Juni Penuh Fenomena Langka di Langit, Ada Strawberry Moon Hingga Parade Planet

Jumat, 7 Juni 2024 07:00 WIB

Bulan purnama bersinar di balik kubah masjid di Kairo, Mesir, 24 Juni 2021. Strawberry Moon merupakan Supermoon terakhir di tahun 2021. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

TEMPO.CO, Jakarta - Bulan Juni adalah periode dengan durasi malam yang pendek, terutama di belahan bumi utara. Namun, bulan ke-6 ini menyajikan sejumlah fenomena benda langit yang tergolong langka.

Dilansir dari ulasan Forbes pada 1 Juni lalu, bulan pertama musim panas akan muncul di ujung periode titik balik matahari musim panas, sekitar 21-22 Juni 2024. Para penggemar antariksa bisa menikmati Strawberry Moon di langit timur saat senja. Saat itu bulan berada di sisi berlawanan dari Bumi dan Matahari, sehingga permukaannya sangat terang.

Momentum Strawberry Moon dulunya sering dirayakan dengan panen stroberi oleh suku asli Amerika Serikat. Situasi bulan ketika diterangi oleh matahari yang berada di titik tertinggi itu sering juga disebut sebagai Rose Moon dan Honey Moon.

Selagi matahari melambung ke titik tertinggi, bulan purnama Juni justru berada di titik terendah dari siklus pergerakannya. Artinya bulan purnama terbit lebh lambat dari biasanya, mirip seperti matahari pada Desember.

Advertising
Advertising

Bulan Sabit yang Indah

Masyarakat juga bisa menyaksikan bulan sabit yang spektakuler setelah matahari terbenam mulai hari ini, Jumat, 7 Juni hingga 10 Juni 2024. Pemandangan langit itu bisa dilihat di ufuk langit arah barat atau barat daya.

Setiap bulannya, ada setidaknya empat malam berisi bulan sabit yang sering kita lewatkan. Ada kalanya pemandangan bulan yang tampak seperti piringan cekung itu terhalang oleh awan mendung. Pada bulan ini, bulan sabit akan tampak lebih indah. Bila dikeker dengan teleskop, kita bisa melihat sinar halus yang menerangi sisi gelap bulan.

Fenomena Planet Berjajar

Harus disaksikan dengan teleskop, sebanyak enam planet akan terlihat berjejer dari bumi pada 3-4 Juni 2024. “Urutannya dari yang paling duluan terbit yaitu Saturnus, kemudian Neptunus, Mars, Uranus, Merkurius, dan Jupiter,” kata penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan, Avivah Yamani, pada 2 Juni lalu.

Menurut Avivah, planet Saturnus akan muncul setelah tengah malam atau pada pukul 00.20 WIB. Cahayanya bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, setelah itu, muncul planet Neptunus dan Uranus yang hanya bisa dilihat melalui teleskop.

Parade itu masih berlanjut dengan munculnya Merkurius dan Jupiter menjelang fajar atau matahari terbit. Merkurius akan muncul pada 04.59, sedangkan Jupiter berselang 11 menit setelahnya. “Posisinya rendah banget di timur, tidak akan bisa diamati secara langsung juga,” ujar Avivah.

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, mengatakan fenomena itu dikenal sebagai Planetary Alignment atau planet berjajar. “Menunjukkan planet-planet di langit tampak segaris,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Sabtu 1 Juni 2024.

Fenomena planet berjajar sering terjadi karena bidang orbitnya sedang dekat dengan bumi, ketika mengitari matahari. Namun, parade tahun ini sangat langka karena ada enam planet yang akan berbaris.

FORBES | ANWAR SISWADI

Pilihan Editor: Kondisi Terkini di Gunung Marapi: Erupsi Masih Terjadi, Warna Air Sungai Jadi Acuan

Berita terkait

Peneliti BRIN Ungkap Fakta Gelombang Panas di Asean: Naik Signifikan, Picu Krisis Pangan dan Kesehatan

3 jam lalu

Peneliti BRIN Ungkap Fakta Gelombang Panas di Asean: Naik Signifikan, Picu Krisis Pangan dan Kesehatan

Gelombang panas yang terjadi di Indonesia memiliki korelasi yang linear dan secara umum dipengaruhi oleh fenomena El Nino.

Baca Selengkapnya

3 Hujan Meteor di Fenomena Astronomi Bulan Juli, Catat Tanggal dan Arah Lihatnya

1 hari lalu

3 Hujan Meteor di Fenomena Astronomi Bulan Juli, Catat Tanggal dan Arah Lihatnya

Fenomena astronomi bulan ini bakal menampilkan tiga hujan meteor dan dua planet senja serta okultasi Saturnus. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Peramal India Sebut Kiamat Disebabkan Perang Dunia III, Ini Penyebab Kiamat Menurut Sains

3 hari lalu

Peramal India Sebut Kiamat Disebabkan Perang Dunia III, Ini Penyebab Kiamat Menurut Sains

Seorang ahli nujum India meramalkan kiamat akan terjadi, Sabtu, 29 Juni 2024 disebabkan Perang Dunia III. Begini penyebab kiamat menurut sains?

Baca Selengkapnya

Potensi La Nina 2024, Peneliti BRIN: Redam Kekeringan di Indonesia Barat Saat Kemarau

4 hari lalu

Potensi La Nina 2024, Peneliti BRIN: Redam Kekeringan di Indonesia Barat Saat Kemarau

Kebanyakan model prediksi cuaca mengindikasikan kemunculan La Nina pada September mendatang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Peringatkan Peningkatan Curah Hujan, Sepaku IKN Banjir Setinggi 2 Meter

6 hari lalu

Peneliti BRIN Peringatkan Peningkatan Curah Hujan, Sepaku IKN Banjir Setinggi 2 Meter

Hujan dengan intensitas lebat pada 23 Juni 2024 membuat Kampung Sepaku terendam banjir dengan ketinggian air mencapai dua meter.

Baca Selengkapnya

Soal Legalisasi Kratom, Anggota DPR Minta Tunggu Penelitian

6 hari lalu

Soal Legalisasi Kratom, Anggota DPR Minta Tunggu Penelitian

Anggota Komisi IX DPR Edy Wuryanto legalisasi kratom masih menunggu penelitian dari BRIN yang didampingi BPOM.

Baca Selengkapnya

Soroti Klaim BRIN soal Publikasi Jurnal Ilmiah, KIKA Minta Kualitas Karya Diperhatikan

6 hari lalu

Soroti Klaim BRIN soal Publikasi Jurnal Ilmiah, KIKA Minta Kualitas Karya Diperhatikan

KIKA mengkritik banyaknya peneliti dan akademisi Indonesia yang menerbitkan publikasi di jurnal predator dengan jaminan kualitas yang buruk.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan PLTS Terapung Mobile Pertama di Indonesia

7 hari lalu

BRIN Kembangkan PLTS Terapung Mobile Pertama di Indonesia

BRIN mengembangkan PLTS terapung mobile pertama. Memanfaatkan potensi besar energi surya dan mengatasi keterbatasan lahan.

Baca Selengkapnya

Pemprov Jakarta Siapkan Water Mist Tangkal Polusi Udara Jabodetabek, Bagaimana Sistem Kerjanya?

7 hari lalu

Pemprov Jakarta Siapkan Water Mist Tangkal Polusi Udara Jabodetabek, Bagaimana Sistem Kerjanya?

Upaya menekan polusi udara, Pemerintah Provinsi Jakarta menyiapkan penggunaan kabut air (water mist) saat memasuki musim kemarau.

Baca Selengkapnya

Pakar Klimatologi BRIN: Wilayah IKN Diprediksi Hujan Sepanjang Kemarau, Imbas BSISO

7 hari lalu

Pakar Klimatologi BRIN: Wilayah IKN Diprediksi Hujan Sepanjang Kemarau, Imbas BSISO

Peneliti BRIN memprediksi hujan sepanjang kemarau di Kalimantan, termasuk di wilayah IKN.

Baca Selengkapnya