Hasil Riset Ungkap Perempuan Jadi target Utama Ujaran Kebencian di Media Sosial

Reporter

Antara

Editor

Devy Ernis

Sabtu, 2 Desember 2023 05:56 WIB

Ilustrasi Ujaran Kebencian. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan merupakan target utama dari tindakan ujaran kebencian di dunia maya. Hal itu berdasarkan sebuah kajian dari Uni Eropa pada Rabu, 29 November 2023. Berbagai tindakan kekerasan yang ditujukan kepada perempuan seperti bahasa-bahasa kasar, pelecehan, provokasi, hingga kekerasan seksual.

Mengutip laporan Reuters pada Jumat, 1 Desember 2023, kajian tersebut dilakukan di YouTube, Reddit, dan X —yang dulu dikenal sebagai Twitter— di empat negara Uni Eropa pada Januari-Juni 2022. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa perempuan, di seluruh platform dan dari negara-negara tersebut, jadi target utama.

Kelompok-kelompok yang terdampak ujaran kebencian di dunia maya, menurut laporan itu, termasuk orang keturunan Afrika, Roma, dan Yahudi.

Agency for Fundamental Rights (FRA), institusi yang melakukan kajian itu, menjelaskan bahwa jumlah unggahan yang menyerang perempuan hampir tiga kali lipat dari jumlah unggahan yang menyerang orang-orang keturunan Afrika di Bulgaria, Jerman, Italia, dan Swedia, negara-negara yang menjadi tempat kajian tersebut dilaksanakan.

Menurut mereka, hasil dari kajian itu seharusnya mendorong Uni Eropa dan platform-platform media sosial untuk benar-benar memperhatikan sejumlah hal ketika memoderasi konten, semisal gender dan etnis.

Advertising
Advertising

"Tingginya tingkat kebencian yang kami identifikasi di media sosial jelas-jelas menunjukkan bahwa Uni Eropa, negara-negara anggotanya, serta platform-platform daring dapat meningkatkan upaya mereka untuk menciptakan ruang maya yang aman bagi semua orang," kata Direktur FRA Michael O'Flaherty dalam pernyataan resmi.

Undang-Undang Layanan Digital, yang berlaku di Uni Eropa sejak tahun lalu, membuat perusahaan teknologi raksasa serta mesin pencarian harus berupaya lebih keras untuk menanggulangi konten-konten ilegal dan berbahaya, dan jika tidak, maka mereka berisiko terkena denda.

Pada Oktober, Komisi Eropa membuka investigasi formal terkait upaya Meta, perusahaan yang memiliki Facebook; TikTok; dan X dalam menghapus konten-konten berbahaya dari platform mereka.

Akhir-akhir ini, perusahaan-perusahaan teknologi raksasa banyak diawasi, menyusul banyaknya konten dan disinformasi yang beredar karena konflik antara Israel dan Palestina.

FRA mengatakan mereka tidak dapat mengakses data dari Facebook dan Instagram untuk kajian mereka itu.

Pilihan Editor: 1.901 Guru PPPK di Wilayah Ini Dapat Kenaikan Gaji Berkala

Berita terkait

Memahami Bahaya Hipertensi pada Perempuan yang Sering Diabaikan

3 jam lalu

Memahami Bahaya Hipertensi pada Perempuan yang Sering Diabaikan

Penting bagi perempuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya hipertensi yang diperlukan untuk menjaga kesehatan jantung dan kesejahteraan mereka.

Baca Selengkapnya

Malaysia Sempat Mengutuk Facebook yang Hapus Berita PM Anwar Ibrahim Bertemu Pemimpin Hamas

11 jam lalu

Malaysia Sempat Mengutuk Facebook yang Hapus Berita PM Anwar Ibrahim Bertemu Pemimpin Hamas

Sebelumnya Oktober lalu, Fahmi memperingatkan tindakan tegas terhadap Meta dan Facebook dan medsos jika mereka memblokir kontennya

Baca Selengkapnya

Meta Naikkan Kembali Unggahan Facebook Pertemuan PM Anwar Ibrahim dengan Hamas

21 jam lalu

Meta Naikkan Kembali Unggahan Facebook Pertemuan PM Anwar Ibrahim dengan Hamas

Meta Platforms kembali menaikkan unggahan Facebook dari media Malaysia tentang pertemuan PM Anwar Ibrahim dengan petinggi Hamas.

Baca Selengkapnya

Facebook Hapus Unggahan Pertemuan Anwar Ibrahim dengan Hamas

1 hari lalu

Facebook Hapus Unggahan Pertemuan Anwar Ibrahim dengan Hamas

Anwar Ibrahim melakukan pertemuan dengan para pemimpin Hamas di Qatar. Unggahannya soal pertemuan itu dihapus oleh Facebook.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

2 hari lalu

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

PROTECT ditujukan untuk memperkuat hak-hak perempuan pekerja migran, anak-anak dan kelompok berisiko di Indonesia

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

2 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya

Perempuan Lansia Meninggal di Rumahnya di Jakpus, Ditemukan Tetangga dalam Kondisi Mulai Membusuk

3 hari lalu

Perempuan Lansia Meninggal di Rumahnya di Jakpus, Ditemukan Tetangga dalam Kondisi Mulai Membusuk

Tetangga mencurigai perempuan berusia 71 tahun itu lama tidak keluar rumah. Jasadnya ditemukan dalam kondisi mulai membusuk.

Baca Selengkapnya

Dugaan Pelecehan Seksual, Perempuan Jepang Kurang Berminat Daftar Tentara

4 hari lalu

Dugaan Pelecehan Seksual, Perempuan Jepang Kurang Berminat Daftar Tentara

Jumlah tentara Jepang hanya 9 persen. Beberapa korban mengatakan budaya pelecehan yang mengakar telah membuat perempuan enggan mendaftar ke militer.

Baca Selengkapnya

Sejarah WhatsApp: Bermula Hanya Aplikasi Pesan Status Bikinan Eks Insinyur Yahoo

5 hari lalu

Sejarah WhatsApp: Bermula Hanya Aplikasi Pesan Status Bikinan Eks Insinyur Yahoo

WhatsApp terus berkembang sejak diakuisisi oleh Facebook pada 2014. Indonesia menjadi yang terbesar ketiga per tahun lalu dengan 112 pengguna aktif.

Baca Selengkapnya

5 Cara untuk Lebih Menjaga Kerahasiaan Chat di WhatsApp

7 hari lalu

5 Cara untuk Lebih Menjaga Kerahasiaan Chat di WhatsApp

Privasi bukan hanya tentang mengamankan pesan atau chat di WhatsApp; tapi juga tentang memiliki kontrol atas data pribadi.

Baca Selengkapnya