Tim Peneliti UGM Temukan Potensi Asam Humat dari Batu Bara di Peranap Riau

Reporter

Annisa Febiola

Editor

Devy Ernis

Jumat, 22 Desember 2023 18:58 WIB

Ilustrasi Batu Bara. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada atau UGM menemukan potensi asam humat dari senyawa batu bara di Riau. Ferian Anggara dan timnya mengubah senyawa batu bara dari Peranap, Riau yang berkalori rendah menjadi produk asam humat yang bernilai jual tinggi. Asam humat adalah satu dari tiga komponen penyusun atau tanah yang memiliki tingkat kesuburan tinggi atau disebut juga dengan humus.

Umumnya, asam humat hanya didapatkan dari ekstraksi pelapukan bahan organik dalam humus. Akan tetapi, hasil penelitian tim menemukan senyawa pembentuk asam humat dari hasil pengolahan batu bara berkalori rendah. Asam humat tersebut memiliki kemampuan dalam meningkatkan kesuburan tanah bagi tumbuhan. Hasil penelitian Ferian cs dipresentasikan pada 19 Desember 2023 lalu.

Lewat risetnya, Ferian mengungkapkan bahwa ekstraksi satu ton batu bara di Peranap mampu menghasilkan 50 persen asam humat atau setara dengan 500 kilogram. Proses pengolahan batu bara dimulai dari penggilingan atau grinding, ekstraksi, hingga pengeringan dan menghasilkan produk humat. Hasilnya, didapatkan 45,12 persen kadar dry basis dan kadar air sebesar 11,65 persen. Sementara itu, produk sampingan yang dihasilkan berupa asam fulvat cair dan briket. Selain itu, sisa pengolahan juga dapat berupa batu bara dengan jumlah kalori yang signifikan.

Namun, kata Ferian, asam humat bukanlah pupuk. Ketika proses pemupukan dilakukan secara masif, maka tanah cenderung akan mengeras. "Artinya, tidak hanya pupuk yang dibutuhkan oleh tanah, tapi juga pembenah tanah dalam hal ini humus dan asam humat ini adalah humusnya. Dia memberikan unsur karbon yang nantinya akan memberi banyak fungsi,” kata Ferian, dikutip dari laman resmi UGM pada Jumat, 22 Desember 2023.

Asam humat yang terkandung di dalam humus bagi media tanam bermanfaat meningkatkan penyerapan unsur hara, retensi air, serta meningkatkan kapasitas pertukaran kation. Ketika tanah sudah menjadi keras dan jenuh, kemampuan permeabilitas asam humat mampu mengeluarkan senyawa yang tidak dibutuhkan.

Advertising
Advertising

“Jadi, tanah itu nantinya tidak menjadi keras, tapi dia memiliki kegemburan tertentu. Penetrasi udara, penetrasi karbon itu nantinya bisa ada di situ sebagai satu simbiosis untuk tanaman bisa bertumbuh dengan baik,” ujar Ferian.

Potensi yang menjanjikan

Ia memperkirakan potensi pasar asam humat bisa memenuhi kebutuhan 50 juta hektare lahan. Angka ini ia prediksi akan terus bertumbuh. Meski belum sepenuhnya terealisasikan, namun Ferian mengatakan jumlah tersebut sangat realistis jika menghitung lahan produktif di Indonesia dan total produksi asam humat per tahun. Angka produksi asam humat dari batu bara, khususnya Peranap diprediksi mencapai 400 ribu ton per tahun.

Hasil penelitian Ferian dan tim menggambarkan potensi yang cukup menjanjikan. Selain itu, program ini juga sejalan dengan Program Peningkatan Nilai Tambah batu bara melalui Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Batu Bara. Inisiasi ini mendorong upaya penyelamatan industri batu bara yang belakangan melandai akibat transisi ke sumber energi ramah lingkungan.

PT. Bukit Asam, pemilik IUP Peranap sendiri menyatakan bahwa mereka kesulitan menjual batu bara di tengah jumlah produksi yang meningkat. Ferian menyebutkan, perlu adanya kerja sama dalam hal ini. “Kerja sama yang sudah terjalin antara pemerintah, lembaga penelitian, dan industri. Harapannya tidak berhenti di sini saja. Semoga nantinya bisa benar-benar terealisasi dan memberikan dampak untuk industri agro dan produk-produk di luar negeri juga,” kata Ferian.

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat produksi batu bara meningkat hingga 627,24 juta ton. Pemerintah berencana mengekspor produksi batu bara di tengah merosotnya harga pasar batu bara. Apalagi, jenis batu bara yang diproduksi di Indonesia masih tergolong berkalori rendah dan punya nilai jual yang rendah pula.

Pilihan Editor: BMKG Prediksi Hujan akan Turun Saat Natal 2023 di Wilayah Ini

Berita terkait

Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

10 jam lalu

Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

Penggemar tanaman anggrek yang berencana melancong ke Yogyakarta akhir pekan ini, ada festival menarik yang bisa disaksikan.

Baca Selengkapnya

2024, PTBA Yakin Target Produksi 41,3 Juta Ton Batu Bara Tercapai

2 hari lalu

2024, PTBA Yakin Target Produksi 41,3 Juta Ton Batu Bara Tercapai

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis mampu memproduksi batu bara sebesar 41,3 juta ton di tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Sebulan Jelang Idul Adha, Halal Center UGM Bagikan Tips Menyimpan Daging Kurban

2 hari lalu

Sebulan Jelang Idul Adha, Halal Center UGM Bagikan Tips Menyimpan Daging Kurban

Pakar dari Halal Center UGM mengingatkan langkah pengolahan dan penyimpanan daging kurban Idul Adha yang benar, untuk menghindari potensi penyakit.

Baca Selengkapnya

Cerita Pemilik Tanah di Paser Kaltim Terdampak Tambang Batu Bara: Kebun Sawit Tidak Bisa Dipanen

3 hari lalu

Cerita Pemilik Tanah di Paser Kaltim Terdampak Tambang Batu Bara: Kebun Sawit Tidak Bisa Dipanen

Akibat aktivitas tambang batu bara, kebun sawit warga di Paser Kaltim berubah menyerupai pulau. Tak lagi bisa dipanen.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

3 hari lalu

Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

Kekhawatiran BEM Keluarga Mahasiswa UGM mengenai lonjakan UKT menjadi artikel terpopuler Top 3 Tekno Berita Terkini, Selasa, 14 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Walhi: Rencana Izin Usaha Pertambangan Bagi Ormas Bisa Perparah Kerusakan Lingkungan

4 hari lalu

Walhi: Rencana Izin Usaha Pertambangan Bagi Ormas Bisa Perparah Kerusakan Lingkungan

Walhi mengkritik rencana pemberian izin usaha pertambangan kepada ormas keagamaan bisa picu kerusakan lingkungan lebih berat

Baca Selengkapnya

Ketua BEM KM UGM: 65 Persen Program Studi di UGM Mengalami Kenaikan UKT

4 hari lalu

Ketua BEM KM UGM: 65 Persen Program Studi di UGM Mengalami Kenaikan UKT

Sebanyak 65 persen program studi di sejumlah fakultas di UGM mengalami kenaikan besaran uang kuliah tunggal atau UKT.

Baca Selengkapnya

Definisi PTNBH, Gempa di Balik Banjir Sumbar, dan Daftar Game Mei 2024 Mengisi Top 3 Tekno Terkini

4 hari lalu

Definisi PTNBH, Gempa di Balik Banjir Sumbar, dan Daftar Game Mei 2024 Mengisi Top 3 Tekno Terkini

Konsep kelola PTNBH menjadi artikel terpopuler dalam Top 3 Tekno Berita Terkini, Senin, 13 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Fakultas Biologi UGM Buka Prodi Kurator Keanekaragaman Hayati Pertama di Asia

4 hari lalu

Fakultas Biologi UGM Buka Prodi Kurator Keanekaragaman Hayati Pertama di Asia

UGM menyediakan prodi Profesi Kurator Keanekaragaman Hayati. Studi yang sudah ada di Cambridge University intu belum ada di kampus seantero Asia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan UKT di Sejumlah Perguruan Tinggi Negeri Picu Aksi Protes Mahasiswa, Apa Itu PTNBH?

5 hari lalu

Kenaikan UKT di Sejumlah Perguruan Tinggi Negeri Picu Aksi Protes Mahasiswa, Apa Itu PTNBH?

Kebijakan sejumlah Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum dalam menaikkan biaya UKT memicu aksi protes mahasiswa. Apa itu PTNBH?

Baca Selengkapnya