Dirjen di KLHK Beberkan Cara Mitigasi Puting Beliung Rancaekek

Rabu, 28 Februari 2024 19:26 WIB

Citra satelit yang menunjukkan pusaran awan penyebab puting beliung Rancaekek, Rabu sore, 21 Februari 2024. Foto : BRIN

TEMPO.CO, Jakarta - Bencana puting beliung bisa terjadi di Rancaekek, Kabupaten Bandung, dan sekitarnya pada Rabu, 21 Februari 2024, karena, antara lain, faktor perubahan iklim dan kenaikan suhu rata-rata global. Perlu upaya mitigasi agar amuk angin yang disebut sebagian kalangan sebagai tornado pertama di Indonesia itu terulang.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Laksmi Dhewanthi, mengungkap itu dalam diskusi bertajuk Antisipasi Fenomena Angin Puting Beliung Akibat Perubahan Iklim via Zoom, Rabu, 28 Februari 2024. "Puting beliung Rancaekek bukan perdana di Kabupaten Bandung karena pada Maret 2021 lalu pernah terjadi di Desa Cimenyan dan Oktober 2023 di Pasar Banjaran," tutur Laksmi.

Dalam konteks pengendalian perubahan iklim, kata Laksmi, pemerintah Indonesia sudah membuat regulasi dan dokumen berisikan komitmen untuk target mengurangi dampak perubahan iklim. Salah satunya dengan menerbitkan Peraturan Menteri LHK Nomor 21 tahun 2022 lalu komitmen untuk Enhanced NDX 31,89 dan 43,2 persen.

Untuk target jangka panjang, menurut Laksmi, pemerintah Indonesia juga telah berkomitmen untuk Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat. "Kalau kita tidak melakukan apapun maka kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi secara global di akhir abad ini akan meningkat," kata dia.

Laksmi menuturkan, selain memasang target untuk menekan laju perubahan iklim, masyarakat bisa meminimalisir dampaknya dengan beradaptasi. Komitmen adaptasi ini bertujuan menciptakan masyarakat dan ekosistem yang berketahanan terhadap risiko dan dampak perubahan iklim di masa depan.

Advertising
Advertising

"Potensi kerusakannya diharapkan tidak besar dan kerugiannya bisa diatasi. Misalnya, longsor hingga banjir yang mengurangi air bersih, ini harus mampu kita atasi," kata Laksmi.

Lebih lanjut, Laksmi menyampaikan langkah adaptasi ini diharapkan bisa dilakukan dengan banyak alternatif, di antaranya dengan energi surya, melindungi mata air dan membuat embung. Pengelolaan lahan tanpa bakar serta memproduksi olahan kerajinan tangan juga disebutnya bisa untuk beradaptasi pada perubahan iklim.

Pilihan Editor: Sekali Gagal, Badak Pahu Akan Kembali Diambil Sel Telurnya untuk Teknologi Bayi Tabung

Berita terkait

Di Forum PBB, KLHK Menyampaikan Deforestasi Indonesia Turun Signifikan

2 hari lalu

Di Forum PBB, KLHK Menyampaikan Deforestasi Indonesia Turun Signifikan

Dalam forum PBB di New York, KLHK menyampaikan deforestasi netto Indonesia 2021-2022 sebesar 104 ribu ha, turun dari 113,5 ribu ha pada 2020-2021.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

4 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

6 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Orangutan Ini Obati Sendiri Lukanya dengan Daun Akar Kuning, Bikin Peneliti Penasaran

9 hari lalu

Orangutan Ini Obati Sendiri Lukanya dengan Daun Akar Kuning, Bikin Peneliti Penasaran

Seekor orangutan di Suaq Belimbing, Aceh Selatan, menarik perhatian peneliti karena bisa mengobati sendiri luka di mukanya dengan daun akar kuning

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

9 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

11 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

12 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

12 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

13 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

19 hari lalu

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

Saat ini kejahatan perdagangan satwa dilindungi kerap dilakukan melalui media online.

Baca Selengkapnya