BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

Kamis, 28 Maret 2024 11:11 WIB

Satelit rakitan dalam negeri bernama LAPAN A2/LAPAN ORARI yang akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bogor, Jawa Barat, Kamis, 3 September 2015. Peluncurannya sendiri akan dilakukan di pusat antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India. Nantinya, satelit akan dibawa ke orbit dengan ditumpangkan pada roket India bersama satelit penelitian astronomi milik Organisasi Riset Antariksa India. [TEMPO/Subekti; SB2015090312] KOMUNIKA ONLINE

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wahyudi Hasbi menuturkan misi qaqa LAPAN-A2 yang turut berkontribusi dalam pemantauan wilayah Indonesia dan membantu proses komunikasi untuk daerah-daerah yang dilanda bencana. Menurut Wahyudi, hingga saat ini LAPAN-A2 mampu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.

Satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI merupakan salah satu hasil riset karya anak bangsa yang dikembangkan oleh BRIN melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (OR PA). Satelit ini diluncurkan pada 28 September 2015 dari Sriharikota, India. Satelit LAPAN-A2 dioperasikan melalui Mission Control Center (MCC) Stasiun Bumi Rancabungur Bogor.

Teknologi yang dibawa oleh satelit tersebut yaitu Voice Repeater (VR) dan Automatic Packet Reporting System (APRS). Wahyudi menjelaskan VR dan APRS merupakan muatan atau payload yang digunakan dalam menjalankan misi komunikasi satelit. Kedua muatan ini dapat membantu proses komunikasi darurat di daerah bencana ketika komunikasi terestrial terputus.

"Melalui muatan VR, satelit LAPAN-A2 dapat digunakan para amatir radio dalam mengirimkan pesan suara. Sementara melalui muatan APRS, operator satelit dapat mengirimkan pesan singkat dalam bentuk teks (seperti SMS) kepada para amatir radio. Selain itu, data lain yang dapat dikirimkan dapat berupa foto/gambar," ujar Wahyudi melalui keterangan tertulis, Kamis, 28 Maret 2024.

Perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan komunikasi satelit cukup sederhana, yaitu menggunakan Radio Genggam atau Handheld Transceiver (HT) dan antena pengarah. HT yang digunakan HT Dual Band UHF dan VHF, sedangkan antena bisa menggunakan Moxon Dual Band, Cross Yagi dan QFH (Quadri Fillar Helix). Salah satu antena yang dapat dibuat sendiri adalah Moxon Yagi Emergency. Antena ini dapat dibuat dari kawat yang bisa kita jumpai di berbagai material, seperti kawat hanger, kawat jemuran, dan kawat las. Antena ini memungkinkan untuk dipakai pada situasi darurat.

Advertising
Advertising

Wahyudi menyampaikan, satelit LAPAN-A2 memiliki nama seri IO-86 bermakna Indonesian OSCAR (Orbiting Satellite Carying Amateur Radio) ke-86 di dunia. Keunggulan dari Voice Repeater IO-86 adalah dapat diakses menggunakan HT kecil standar sehingga memudahkan saat digunakan pada situasi darurat. Pemancar balik LAPAN-A2 memiliki daya pancar 5 watt yang cukup besar. Sementara sinyal balik dari satelit bisa diterima oleh antenna rubber duck bawaan HT standar.

"Jangkauan komunikasi satelit ini lebih dari 4.500 km. Hal tersebut memungkinkan pengguna amatir radio di Indonesia untuk berkomunikasi dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Srilanka, hingga Jepang dan China," kata Wahyudi.

"Satelit IO-86 dapat diakses melalui frekuensi 145.825mhz untuk APRS. Sedangkan untuk VR di frekuensi 145.880mhz (Uplink) dan 435.880mhz (Downlink)," ucap dia.

Salah satu peran satelit ini adalah pada saat gempa bumi di Lombok dan Tsunami di Palu beberapa tahun silam. Satelit LAPAN-A2 (IO-86) diaktifkan untuk membantu komunikasi antar relawan penanganan bencana. Semua pengguna radio amatir bisa menggunakannya. Hal ini dikarenakan jangkauan komunikasi satelit yang luas sehingga para relawan dapat berkoordinasi dengan daerah-daerah lainnya.

"Satelit hasil kolaborasi dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) ini memungkinkan menjangkau seluruh pengguna radio amatir di Indonesia. Melalui cara ini ORARI dapat berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Tim SAR guna mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan," tuturnya.

Menurut Wahyudi, anggapan bahwa teknologi satelit sebagai teknologi tinggi yang sulit diakses oleh masyarakat perlu dipikirkan kembali, karena saat ini masyarakat dari berbagai kalangan dapat mengakses satelit LAPAN-A2. BRIN dan ORARI kerap melakukan Bimbingan Teknis Komunikasi Satelit kepada para siswa, komunitas, organisasi maupun masyarakat umum. Bimtek dilakukan di berbagai daerah dan beberapa event seperti JOTA JOTI (Jamboree On The Air – Jamboree On The Internet) untuk anggota Pramuka.

"Hingga saat ini IO-86 masih digunakan saat terjadi bencana di Indonesia dan digunakan untuk berlatih komunikasi kebencanaan sebagai langkah antisipasi jika terjadi bencana. Latihan ini dilakukan bersama dengan ORARI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana," katanya.

Pilihan Editor: Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Berita terkait

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

3 jam lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

1 hari lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

1 hari lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

1 hari lalu

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat

Baca Selengkapnya

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

1 hari lalu

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.

Baca Selengkapnya

Cerita Pemuda Asal Bandung Gunakan Starlink: Unlimited dan Lebih Stabil

2 hari lalu

Cerita Pemuda Asal Bandung Gunakan Starlink: Unlimited dan Lebih Stabil

Melalui situs resminya, Starlink mematok harga layanan internet sebesar Rp 750 ribu per bulan.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

2 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

2 hari lalu

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

2 hari lalu

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

Menurut peneliti BRIN, suhu panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini kategorinya suhu tinggi, bukan gelombang panas atau heatwave.

Baca Selengkapnya

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

2 hari lalu

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Aastronom BRIN menyebut fenomena adanya bintang jatuh di Yogyakarta dan sekitarnya itu sebagai meteor sporadis.

Baca Selengkapnya