Puting Beliung Rancaekek, Fenomena Berulang Peralihan Musim

Kamis, 22 Februari 2024 13:14 WIB

Warga menyelamatkan barang yang tersisa pascaputing beliung yang terjadi di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu, 21 Februari 2024. ANTARA/Raisan Al Farisi

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengamati ihwal angin puting beliung serupa badai tornado yang menerjang Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, dan sejumlah wilayah di Jawa Barat pada Rabu, 21 Februari 2024. Mereka menyebut, bahwa badai besar ini terbentuk karena gumpalan cumulonimbus atau awan vertikal bercampur petir disertai hujan lebat.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyatakan umumnya, cumulonimbus akan menghasilkan puting beliung yang secara visual menyerupai hempasan angin berbentuk belalai. Menurut dia, tidak semua cumulonimbus menghasilkan badai, namun bergantung pada kondisi labilitas keadaan atmosfer.

“Fenomena puting beliung umumnya dapat lebih sering terjadi pada periode peralihan musim dan tidak menutup kemungkinan terjadi juga di periode musim hujan,” kata Guswanto dalam keterangannya pada Kamis, 22 Februari 2024. Peristiwa badai biasanya dapat terjadi dalam periode waktu yang singkat dengan durasi kejadian umumnya kurang dari 10 menit.

Sebelumnya, badai tornado menghamtam wilayah Kabupaten Bandung dan Sumedang pada Rabu lalu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat menjelaskan peristiwa ini terjadi sekitar pukul 15.30-16.00 WIB. Dilaporkan, kecepatan angin saat itu mencapai 36,8 kilometer per jam. Sebagai gambaran kecepatan angin sepoi-sepoi berada pada 6-11 kilometer per jam.

Peristiwa tersebut mengakibatkan puluhan atap rumah rusak lantaran tersapu pusaran angin. Bahkan salah satu atap pabrik tekstil milik PT Kewalram Indonesia Unit 1 hancur digilas puting beliung. Tidak hanya itu, video yang beredar di media sosial juga memperlihatkan truk-truk di jalanan kawasan Industri Rancaekek terguling karena hempasan angin tornado. Kejadian ini turut mengakibatkan dua warga di Kabupaten Sumedang mengalami luka-luka dan belasan rumah rusak.

Fenomena puting beliung dan tornado memang merujuk pada fenomena alam yang memiliki beberapa kemiripan visual yaitu pusaran angin yang kuat, berbahaya, dan berpotensi merusak. Istilah tornado itu biasa dikenal kerap terjadi di wilayah Amerika Serikat. Dimulai ketika intensitas angin meningkat lebih dahsyat—kecepatan angin ratusan kilometer per jam dan dengan dimensi yang sangat besar—maka dapat menimbulkan kerusakan luar biasa.

Menurut Guswanto, di Indonesia, fenomena angin puting beliung di Indonesia memiliki karakteristik bahwa kecepatan angin dan dampak kerusakannya tidak sekuat tornado. Karena alasan ini, Guswanto menolak penggunaan istilah tornado pada peristiwa bencana di Sumedang dan Bandung. “Cukuplah dengan menggunakan istilah yang sudah familiar di masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat dapat memahaminya dengan lebih mudah.”

Peristiwa yang Berulang di Jawa Barat

Berdasarkan catatan BMKG, fenomena puting beliung telah terjadi beberapa kali di wilayah Bandung, dan sekitarnya. Guswanto menyebut, pada 5 Juni 2023 juga pernah terjadi angin kencang menyerupai belalai raksasa menghantam beberapa desa, yakni Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanya, dan Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.

Ketika itu, puting beliun mengakibatkan ratusan rumah rusak. Di antaranya 110 rumah rusak di Bojongmalaka, 20 rumah rusak di Kelurahan Andir, dan 11 rumah rusak di Rancamayar. Pada medio Oktober-Desember 2023, peristiwa yang sama juga melanda Kecamatan Banjaran dan Ciparay, Kabupaten Bandung. Peristiwa ini turut merusak bangunan dan menumbangkan pohon.

Di tahun berikutnya, badai puting beliung juga kembali tercatat menghantam wilayah Bandung pada 18 Februari 2024. Kata Guswanto, kejadiannya berada di Kecamatan Parongpong. Tiga hari berselang, badai besar kembali menghantam dan merembet ke wilayah Sumedang.

Bagaimana Potensi Cuaca ke Depan?

BMKG memonitor bahwa terdapat beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan bakal terjadi. Terutama terjadinya angin puting beliung atau badai tornado. Guswanto menyebut, hal ini terjadi karena dipicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat atau angin kencang.

“Potensi itu dapat dilihat dari aktivitas bencana angin monsun Asia masih dominan, gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian Tengah dan Timur, kemudian terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di bagian Tengah dan Selatan Indonesia,” ucap Guswanto.

Dia mencontohkan, misalnya adanya potensi pembentukan cumulonimbus di Sumatera Utara pada medio 22-25 Februari 2024. Wilayah lain, seperti Sumatra Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat disebut berpotensi dirundung cuaca ekstrem. Hal sama juga akan terjadi di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.

IRSYAN HASYIM

Berita terkait

14 Orang Tewas Tertimpa Papan Reklame di Mumbai saat Badai Petir

3 jam lalu

14 Orang Tewas Tertimpa Papan Reklame di Mumbai saat Badai Petir

Papan reklame tersebut roboh menimpa beberapa rumah dan sebuah pompa bensin di Mumbai, India akibat angin kencang dan hujan deras

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitarnya, Warga Berhamburan Keluar Rumah

3 jam lalu

Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitarnya, Warga Berhamburan Keluar Rumah

Gempa berkekuatan 5,5 Magnitudo selama kurang dari 10 detik menggoyang wilayah Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

Baca Selengkapnya

Waspada Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Perairan, Termasuk Area Penyeberangan Selat Sunda

8 jam lalu

Waspada Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Perairan, Termasuk Area Penyeberangan Selat Sunda

BMKG kembali menerbitkan peringatan dini gelombang tinggi untuk berbagai perairan, mencakup area nelayan dan penyeberangan.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

11 jam lalu

Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

Kekhawatiran BEM Keluarga Mahasiswa UGM mengenai lonjakan UKT menjadi artikel terpopuler Top 3 Tekno Berita Terkini, Selasa, 14 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Siang Nanti, Suhu Udara Bisa Tembus 31 Derajat Celcius

14 jam lalu

BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Siang Nanti, Suhu Udara Bisa Tembus 31 Derajat Celcius

BMKG memperkirakan Jakarta berawan hari ini, Selasa, 14 Mei 2024, dengan sedikit potensi hujan pada siang nanti.

Baca Selengkapnya

Gempa Tektonik M5,1 di Laut Flores, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

21 jam lalu

Gempa Tektonik M5,1 di Laut Flores, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi batuan dalam slab Lempeng Indo-Australia.

Baca Selengkapnya

Hujan Lebat Picu Banjir Lahar Hujan di Sumbar, BMKG: Berpotensi Sepekan ke Depan

1 hari lalu

Hujan Lebat Picu Banjir Lahar Hujan di Sumbar, BMKG: Berpotensi Sepekan ke Depan

Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi bakal terjadi hingga tanggal 22 Mei 2024 atau selama sepekan ke depan.

Baca Selengkapnya

Banjir dan Tanah Longsor Melanda Aceh Selatan, Sebanyak 8.142 Jiwa Terdampak

1 hari lalu

Banjir dan Tanah Longsor Melanda Aceh Selatan, Sebanyak 8.142 Jiwa Terdampak

Banjir mengakibatkan rusaknya beberapa fasilitas umum serta tanah longsor menutupi badan jalan lintas nasional.

Baca Selengkapnya

Peringatan Gelombang Tinggi di Laut Selatan Jawa Hingga Perairan Sulawesi, Kapal Nelayan Harus Waspada

1 hari lalu

Peringatan Gelombang Tinggi di Laut Selatan Jawa Hingga Perairan Sulawesi, Kapal Nelayan Harus Waspada

BMKG mengeluarkan peringatan gelombang tinggi untuk perairan. Pola angin yang memicu ombak tinggi banyak terdeteksi di area Indonesia tengah.

Baca Selengkapnya

BMKG Deteksi Gempa Magnitudo 5,8 di Bolaang Mongondow, Hasil Pergerakan Lempeng Laut Sulawesi

1 hari lalu

BMKG Deteksi Gempa Magnitudo 5,8 di Bolaang Mongondow, Hasil Pergerakan Lempeng Laut Sulawesi

Gempa M5,8 mengguncang Pantai Utara Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, pada Senin pagi, 13 Mei 2024. Tidak ada potensi tsunami.

Baca Selengkapnya