Orang Indonesia Peringkat Pertama Manusia Terpendek di Dunia, Ini Alasannya

Senin, 20 Februari 2023 08:52 WIB

Penumpang KRL Commuter Line memadati stasiun saat transit di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin 30 Mei 2022. Kepadatan penumpang di Stasiun Manggarai itu imbas dari perubahan rute dan pola operasi KRL Commuter Line Jabodetabek. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan laman resmi worldpopulationreview, organisasi independen World Population Review (WPR) mendudukkan orang Indonesia pada peringkat pertama dengan tinggi badan rata-rata terpendek di dunia untuk usia dewasa sekitar 158 centimeter.

Setelah Indonesia, jajaran negara lainnya dengan tubuh terpendek yaitu, Bolivia dengan rata-rata tinggi badan 159 centimeter, Filipina 161 centimeter, Vietnam 162 centimeter, Kamboja 162,5 centimeter, dan Nepal 163 centimeter. Lalu, apa faktor atau alasan yang membuat Indonesia menjadi peringkat pertama orang terpendek di dunia?

Sebuah penelitian dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tentang genom manusia menemukan bahwa semua orang Indonesia adalah pendatang. Orang Indonesia merupakan campuran berbagai kelompok genetik Homo Sapiens yang hijrah dari Afrika selama puluhan ribu tahun melalui berbagai rute ke Nusantara.

Dari migrasi tersebut, penelitian ini menyatakan kaitannya dengan tiga jenis genetik, yaitu kromosom Y, struktur protein dari asam nukleat di dalam sel sperma (dari ayah kepada anak); DNA mitokondria, genetik dari ibu kepada anaknya; DNA autosomal yang diwarisi dari kedua orang tua, seperti dilansir theconversation.

Lalu, berdasarkan 6.000 sampel DNA dari berbagai lokasi di Indonesia digunakan untuk melihat haplogroup dan linguistik orang Indonesia. Sebanyak 3.700 orang dengan 35 kelompok etnis dari 6.000 sampel yang ada adalah pemilik DNA mitokondria. Pemilik genetik ini ditemukan dari haplogroup M, F, Y2, dan B di Indonesia bagian barat.

Advertising
Advertising

Orang-orang dari haplogroup ini sebagian besar adalah penutur bahasa Austronesia dari Asia Tenggara, Madagaskar, dan Kepulauan Pasifik. Sementara itu, bagian timur Indonesia ditemukan haplogrup Q dan P untuk orang Papua dan Nusa Tenggara yang merupakan penutur non-Austronesia. Di Kepulauan Mentawai dan Nias, haplogroup masyarakat tersebut bergabung dengan penduduk asli Formosa, penutur bahasa Austronesia.

Dari data tersebut, terlihat bahwa penelitian menggabungkan faktor genetika dengan arkeologi dan linguistik sehingga ini menunjukkan menemukan bahwa nenek moyang orang Indonesia datang secara bergelombang. Sejarah migrasi nenek moyang dimulai 72.000 tahun yang lalu ketika sekelompok Homo Sapiens melakukan perjalanan ke selatan dari benua Afrika ke semenanjung Arab menuju India.

Keturunan orang gelombang pertama ini tiba di tempat yang sekarang menjadi kepulauan Indonesia sekitar 50.000 tahun lalu. Saat itu semenanjung Melayu, Kalimantan, dan Jawa masih terhubung sebagai satu daratan dengan nama Sundaland dan gelombang pertama ini merantau ke Australia.

Tanda-tanda hadirnya Homo Sapiens dapat dilihat melalui temuan arkeologi di Sarawak, wilayah Kalimantan, sebagaimana dikutip Sapiens: Sejarah Ringkas Umat Manusia. Kemudian migrasi kedua, terjadi sekitar 30.000 tahun lalu datang dari daerah yang sekarang menjadi Vietnam. Selanjutnya, migrasi ketiga datang dari penutur Austronesia daerah Formosa sekitar 5.000-6.000 tahun lalu.

Selain itu, penyebaran agama Hindu dan kebangkitan kerajaan India sekitar abad ke-3 sampai ke-13 menciptakan berbagai haplogroup yang ditemukan dalam frekuensi kecil di Bali, Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Ada pula penyebaran Islam dari Arab dan temuan haplogroup O-M7 yang menjadi penanda orang-orang dari Cina.

Dengan migrasi dan penyebaran agama tersebut, genetika masyarakat Indonesia merupakan percampuran antara kelompok manusia yang berbeda. Data genetik dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepulauan Indonesia pernah menjadi pusat peradaban. Dengan begitu, investigasi genetika ditambah linguistik inilah yang mengungkap struktur populasi orang Indonesia, termasuk pengaruhnya dalam postur tubuh, khususnya tinggi badan.

Pilihan Editor: Orang Indonesia Peringkat Pertama Durasi Screen Time Ponsel di Dunia, Kategori Kecanduan Tingkat Tinggi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

11 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Pemeriksaan Post Mortem dan Ante Mortem Jenazah Kecelakaan KM 58 Tol Jakarta-Cikampek, Apa Itu?

24 hari lalu

Pemeriksaan Post Mortem dan Ante Mortem Jenazah Kecelakaan KM 58 Tol Jakarta-Cikampek, Apa Itu?

Identifikasi jenazah kecelakaan KM 58 Tol Jakarta-Cikampek melalui cara post mortem dan ante mortem, apakah itu?

Baca Selengkapnya

Selandia Baru Memperketat Penerbitan Visa, Angka Migrasi Capai Rekor

30 hari lalu

Selandia Baru Memperketat Penerbitan Visa, Angka Migrasi Capai Rekor

Selandia Baru akan memperketat penerbitan visa untuk membendung laju migrasi yang tinggi.

Baca Selengkapnya

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

38 hari lalu

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

Lewat publikasi ilmiah, sampel sehelai rambut itu dipastikan dari seekor harimau jawa.

Baca Selengkapnya

Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

39 hari lalu

Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

Baru-baru ini ada publikasi hasil analisis pemeriksaan DNA dari sehelai rambut yang membuktikan keberadaan harimau jawa di Sukabumi, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Parlemen Israel: Perang Selesai Jika Warga Yahudi Menetap di Gaza Utara

43 hari lalu

Parlemen Israel: Perang Selesai Jika Warga Yahudi Menetap di Gaza Utara

Perang Israel di Jalur Gaza akan berakhir jika warga Yahudi menetap di bagian utara wilayah itu, kata salah seorang pemimpin parlemen Israel

Baca Selengkapnya

Walhi Ingatkan Potensi Kerusakan Lingkungan Akibat Migrasi Penduduk ke IKN

8 Maret 2024

Walhi Ingatkan Potensi Kerusakan Lingkungan Akibat Migrasi Penduduk ke IKN

Walhi mengingatkan potensi migrasi penduduk ke Ibu Kota Nusantara (IKN) seiring meningkatnya pembangunan infrastruktur.

Baca Selengkapnya

5 dari 10 orang Indonesia Masuk Kategori Emotional Eating, Ini Artinya

28 Januari 2024

5 dari 10 orang Indonesia Masuk Kategori Emotional Eating, Ini Artinya

Penelitian HCC sebut 47 persen atau 5 dari 10 orang Indonesia memiliki perilaku emotional eating (perilaku makan emosional). Apa itu?

Baca Selengkapnya

Penelitian HCC 53 Persen Orang Indonesia Menerapkan Mindful Eating, Apa Itu?

28 Januari 2024

Penelitian HCC 53 Persen Orang Indonesia Menerapkan Mindful Eating, Apa Itu?

Menurut penelitian Health Collaborative Center, perilaku makan orang-orang di Indonesia masih jauh dari kata mindful eating . Ini maksudnya.

Baca Selengkapnya

Di Balik Layar Welcome To Samdal-ri, Kim Tae Hee Takjub dengan Tinggi Shin Hye Sun

24 Januari 2024

Di Balik Layar Welcome To Samdal-ri, Kim Tae Hee Takjub dengan Tinggi Shin Hye Sun

Kim Tae Hee dan Shin Hye Sun terlihat akrab usai syuting, mereka juga saling melempar pujian

Baca Selengkapnya