TEMPO Interaktif, Leipzig - Ikan dianggap sebagai sumber pangan yang baik karena tinggi protein dan rendah lemak sehingga baik bagi jantung. Meskipun 40.000 tahun lampau belum ada ahli gizi atau kesehatan yang mempromosikan nilai gizi ikan, sebuah studi menunjukkan salah satu nenek moyang kita ternyata telah mengonsumsi ikan secara rutin.
Hal itu terungkap ketika para ilmuwan menganalisis komposisi kimia protein kolagen dari tulang kerangka manusia purba yang berasal dari Gua Tianyuan dekat Beijing. Tingginya kandungan kolagen pada tulang tersebut menjadi landasan mereka membuat kesimpulan bahwa ikanlah yang menjadi sumber kolagen itu.
Menangkap ikan pada saat itu bukan perkara mudah, kata para ilmuwan. Catatan fosil mengindikasikan bahwa manusia belumlah menggunakan alat khusus untuk menangkap ikan, selain pisau batu, sampai 50.000 tahun lampau.
"Analisis ini memberikan bukti langsung pertama yang menunjukkan konsumsi sumber pangan akuatik yang dilakukan manusia modern pertama di Cina dan berimplikasi bagi subsitensi dan demografi manusia modern pertama, kata Michael P. Richards dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.
Sebelum lahirnya teori manusia telah makan ikan sejak 40.000 tahun lampau ini, sejumlah ilmuwan lain telah mengeluarkan teori bahwa mengonsumsi ikan kemungkinan telah membantu manusia memiliki otak yang lebih besar. Meski ada banyak faktor lain yang membuat otak manusia tumbuh lebih besar seperti masuknya protein daging dari binatang darat ke dalam menu makanan manusia sekitar dua juta tahun lalu. Dorongan untuk menyelamatkan diri dari bencana alam juga berpotensi memicu pertumbuhan otak.
Meski demikian, Richards dan koleganya menyatakan pergeseran menu makanan yang semakin kaya ikan, seperti temuan studi ini, lebih merefleksikan tekanan yang kian besar dari makin meningkatknya populasi ketika manusia modern mulai berkembang di seluruh Eurasia.
TJANDRA | LIVESCIENCE