Mengenal El Nino yang Menyebabkan Kemarau Panjang di Indonesia serta Dampaknya

Reporter

Laili Ira

Editor

Devy Ernis

Rabu, 18 Oktober 2023 13:04 WIB

Petani menanam padi di area persawahan kering yang dialiri air memakai mesin pompa di kawasan Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 5 September 2023. BMKG memprediksi sejumlah wilayah Indonesia bakal berstatus waspada kekeringan sampai dengan November karena dipengaruhi oleh fenomene El Nino. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Anomali cuaca akibat El Nino diperkirakan masih akan berlangsung di Indonesia. Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kondisi El Nino masih akan berlangsung hingga akhir Oktober. Selanjutnya, pada bulan November akan terjadi transisi musim kemarau ke musim hujan.

El Nino merupakan merupakan fenomena iklim yang dapat memengaruhi pola cuaca di berbagai wilayah. El Nino dapat menimbulkan dampak yang beragam di seluruh belahan dunia. Di kawasan Amerika Latin, El Nino menyebabkan peningkatan curah hujan. Tapi di Indonesia, El Nino menyebabkan berkurangnya curah hujan.

Secara sederhana, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan di wilayah Indonesia. El Nino membuat musim kemarau di Indonesia akan berlangsung cukup panjang. Lantas, apa penyebab dan dampak El Nino yang harus diwaspadai?

Penyebab El Nino

El Nino terjadi akibat fenomena alam berupa pemanasan suhu laut di atas kondisi normal di Samudra Pasifik bagian tengah. Pemanasan suhu laut ini menyebabkan meningkatnya petumbuhan awan di wilayah tersebut. Alhasil, curah hujan di Indonesia menjadi berkurang.

Rata-rata, El Nino terjadi setiap 2-7 tahun sekali dan dapat berlangsung selama 18 bulan. Namun, terjadinya perubahan iklim menyebabkan anomali El Nino semakin meningkat menjadi setiap 2-3 tahun sekali. Selama episode El Nino. Pola normal prespitasi tropis dan sirkulasi atmosfer akan terganggu, sehingga menyebabkan terjadinya aneka peristiwa iklim ekstrem di seluruh dunia.

Dampak El Nino

Advertising
Advertising

El Nino yang saat ini masih berlangsung di Indonesia telah memberikan dampak yang serius. Indonesia, yang berada di kawasan tropis dan menjadi perlintasan arus lintas telah terdampak global oleh El Nino mulai dari sektor perikanan hingga sektor pertanian. Berikut ini adalah sejumlah dampak yang dipengaruhi oleh El Nino.

1. Kekeringan

Dampak utama El Nino adalah kekeringan yang diakibatkan berkurangnya curah hujan di beberapa wilayah. Kekeringan yang disebabkan oleh El Nino dapat mengurangi ketersediaan air irigasi dan menyebabkan kegagalan panen serta penurunan produksi tanaman. Sebab, tanaman pertanian membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan produksi yang optimal.

2. Kualitas Tanaman Menurun

Kondisi cuaca ekstrem akibat El Nino, seperti suhu yang tinggi dan kekurangan air, dapat menyebabkan penurunan kualitas tanaman. Buah-buahan dan sayuran yang tumbuh dalam kondisi tidak ideal cenderung memiliki ukuran yang lebih kecil, rasa yang kurang enak, dan kualitas buruk secara keseluruhan.

3. Produksi Menurun

Dampak kekeringan akibat El Nino menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman pertanian di Indonesia. Kejadian El Nino dapat mengganggu musim tanam dan panen, menyebabkan gagal panen, dan mengurangi produksi pertanian, sehingga menyebabkan krisis pangan di beberapa daerah.

4. Ketidakstabilan Harga

Perubahan produksi pertanian akibat El Nino dapat menyebabkan ketidakstabilan harga komoditas pangan. Jika panen berkurang atau gagal, maka pasokan juga berkurang. Hal tersebut dapat menyebabkan kenaikan harga serta ketidakseimbangan pasokan dan permintaan.

5. Kenaikan Air Laut

El Nino menyebabkan suhu air laut meningkat yang berdampak pada kenaikan permukaan laut di wilayah pesisir. Kenaikan air laut mempengaruhi ekosistem termasuk lamun dan terumbu karang. Selain itu, El Nino bisa berdampak pada perubahan biodiversitas ikan dan stabilitas masyarakat perikanan.

6. Erosi di Wilayah Pesisir

Kenaikan tinggi muka air laut akan mempengaruhi daratan pesisir mengalami penurunan (subsidence) dan erosi.

Menurut Lapan, selama 2015-2022, terjadi penurunan daratan di beberapa kota pesisir. DKI Jakarta tercatat menurun 0,1 – 8 centimeter sentimeter per tahun. Kota Cirebon 0,28-4 cm per tahun, Pekalongan 2,1-11 cm per tahun, Semarang 0,9-6 cm per tahun, dan Surabaya 0,3-4,3 cm per tahun.

RIZKI DEWI AYU | YONVITNER | KORAN TEMPO

Pilihan Editor: Jejak Pendidikan Almas Tsaqibbirru Penganggum Gibran, Pernah Mondok hingga Ambil Paket C

Berita terkait

Mitigasi Dampak El Nino, Mentan Lepas Brigade Alsintan Ke Merauke

53 menit lalu

Mitigasi Dampak El Nino, Mentan Lepas Brigade Alsintan Ke Merauke

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman melepas satuan brigade alat dan mesin pertanian (brigade alsintan) menuju Kabupaten Merauke.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitarnya, Warga Berhamburan Keluar Rumah

4 jam lalu

Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitarnya, Warga Berhamburan Keluar Rumah

Gempa berkekuatan 5,5 Magnitudo selama kurang dari 10 detik menggoyang wilayah Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

Baca Selengkapnya

Aksi Orangutan di Sabah Malaysia Kepanasan, Mampir ke Kafe Cari Minuman Dingin

7 jam lalu

Aksi Orangutan di Sabah Malaysia Kepanasan, Mampir ke Kafe Cari Minuman Dingin

Orangutan dari Pusat Rehabilitasi Orangutan Sabah juga pernah datang ke kafe itu untuk menghabiskan makanan sisa pengunjung.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

7 jam lalu

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

Indonesia relatif terlindungi dari heatwave mayoritas areanya adalah laut dan terdiri dari banyak pulau. Awan juga mengurangi dampak paparan surya.

Baca Selengkapnya

Waspada Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Perairan, Termasuk Area Penyeberangan Selat Sunda

8 jam lalu

Waspada Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Perairan, Termasuk Area Penyeberangan Selat Sunda

BMKG kembali menerbitkan peringatan dini gelombang tinggi untuk berbagai perairan, mencakup area nelayan dan penyeberangan.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

12 jam lalu

Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

Kekhawatiran BEM Keluarga Mahasiswa UGM mengenai lonjakan UKT menjadi artikel terpopuler Top 3 Tekno Berita Terkini, Selasa, 14 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Siang Nanti, Suhu Udara Bisa Tembus 31 Derajat Celcius

14 jam lalu

BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Siang Nanti, Suhu Udara Bisa Tembus 31 Derajat Celcius

BMKG memperkirakan Jakarta berawan hari ini, Selasa, 14 Mei 2024, dengan sedikit potensi hujan pada siang nanti.

Baca Selengkapnya

Gempa Tektonik M5,1 di Laut Flores, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

22 jam lalu

Gempa Tektonik M5,1 di Laut Flores, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi batuan dalam slab Lempeng Indo-Australia.

Baca Selengkapnya

Hujan Lebat Picu Banjir Lahar Hujan di Sumbar, BMKG: Berpotensi Sepekan ke Depan

1 hari lalu

Hujan Lebat Picu Banjir Lahar Hujan di Sumbar, BMKG: Berpotensi Sepekan ke Depan

Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi bakal terjadi hingga tanggal 22 Mei 2024 atau selama sepekan ke depan.

Baca Selengkapnya

Peringatan Gelombang Tinggi di Laut Selatan Jawa Hingga Perairan Sulawesi, Kapal Nelayan Harus Waspada

1 hari lalu

Peringatan Gelombang Tinggi di Laut Selatan Jawa Hingga Perairan Sulawesi, Kapal Nelayan Harus Waspada

BMKG mengeluarkan peringatan gelombang tinggi untuk perairan. Pola angin yang memicu ombak tinggi banyak terdeteksi di area Indonesia tengah.

Baca Selengkapnya