Komet Pembunuh Mamut

Reporter

Editor

Selasa, 28 Juli 2009 18:46 WIB


TEMPO Interaktif, Eugene - Batu antariksa yang menghantam gletser di timur Kanada sekitar 12.900 tahun lampau kemungkinan besar punya andil menyapu habis binatang raksasa, seperti woolly mammoth, dari muka bumi. Efek tumbukan komet itu diperkirakan juga bertanggung jawab atas kematian manusia pertama yang mendiami benua itu, orang Clovis. Hasil studi terbaru ini juga menambah bukti bahwa ada tiga faktor yang terlibat dalam kepunahan binatang zaman es.
Bukti baru itu berasal dari intan berukuran nanometer yang belum lama ini ditemukan. Para ilmuwan menganggap intan itu sebagai petunjuk terkuat untuk mendukung argumen yang dapat menjelaskan kematian massal di wilayah tersebut pada masa Pleistocene akhir.
Para ilmuwan telah lama beradu pendapat soal bencana apa yang menyebabkan peristiwa kepunahan massal, yang telah mengirimkan lebih dari tiga perempat binatang besar Zaman Es dan orang Clovis di Amerika Utara ke liang kubur mereka. Orang-orang Clovis adalah kelompok manusia Zaman Batu yang baru saja berimigrasi ke benua baru itu.
Dua penjelasan utama yang berkembang, baik perburuan besar-besaran yang dilakukan manusia maupun perubahan iklim, ternyata tidak cukup kuat untuk dianggap sebagai penyebab kepunahan massal tersebut. Menambahkan hunjaman komet sebagai faktor ketiga ternyata menghasilkan kombinasi bencana yang amat mematikan, kata Allen West, peneliti GeoScience Consulting di Arizona, yang terlibat dalam studi itu.
"Tak ada cara untuk menyatakan berapa persentase dari tiap-tiap faktor yang berperan dalam punahnya binatang raksasa itu," kata West. "Namun, bisa dipastikan ketiganya terlibat di sana, dari tumbukan komet, perubahan iklim, hingga manusia."
Sebenarnya gagasan yang mengambinghitamkan komet ini bukan barang baru. Para ilmuwan telah melaporkan penemuan bukti adanya komet di kawasan itu berupa intan berukuran nanometer (nanodiamond), karbon mirip kaca dan iridium, unsur yang langka ditemukan di bumi.
Namun, ini pertama kalinya ilmuwan melaporkan intan berbentuk heksagon. Nanodiamond yang dijuluki Lonsdaleite ini hanya ditemukan dalam meteorit atau kawah bekas tumbukan benda antariksa. "Lonsdaleite hanya terbentuk dalam temperatur dan tekanan amat tinggi yang konsisten dengan hantaman benda kosmis," kata salah seorang anggota tim studi, Douglas Kennett.
Arkeologi dari University of Oregon ini amat yakin bahwa intan nanometer itu adalah bukti kuat. "Sejauh ini intan itu hanya ditemukan dalam meteorit dan kawah bekas tumbukan meteor di bumi, dan tampaknya ini adalah indikator terkuat bahwa telah terjadi tumbukan benda kosmis yang signifikan pada masa Clovis," ujarnya.
Tim ilmuwan Oregon itu menemukan butiran intan supermini tersebut pada kedalaman 4 meter di sedimen di Ngarai Arlington, yang terletak di Pulau Santa Rosa. Pulau ini pernah terhubung dengan tiga pulau lain dari Kepulauan Northern Channel di lepas pantai California Selatan dalam sebuah daratan yang dijuluki Santarosae.
Kennett dan timnya juga menemukan intan heksagon di sejumlah tempat lain di Amerika Utara dan Eropa. Dari bukti intan dan material lain itu, para ilmuwan bisa mereka bagaimana tabrakan komet memicu bencana bagi wolly mammoth dan orang-orang Clovis.
Begini hasil rekaan mereka: satu atau beberapa obyek mirip komet dengan diameter hingga 2 kilometer menghunjam Kanada. Komet itu pastilah menabrak pada sudut miring, kata para ilmuwan, mengenai bongkahan es yang amat besar. Ini menjelaskan mengapa hingga sekarang para ilmuwan belum menemukan kawah komet tersebut.
Dampak tabrakan komet itu kemudian memicu gelombang kebakaran besar. Dugaan ini didukung oleh jelaga yang ditemukan di kawasan itu selain adanya nanodiamond di situs Santa Rosa dan beberapa lokasi lain di seluruh Amerika Utara. Kebakaran itu mungkin telah membumihanguskan binatang-binatang besar dan manusia di dekatnya.
Efek komet itu bisa jadi juga bertanggung jawab atas kepunahan pygmy mammoth dari Kepulauan Northern Channel, kata para ilmuwan dalam laporan yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences pekan ini. Dampak jangka panjang komet itu ada kemungkinan juga menyebabkan kematian binatang lain yang selamat.
"Ledakan besar seperti yang dihasilkan komet ini menyuntikkan banyak sekali uap air--komet terbuat dari air yang membeku menjadi es--sehingga peristiwa itu pada dasarnya telah menyebabkan terbentuknya awan di atas sebagian besar wilayah belahan bumi utara," kata West. "Hal itu membuat segala sesuatu menjadi amat dingin dengan cepat."
Selain awan yang terbentuk akibat tumbukan komet, kebakaran memenuhi atmosfer dengan jelaga, uap air, nitrat oksida, dan debu yang menutupi sinar matahari. Gabungan itu menghasilkan pendinginan iklim yang amat cepat.
West dan timnya menduga tumbukan benda kosmis itu juga menyebabkan periode pendinginan yang dikenal dengan Younger Dryas. "Itu mungkin seperti bila Anda tinggal di Miami yang panas dan tiba-tiba, dalam waktu kurang dari setahun, iklim berubah seperti di Montreal, Kanada," ujar West. "Itu berarti pohon palem tidak bisa tumbuh."
Tumbuh-tumbuhan yang beradaptasi dengan iklim yang lebih hangat akan mati sehingga fauna raksasa yang menghuni dataran itu akan kesulitan menemukan makanan, kata West.
Meski telah berhasil mengungkap sumber bencana punahnya fauna besar dan orang Clovis, West dan timnya masih terus berusaha mengetahui dengan pasti bagaimana nanodiamond bersisi enam dan berbagai intan lain yang ditemukan pada lapisan sedimen berumur 12.900 tahun itu. Para ilmuwan menduga temperatur tinggi dan tekanan tinggi yang diakibatkan tabrakan itu mengubah grafit di bumi menjadi intan heksagon. Es karbon dioksida yang terkandung dalam komet mungkin juga telah bertransformasi menjadi nanodiamond langka.
TJANDRA DEWI | LIVESCIENCE | PMR UOREGON

Berita terkait

UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

18 hari lalu

UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?

Baca Selengkapnya

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

37 hari lalu

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

38 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

42 hari lalu

Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

43 hari lalu

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.

Baca Selengkapnya

Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

43 hari lalu

Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.

Baca Selengkapnya

Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

4 Maret 2024

Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi

Baca Selengkapnya

Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

28 Desember 2023

Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

Program double degree ini membuka pintu bagi mahasiswa di kedua belah pihak untuk memperdalam pemahaman mereka dalam bidang arkeologi.

Baca Selengkapnya

6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.

Baca Selengkapnya