah dari banyak jenis polutan di udara. Partikel debu, terutama PM2,5, mampu menembus jauh ke dalam paru-paru dan memasuki aliran darah, menyebabkan dampak kardiovaskular, serebrovaskular (stroke), dan pernapasan.

Ada bukti yang muncul bahwa partikel berdampak pada organ lain dan juga menyebabkan penyakit lain. Sedangkan polutan NO2 dikaitkan dengan penyakit pernapasan, terutama asma, yang menyebabkan gejala pernapasan (seperti batuk atau kesulitan bernapas), rawat inap di rumah sakit, dan kunjungan ke ruang gawat darurat.

WHO, kemudian, pada tahun lalu merevisi Pedoman Kualitas Udaranya, menjadikannya lebih ketat dalam upaya membantu negara-negara mengevaluasi kesehatan udara mereka sendiri dengan lebih baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Data kualitas udara global

Di 117 negara yang melakukan pemantauan, kualitas udara di 17 persen kota di negara berpenghasilan tinggi berada di bawah Pedoman Kualitas Udara WHO untuk PM2,5 atau PM 10. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, hanya satu persen kota yang memenuhi ambang batas yang direkomendasikan WHO.

Suasana lalu lintas di tengah polusi udara di Lahore, Pakistan, 24 November 2021. Tingkat kualitas udara di Lahore tercatat berada pada angka 348 atau jauh di atas ambang batas berbahaya pada level 300. REUTERS/Mohsin Raza

Secara global, negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah masih mengalami paparan yang lebih besar terhadap tingkat debu halus yang tidak sehat dibandingkan dengan rata-rata global. Tetapi pola NO2 berbeda, menunjukkan sedikit perbedaan antara negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah dan menengah.

Sekitar 4.000 kota di 74 negara mengumpulkan data hasil pengukuran NO2 di permukaan. Secara gabungan, pengukuran mereka menunjukkan bahwa hanya 23 persen orang di tempat-tempat ini menghirup konsentrasi rata-rata tahunan NO2 yang memenuhi versi terbaru Pedoman Kualitas Udara WHO.

“Setelah selamat dari pandemi, tidak dapat diterima untuk masih memiliki 7 juta kematian yang dapat dicegah dan tahun-tahun kesehatan yang hilang yang tak terhitung jumlahnya karena polusi udara yang sebenarnya dapat dicegah,” kata Maria Neira, Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO.

WHO

Baca juga:
Ranking Polusi Debu Halus: Indonesia Terburuk ke-17, Jakarta ke-12

 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

13 jam lalu

Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati ilustrasi virus di luar pusat sains regional di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. [REUTERS/Phil Noble]
Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.


Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

5 hari lalu

Lalat buah. Kredit: Wikipedia
Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.


Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

7 hari lalu

Sejumlah warga berjalan saat hujan di Jakarta, Jumat 15 Maret 2024. BPBD DKI Jakarta menyampaikan potensi hujan dengan intensitas sedang dan lebat disertai kilat atau angin kencang, dimana kondisi tersebut dipicu aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang masih terpantau dan diprediksi aktif di wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Prediksi Cuaca BMKG: Jakarta Hanya Cerah di Pagi Hari, Siap-siap Hujan Petir

Jakarta diprediksi hujan sejak siang, Jumat. 19 April 2024. BMKG memprediksi hujan petir turun di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.


Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

9 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

14 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

18 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

19 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Hari Kesehatan Sedunia, 269 Juta Penduduk Indonesia Telah Ikut Program JKN

19 hari lalu

Suku Baduy, JKN Mempermudah Menjangkau Akses Kesehatan
Hari Kesehatan Sedunia, 269 Juta Penduduk Indonesia Telah Ikut Program JKN

Program JKN disebut telah mencegah 1,6 juta orang miskin dari kemiskinan yang lebih parah akibat pengeluaran biaya kesehatan rumah tangga.


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

20 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?


Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

22 hari lalu

Warga Palestina memeriksa kerusakan di Rumah Sakit Al Shifa setelah pasukan Israel mundur dari Rumah Sakit dan daerah sekitarnya setelah operasi dua minggu, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza 1 April 2024. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza