AKKP Wakatobi Beri Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Harap Jadi Rujukan Regional

Rabu, 5 Juni 2024 16:19 WIB

Foto bersama seluruh peserta pelatihan pengelolaan kawasan konservasi perairan di AKKP Wakatobi saat kunjungan ke Desa Liya Togo. FOTO/Dok. CoE Wakatobi

TEMPO.CO, Jakarta - Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi telah menggelar pelatihan Marine Protected Area Center of Excellence (MPA CoE) atau Pusat Pembelajaran Unggulan Kawasan Konservasi siklus 3. Pelatihan pengelolaan kawasan konservasi perairan yang dilaksanakan pada 28 Mei – 4 Juni 2024 ini diikuti oleh 30 peserta.

Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi adalah kampus vokasional yang berada di bawah lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Akademi ini menyelenggarakan Program Diploma 1 untuk Program Studi Konservasi dan Ekowisata Bahari dengan para peserta yang ingin meningkatkan kapasitas, pengetahuan, dan pengalaman praktik langsung mengelola kawasan konservasi sumber daya perairan.

"Kegiatan ini menjadi sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan untuk saling berbagi pengetahuan, terutama dari kelompok-kelompok yang telah menjadi ahli di bidangnya dan tentunya telah menerapkan praktik-praktik pengelolaan yang bijak,” kata Khairudin Isman, Direktur Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, dalam keterangan tertulis yang dibagikan, Selasa 4 Juni 2024.

Dituturkan Khairudin, Wakatobi MPA CoE menawarkan empat tema utama pelatihan yang meliputi pengorganisasian komunitas, transformasi pasar, pemantauan keanekaragaman pesisir dan laut, dan tata kelola kawasan konservasi perairan. Setiap tema tersebut memiliki pembagian porsi sebesar 30 persen untuk materi teori dan 70 persen untuk praktik langsung di lapangan bersama para praktisi dan komunitas yang terdapat di Wakatobi.

Narasumber yang digandeng AKKP Wakatobi untuk penyelenggaraan Pusat Pembelajaran Unggulan Kawasan Konservasi siklus 3 ini datang sebagian dari Dinas Perikanan Kabupaten Wakatobi, Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB), dan Balai Taman Nasional Wakatobi (BTNW). Lainnya adalah dari Koperasi Samata Padakkau, Kelompok Petani Rumput Laut Lagundi, Masyarakat Hukum Adat (MHA) Sarano Wali, dan Forum Kahedupa Toudani (Forkani), dan Yayasan WWF Indonesia.

Advertising
Advertising

"Kami berharap menjadi rujukan pembelajaran mengenai pengelolaan kawasan konservasi di tingkat nasional maupun regional, terutama sebagai salah satu wilayah yang berada di Pusat Segitiga Karang Dunia," kata Khairudin.

Ketua Kelompok Budidaya Rumput Laut Lagundi saat memeragakan cara mengikat rumput laut. Pelatihan pengelolaan kawasan konservasi perairan ini digelar AKKP Wakatobi 28 Mei sampai 4 Juni 2024. FOTO/Dok. CoE Wakatobi.

Inisiasi yang sudah dideklarasikan sejak 2019 ini diklaim telah menghasilkan alumni-alumni yang masih terus berkontribusi pada pengembangan kawasan konservasi perairan di daerahnya masing-masing. Selain itu, para alumni juga disebutkan masih terus berupaya mempertahankan pengelolaan sumber daya laut yang bijak dan berkelanjutan.

Adapun Pelaksana tugas Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Yayan Hikmayani, berpesan bahwa masyarakat adat sangat berperan penting dalam pemeliharaan ekosistem laut, di mana wilayah perikanan tradisional itu ada di kawasan konservasi. "Sehingga kegiatan Wakatobi MPA CoE ini telah menjadi inisiatif yang sangat strategis untuk menjaga sumber daya alam yang ada di kawasan konservasi,” kata dia.

Kata Peserta Pelatihan

Salah satu penerima beasiswa pelatihan tahun ini adalah Arip, anggota kelompok Konservasi Alam Bawah Laut (KABL) Desa Sukarame, Banten. Dia mengisahkan, terumbu karang di erairan Carita sudah rusak akibat praktik perikanan dan wisata yang tidak bertanggung jawab.

Arip dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) lalu berinisiatif membentuk kelompok KABL yang fokus pada rehabilitasi terumbu karang. "Tentunya dengan adanya pelatihan ini sangat bermanfaat untuk kelompok, terutama untuk mempelajari dan mengaplikasikan metode rehabilitasi terumbu karang yang baru, sehingga ikan-ikan di Carita akan punya rumah baru,” katanya.

Ari Sandy Muchtar yang mewakili Pengelola Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kolaka adalah peserta lainnya. Dia menyatakan ingin meningkatkan kapasitas dalam pengorganisasian kelompok nelayan dan pembudidaya ikan yang berada dekat dengan kawasan konservasi perairan. "Apalagi dengan adanya calon Kawasan Konservasi Daerah Kolaka dan Kolaka Utara ini, saya berkomitmen untuk mendukung pengelolaannya.”

Pilihan Editor: Lindungi Badak Ujung Kulon, KLHK Beberkan Peningkatan Keamanan yang Sudah Dilakukan

Berita terkait

Marak Perburuan Badak Jawa, Pakar dari Itera Tekankan Pentingnya Teknologi untuk Konservasi

3 hari lalu

Marak Perburuan Badak Jawa, Pakar dari Itera Tekankan Pentingnya Teknologi untuk Konservasi

Berbagai pendekatan teknologi sangat mutlak dibutuhkan dalam upaya pengelolaan badak jawa.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Sipil dan Adat Tolak Pengesahan RUU KSDAHE pada 11 Juli

7 hari lalu

Masyarakat Sipil dan Adat Tolak Pengesahan RUU KSDAHE pada 11 Juli

Masyarakat sipil sebelumnya telah menyampaikan masukan substansi RUU KSDAHE dalam bentuk policy brief dan daftar inventarisasi masalah (DIM).

Baca Selengkapnya

Masuk Bursa Pilkada Jawa Barat 2024, Ini Sebagian Prestasi Susi Pudjiastuti Saat Jadi Menteri

10 hari lalu

Masuk Bursa Pilkada Jawa Barat 2024, Ini Sebagian Prestasi Susi Pudjiastuti Saat Jadi Menteri

Berpotensi masuk bursa Pilkada Jawa Barat pada 2024, prestasi Susi Pudjiastuti selama menjabat bisa jadi modal untuk memikat hati masyarakat.

Baca Selengkapnya

KKP Beri Bantuan Kepada Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi

14 hari lalu

KKP Beri Bantuan Kepada Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi

Penyerahan bantuan pemerintah bidang konservasi ditargetkan kepada 20 KOMPAK yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia

Baca Selengkapnya

Pemerintah-DPR Sepakati Naskah RUU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati, Ada Penguatan Sanksi

20 hari lalu

Pemerintah-DPR Sepakati Naskah RUU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati, Ada Penguatan Sanksi

Pemerintah, DPR dan DPD menyepakati naskah RUU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

Baca Selengkapnya

KKP Sebut Ada Kapal Asing Mengambil Pasir di Perbatasan Laut Indonesia

20 hari lalu

KKP Sebut Ada Kapal Asing Mengambil Pasir di Perbatasan Laut Indonesia

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan ada kapal asing mengambil pasir di perbatasan laut Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pagar Kejut Ilegal Tewaskan Gajah Sumatera, Chicco Jerikho Minta Pemerintah Tangani Serius

25 hari lalu

Pagar Kejut Ilegal Tewaskan Gajah Sumatera, Chicco Jerikho Minta Pemerintah Tangani Serius

Chicco Jerikho meminta pemerintah untuk mengambil tindakan serius dalam menangani kasus pemasangan pagar kejut ilegal

Baca Selengkapnya

Telkomsel Sukses Hadirkan Konektivitas Digital Selama WWF 2024

35 hari lalu

Telkomsel Sukses Hadirkan Konektivitas Digital Selama WWF 2024

Telkomsel sukses hadirkan pengalaman layanan konektivitas digital pada gelaran World Water Forum 2024 dengan mencatatkan pertumbuhan trafik layanan data lebih dari 43% dan peningkatan trafik data layanan 5G mencapai lebih dari 114% dibandingkan hari biasa.

Baca Selengkapnya

Dosen Unej Inisiasi Wisata Susur Hutan dan Ngopi Pinggir Sungai di Taman Nasional Meru Betiri

38 hari lalu

Dosen Unej Inisiasi Wisata Susur Hutan dan Ngopi Pinggir Sungai di Taman Nasional Meru Betiri

Wisata susur hutan dan ngopi di pinggir sungai bersama masyarakat lokal menambah daya tarik Taman Nasional Meru Betiri.

Baca Selengkapnya

Saran Guru Besar UI, Hindari Kriminalisasi Masyarakat Adat di RUU Konservasi

38 hari lalu

Saran Guru Besar UI, Hindari Kriminalisasi Masyarakat Adat di RUU Konservasi

Kita harus dapat memberdayakan masyarakat sekitar kawasan konservasi

Baca Selengkapnya