Petir Menyambar Rumah di Karangasem Bali, Satu Ternak Mati
Reporter
Maria Fransisca Lahur
Editor
Erwin Prima
Rabu, 5 April 2023 17:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem, Bali, melaporkan adanya korban sambaran petir di wilayahnya pada Selasa, 4 April 2023. Warga bernama I Made Sugiarta mengalami musibah rumah tersambar petir.
Berdasarkan foto dari BPBD Karangasem, tampak dinding menghitam, TV mati dan stop kontak terlepas dari dinding. Sementara seekor babi tampak mati di sisi kandang luar rumah. “Kejadian tersebut mengakibatkan peralatan rumah (kasur) terbakar dan satu ekor ternak babi mati akibat tersambar petir,” tulis laporan tersebut.
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Didi Satiadi, mengatakan, berdasarkan citra Satelit Himawari-8, pada saat itu di lokasi kejadian terjadi pertumbuhan awan yang cukup kuat. “Pertumbuhan awan cumulonimbus yang kuat berpotensi menghasilkan hujan deras yang disertai dengan petir,” ujar Didi, Rabu, 5 April 2023.
Berdasarkan tangkapan layar dari meteologix.com, tambahnya, terdapat potensi kejadian petir yang tinggi di atas daerah Karangasem di bagian timur Pulau Bali dari jam 14.00 hingga jam 15.00 waktu setempat.
Ia menjelaskan, petir dihasilkan oleh proses konveksi atmosfer dan updraft atau udara naik ke atas yang kuat, sehingga menimbulkan gesekan yang menyebabkan butir-butir air atau es di dalam awan menjadi bermuatan listrik.
Perbedaan potensial /tegangan listrik yang tinggi antara awan dan permukaan bumi dapat menyebabkan lompatan muatan listrik atau ionisasi di udara yang disebut sebagai kilat lightning, yang menghantarkan energi yang sangat besar dalam waktu yang sangat singkat.
“Pemanasan dan ekspansi udara yang sangat cepat menghasilkan suara ledakan yang kita kenal sebagai petir (thunder). Namun istilah petir biasanya diartikan sekaligus sebagai cahaya kilat dan juga suara ledakan yang menyertainya, jelas Didi.
Petir biasanya menyambar objek di permukaan bumi terutama yang bersifat konduktor yang paling dekat, misalnya logam, terutama yg bersifat lancip. Adanya gedung-gedung tinggi, pohon, termasuk jaringan listrik atau antena sangat terancam oleh sambaran petir, dan karena itu perlu dilindungi oleh penangkal petir dengan grounding atau saluran listrik ke bumi yang baik.
Kemungkinan terkena sambaran petir memang kecil, tetapi perlu diwaspadai terutama karena dapat mengakibatkan cedera bahkan mengancam jiwa manusia. Sambaran petir yang cukup kuat dapat menyebabkan lonjakan listrik yang dapat menimbulkan gangguan jaringan listrik, merusak peralatan elektronik, bahkan percikan api yang dapat mengakibatkan kebakaran.
Menurutnya, manusia dan juga binatang bisa saja tersamber petir. “Kalau baca di berita sepertinya saksi juga melihat semacam bola petir atau ball lightning. Tapi, perlu dikonfirmasi apakah betul, sebab bola petir itu kejadian yang cukup langka.”
Pada saat ini wilayah Bali umumnya mengalami masa peralihan musim atau pancaroba. Pada masa pancaroba angin monsun akan melemah. Konvergensi dan pemanasan lokal akan lebih dominan yang dapat mendorong pertumbuhan awan cumulonimbus yang kuat terutama pada siang/sore hari. Updraft yang kuat berpotensi menghasilkan petir, yang dapat disertai dengan hujan deras, hujan es, angin kencang (gust front), bahkan puting beliung. Dengan demikian masyarakat disarankan untuk selalu mengikuti informasi cuaca yang sering berubah pada masa pancaroba.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.