Jokowi Kaget Jumlah Lulusan S2 dan S3 Rendah, Apa Penyebabnya?

Editor

Nurhadi

Kamis, 18 Januari 2024 14:00 WIB

Ilustrasi wisuda. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku kaget saat mengetahui jumlah lulusan S2 dan S3 di Indonesia masih sangat rendah. Menurut dia, jumlah mereka bahkan tidak mencapai satu persen dari total penduduk berusia produktif di Tanah Air.

“Rasio penduduk berpendidikan S2 dan S3 terhadap populasi produktif itu juga masih sangat rendah sekali kita ini. Saya kaget juga,” kata Jokowi di Surabaya pada Senin, 15 Januari 2024

Saat ini, rasio penduduk Indonesia lulusan S2 dan S3 di Indonesia hanya 0,45 persen dari jumlah total penduduk produktif berusia 15-64 tahun. Jokowi menyebut angka itu sangat jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam yang memiliki angka sekitar 2,43 persen.

“Kejauhan sekali 0,45 sama 2,43. Angkanya memang kelihatannya kecil, tapi kalau dikalikan ini sudah berapa kali,” kata Jokowi.

Sementara itu, untuk mendorong jumlah lulusan S2 dan S3, Jokowi mengatakan akan segera mengadakan rapat untuk mengambil kebijakan agar bisa mengejar ketertinggalan tersebut. “Saya minggu ini akan rapatkan ini dan mengambil kebijakan, policy untuk mengejar angka yang masih 0,45 persen ini,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Menurut dia, langkah untuk menaikkan angka itu pasti membutuhkan anggaran yang besar, namun ia menyatakan akan mengupayakannnya. “Enggak tahu anggarannya akan didapat dari mana tapi akan kita carikan agar S2 dan S3 terhadap populasi usia produktif itu betul-betul bisa naik secara drastis,” kata Jokowi.

Lantas, apa saja penyebab rendahnya minat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi?

Rendahnya lulusan S2 dan S3 tentu tak lepas dari minat untuk melanjutkan studi. Dikutip dari jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dengan judul Analisis Rendahnya Minat Melanjutkan Pendidikan ke Jenjang yang Lebih Tinggi dijelaskan beberapa alasan.

Salah satu masalah klasik yang dibahas dalam jurnal tersebut adalah masalah biaya. Biaya pendidikan saat ini sangat tinggi dan setiap tahunnya terus meningkat.

Selain itu, terdapat problem kebutuhan pokok yang melonjak dan kebutuhan yang tak terduga yang harus dikeluarkan kapan saja dalam waktu yang tak di sangka-sangka. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan pendidikan yang semula adalah proses humanisasi menjadi dehumanisasi.

Penyebab lain adalah stigma masyarakat. Masih menurut jurnal di atas, stigma masyarakat mempengaruhi minat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya bagi perempuan. Masyarakat masih beranggapan bahwa sekolah tinggi-tinggi percuma jika hanya bekerja di dapur.

NINIS CHAIRUNNISA | SULTAN ABDURRAHMAN

Pilihan Editor: Jumlah Lulusan S2 dan S3 di Indonesia Rendah, ini Langkah yang akan Dilakukan Jokowi

Berita terkait

Seputar Jokowi Terima David Hurley di Istana Bogor: Dari Tanam Pohon hingga Jadi Sopir

1 jam lalu

Seputar Jokowi Terima David Hurley di Istana Bogor: Dari Tanam Pohon hingga Jadi Sopir

Jokowi menerima kunjungan kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley di Istana Bogor untuk merayakan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negar

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Gubernur Jenderal Australia Bertemu, Bahas Penguatan Hubungan antar Masyarakat

2 jam lalu

Jokowi dan Gubernur Jenderal Australia Bertemu, Bahas Penguatan Hubungan antar Masyarakat

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam keterangan pers usai pertemuan, menjelaskan, Jokowi dan Hurley misalnya mebahas upaya menggiatkan pengajaran bahasa di masing-masing negara.

Baca Selengkapnya

Kronologi Bea Cukai Dituduh Gelapkan 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Kenneth Koh

3 jam lalu

Kronologi Bea Cukai Dituduh Gelapkan 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Kenneth Koh

Pengusaha Malaysia merasa kehilangan 9 mobil mewahnya yang ditahan Bea Cukai di Gudang Soewarna, Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Soekarno-Hatta

Baca Selengkapnya

Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan Diubah Menjadi KRIS, Ketahui 12 Kriteria Layanannya

3 jam lalu

Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan Diubah Menjadi KRIS, Ketahui 12 Kriteria Layanannya

Jokowi ubah sistem kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan menjadi KRIS. Beriku 12 kriteria layanan KRIS dan 4 layanan ini yang tidak berlaku untuk KRIS.

Baca Selengkapnya

Momen Prabowo Kenalkan Gibran ke Presiden UEA dan Direspons He's So Young oleh PM Qatar

4 jam lalu

Momen Prabowo Kenalkan Gibran ke Presiden UEA dan Direspons He's So Young oleh PM Qatar

Prabowo menemui PM Qatar dan Presiden UEA, sekaligus memperkenalkan Gibran. Berikut rekaman momen peristiwanya.

Baca Selengkapnya

Kala Jokowi Menjadi Sopir Gubernur Jenderal Australia Keliling Kebun Raya Bogor

4 jam lalu

Kala Jokowi Menjadi Sopir Gubernur Jenderal Australia Keliling Kebun Raya Bogor

Jokowi menjadi sopir Gubernur Jenderal Australia David Hurley saat mengendarai mobil golf mengelilingi Kebun Raya Bogor

Baca Selengkapnya

Temui Jokowi, Ini Profil Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin

4 jam lalu

Temui Jokowi, Ini Profil Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin

Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin bertemui Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta pada Kamis, 16 Mei 2024. Untuk apa?

Baca Selengkapnya

Jokowi Terima Lawatan Gubernur Jenderal Australia di Istana Bogor

5 jam lalu

Jokowi Terima Lawatan Gubernur Jenderal Australia di Istana Bogor

Presiden Jokowi menyambut kunjungan kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang Bakal Diganti dengan KRIS

5 jam lalu

Perbedaan Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang Bakal Diganti dengan KRIS

Jokowi resmi mengganti sistem kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan dengan sistem kelas rawat inap standar (KRIS). Apa perbedaannya?

Baca Selengkapnya

Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat atas Pelantikan PM Singapura Lawrence Wong

5 jam lalu

Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat atas Pelantikan PM Singapura Lawrence Wong

Presiden Jokowi menyatakan Indonesia siap untuk melanjutkan kerja sama baik dengan Singapura.

Baca Selengkapnya