WHO Ganti Nama Virus Monkeypox Jadi Mpox, Simak Alasannya

Selasa, 29 November 2022 18:32 WIB

Ilustrasi virus monkeypox atau mpox. who.int

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia atau WHO memiliki nama baru untuk penyakit yang disebabkan virus monkeypox atau cacar monyet, yakni mpox. WHO mengumumkan nama itu pada Senin 28 November 2022 setelah mempertimbangkannya selama lebih dari lima bulan.

Alasannya, ketika wabah monkeypox sempat meluas pada tahun ini, rasisme dan bahasa stigmatisasi teramati beredar online dalam beberapa bentuk dan komunitas, dan dilaporkan ke WHO. "Dalam beberapa pertemuan, terbuka maupun tertutup, sejumlah orang dan negara mengangkat keprihatinan ini dan meminta WHO untuk mencari cara ke depan untuk mengubah namanya," bunyi pengumuman WHO.

Sebagai contoh, pada Juni, belasan ilmuwan meneken sepucuk surat yang menyerukan perubahan nama itu dan menyatakan nama lama, "diskriminatif dan mengandung stigma."

Baca juga: Di Balik Nama Covid-19 untuk Virus Corona Mematikan Asal Wuhan

Advertising
Advertising

Istilah monkeypox--yang bermula dari 1970--secara tidak perlu mengaitkan virus ke Afrika, dan untuk beberapa kasus, menguatkan pemikiran kalau penyakit ini eksklusif di Afrika dan bangsa Afrika. Padahal, para ilmuwan itu menambahkan, monyet dan primata nonmanusia lain bukanlah inang utama patogen di habitat liar--tapi hewan pengerat.

"Monkeypox sudah seharusnya dinamakan ulang untuk dua alasan utama yang satu di antaranya adalah tidak akurat secara saintifik," kata Ifeanyi Nsofor, advokat keadilan kesehatan global dan peneliti senior di Aspen Institute, sebuah organisasi nonprofit internasional, pada Agustus lalu.

Alasan kedua, dia menambahkan, 'monkey' telah lama digunakan sebagai hinaan rasis terhadap orang berkulit hitam, yang telah secara tidak tepat pula dipandang sebagai demografis utama yang terdampak mpox.

WHO menyatakan istilah monkeypox baru akan dihapus pada tahun depan, setelah 'mpox' diadopsi sebagai nama resmi. Menuju ke sana, mpox digunakan sebagai sinonim dari monkeypox.

Periode transisi satu tahun dimaksudkan untuk meminimalisir kebingungan yang disebabkan oleh perubahan nama di tengah wabah globalnya yang masih terjadi. Juga memberikan waktu untuk pembaruan International Classification of Diseases (ICD) dan publikasi WHO.

Baca juga: Wabah Baru Monkeypox, Dokter Ini Pernah Diminta Diam

Perubahan nama mengikuti rekomendasi WHO sebelumnya pada Agustus lalu, di mana badan itu menamai ulang galur, atau turunan yang berelasi secara genetik, dari virus-virus mpox. Sebelumnya, dua galur utamanya dikenal sebagai "Congo Basin" atau "Afrika Tengahn" dan "Afrika Barat".

Galur yang pertama kini dikenal sebagai Galur I dan yang kedua Galur II. Yang Galur II adalah yang kini merebak sebagai wabah global dengan ciri umumnya menyebabkan penyakit yang tidak separah dan tidak semematikan Galur I.

LIVESCIENCE, WHO

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu

Berita terkait

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

13 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

20 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

8 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

9 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

14 hari lalu

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.

Baca Selengkapnya

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

15 hari lalu

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

Cacar monyet atau Mpox bukanlah penyakit yang berasal dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

16 hari lalu

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya