Banjir Bandang yang Melumat Kampung di Sumatera Barat, Ini Kesaksian Warga
Reporter
TEMPO
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 14 Maret 2024 03:00 WIB
TEMPO.CO, Pesisir Selatan - Nasrul, warga Kampung Langgai, Nagari Ganting Mudiak Utara, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, bersyukur meski separuh rumahnya hancur. Nasrul adalah satu di antara korban banjir bandang yang menerjang kampung itu pada Kamis malam sepekan lalu, 7 Maret 2024.
Bencana dipicu hujan yang mengguyur sejak Kamis sore dan bahkan bertahan hingga Jumat. Banjir bandang dan tanah longsor tak hanya terjadi di Ganting Mudiak Utara maupun di Kabupaten Pesisir Selatan, tapi lokasi ini menjadi yang terparah.
"Rumah memang hancur, tapi alhamdulillah saya dan keluarga selamat," katanya Nasrul saat ditemui pada Selasa lalu, 12 Maret 2024.
Pada hari itu, sisa sapuan banjir bandang dari sungai yang mengaliri Kampung Langgai masih sangat jelas. Bantaran sungai hanya tersisa puing dan sampah banjir bandang itu, antara lain kayu-kayu batang pohon ukuran diameter besar.
"Kayu-kayu ini, juga pasir, yang membuat rumah banyak alami kerusakan," kata Wali Nagari Ganting Mudik Utara, Kecamatan Sutera, Zuhaldi. Dia menghitung ada lebih dari 80 rumah di lokasi itu yang rusak berat dan hilang dibawa arus banjir. "Ada yang rata dengan tanah, ada yang hancur sebagiannya," ucapnya.
Ipas adalah contoh warga yang kehilangan rumah beserta seluruh isinya. Pada Selasa lalu, dia menunjukkan bekas lokasi rumahnya itu di Kampung Batu Bala, sealiran sungai dengan Langgai. "Kami di Batu Bala sudah biasa dilanda banjir, namun yang terjadi kali ini berbeda, arusnya sangat kuat dengan ketinggian lebih dari satu meter," katanya melukiskan.
Banjir juga berdampak kepada daerah pertanian masyarakat seperti tanaman jagung dan padi. Lalu, kampung yang juga menjadi terisolir karena dua jembatan yang ada terputus diterjang luapan debit sungai.
Pencarian Korban Dilakukan Manual
Akses jalan yang terputus itu pula yang menyebabkan upaya pencarian dan penyelamatan korban yang masih hilang terhambat. Kepala Kantor SAR Padang, Abdul Malik menjelaskan, pencarian dilakukan secara manual karena sulit menghadirkan peralatan berat ke lokasi.
"Kami tidak bisa bawa alat banyak, sebab lokasi hanya bisa ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan jalan kaki," katanya.
Selain di Kecamatan Sutera, SAR Padang juga berada di Kecamatan Bayang dan Koto XI Tarusan. Menurut Abdut Malik, ada laporan warga hilang pasca-hujan dan dampaknya pada Kamis-Jumat lalu.
"Jika di total secara keseluruhan di Kabupaten Pesisir ada 24 orang meninggal dan 5 orang lagi masih dalam pencarian," katanya per Selasa lalu.
Mengutip data dari BNPB, total korban jiwa atas bencana hidrometeorologi di Provinsi Sumatera Barat ada sedikitnya 32 orang, dengan rincian 23 tewas dan 6 dalam pencarian di Pesisir Selatan.
Sisanya, 3 orang tewas berasal dari Kabupaten Padang Pariaman. Adapun status darurat ditetapkan di Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kepulauan Mentawai.
Pilihan Editor: Jongkok dan Rapatkan Kaki Aman dari Sambaran Petir di Lapangan