Cerita Saksi Hidup Tsunami 13 Meter di Banyuwangi: Panjat Pohon Sirsak, Bergelayut Jeriken

Kamis, 29 Agustus 2024 18:59 WIB

Rambu rawan tsunami di pantai di Desa Sumberagung, Banyuwangi, Jawa Timur. (BNPB)

TEMPO.CO, Banyuwangi - Gempa berkekuatan 7,8 dalam Skala Richter memicu tsunami menghantam kawasan pesisir Selatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, 30 tahun lalu. Saat itu gelombang laut yang datang ke Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran terukur setinggi sekitar 13 meter sehingga menyebabkan jatuhnya ratusan korban jiwa.

Mengenang kejadian bencana itu, Direktorat Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengadakan Refleksi Gempa Tsunami 1994 Kabupaten Banyuwangi, di Kantor Desa Sumberagung, pada Selasa lalu, 27 Agustus 2024. Hadir dalam kegiatan itu, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi, beserta Direktur Kesiapsiagaan BNPB, Pangarso Suryotomo.

Refleksi untuk pembelajaran bagi masyarakat dan juga perangkat daerah khususnya yang bergerak dalam penanggulangan bencana tersebut menghadirkan pula saksi hidup kejadian gempa dan tsunami pada 2 Juni 1994 lalu. Salah satunya adalah Susilowati yang mengatakan berumur 11 tahun atau duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar saat selamat dari bencana tsunami itu.

"Saat itu, saya bersama kakek dan nenek berada di rumah di Pulau Merah yang jaraknya tidak terlalu dekat juga dari pantai," tuturnya. Dia menyatakan menyadari dan masih mengingat guncangan gempa kuat pada dinihari kala itu namun langsung tidur lagi. Ternyata tsunami datang menyusul gempa tersebut.

"Ketika tsunami tiba, saya bersama kakek dan nenek sempat berlari ke luar rumah dan memanjat pohon sirsak," katanya mengenang. Di depan matanya rumahnya roboh dihantam gelombang. "Sekitar 15 menit kemudian air mulai surut dan warga lainnya datang membantu kemudian bersama-sama mengungsi ke Balai Desa."

Advertising
Advertising

Yeni, saksi hidup lainnya, berusia sebaya Susilowati. Saat tsunami menerjang, dia diselamatkan oleh pamannya yang saat itu belum tidur. Yeni selamat karena berpegangan pada material rumah yang saat itu ikut hanyut. Kemudian, ketika mengikuti arus, dirinya tersangkut sehingga dapat bertahan hingga air surut.

Suasana Kegiatan Refleksi Gempa Tsunami 1994 yang menghadirkan masyarakat yang menjadi saksi hidup selamat dari peristiwa gempa dan tsunami yang terjadi pada 2 Juni tahun 1994 yang lalu. Acara ini dihelat di Kantor Desa Sumberagung, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada Selasa, 27 Agustus 2024. Foto: BNPB

Eko yang juga salah satu korban selamat, mengingat bagaimana rumahnya terhantam ombak dua kali. Hantaman pertama rumah masih bisa bertahan namun sudah banyak kerusakan. Pada hantaman kedua, rumah langsung roboh. Setelah itu dirinya berenang mengikuti arus air. Beruntung dia tersangkut di kayu dan sebuah jeriken membuatnya bisa tetap mengapung.

Dalam keterangan tertulis yang dibagikan dari refleksi tsunami dan apel kesiapsiagaan dan simulasi evakuasi bencana tersebut, Prasinta Dewi mengatakan bahwa tsunami 30 tahun lalu menelan total 229 korban jiwa dan hilang 23 orang. "Kita harus lakukan edukasi dan sosialisasi kembali,” ujarnya.

Prasinta menekankan pentingnya melakukan gladi simulasi evakuasi mandiri secara rutin agar setiap orang tahu apa yang harus dilakukan. “Sebetulnya simulasi sudah sering dilakukan, kegiatan ini harus diulang terus menerus,” lanjutnya.

Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi, M.A.P (kemeja hitam dan rompi) didampingi Direktur Kesiapsiagaan BNPB, Pangarso Suryotomo saat meninjau rambu dan papan informasi rawan tsunami di permukiman dan wisata pantai yang ada di Sumberagung, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada Senin, 26 Agustus 2024. Foto: BNPB

Ia mengatakan sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat, kapan, di mana, dan berapa kekuatannya. Apel kesiapsiagaan memiliki manfaat untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dari personel dan peralatan jika suatu saat bencana sesungguhnya terjadi.

Menurutnya, berdasarkan cerita pengalaman dari beberapa warga yang selamat, ada beberapa yang dapat dijadikan pembelajaran dan bekal bagi masyarakat. Antara lain dengan melakukan mitigasi berbasis vegetasi, yaitu melakukan penanaman pohon yang berakar kuat serta kokoh guna menjadi tempat untuk berlindung ketika tsunami datang.

Dapat juga dengan menyediakan lahan untuk Hutan Pantai yang berisikan Pohon Kelapa, Pohon Cemara, Pohon Pule, Pohon Ketapang, Pohon Mahoni dan Pohon Beringin yang juga dapat dimanfaatkan untuk penahan arus gelombang dan sebagai tempat berlindung. Selain itu penanaman mangrove sebagai salah satu upaya pemecah dan penahan gelombang tsunami

Pilihan Editor: Geolog BRIN Amini Kemungkinan Gempa Megathrust Mentawai-Siberut Cukup Besar

Berita terkait

Pengungsi Gempa Bandung Kena ISPA Hingga Kecemasan, IDI Sebut Butuh Obat Mendesak

7 jam lalu

Pengungsi Gempa Bandung Kena ISPA Hingga Kecemasan, IDI Sebut Butuh Obat Mendesak

Beragam jenis penyakit merebak di kalangan pengungsi korban gempa bermagnitudo 4,9 di Garut dan Bandung. Kebutuhan obat belum terpenuhi sepenuhnya.

Baca Selengkapnya

China Kembali Impor Makanan Laut dari Jepang Usai Pembuangan Limbah Fukushima

11 jam lalu

China Kembali Impor Makanan Laut dari Jepang Usai Pembuangan Limbah Fukushima

China akan "secara bertahap melanjutkan" impor makanan laut dari Jepang, menyusul pelepasan air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima

Baca Selengkapnya

Pemulihan Pasca Gempa Garut Dimulai, BNPB: Ada Dana Tunggu Rp 500 Ribu per Keluarga

15 jam lalu

Pemulihan Pasca Gempa Garut Dimulai, BNPB: Ada Dana Tunggu Rp 500 Ribu per Keluarga

BNPB menyebut efek gempa M4,9 di Garut pada 18 September 202, tidak sebesar di Kabupaten Bandung. Rehabilitas berjalan saat tanggap darurat.

Baca Selengkapnya

Menduga Ada Banyak Segmen, BMKG: Sesar Garsela Zona Paling Aktif Gempa di Pulau Jawa

18 jam lalu

Menduga Ada Banyak Segmen, BMKG: Sesar Garsela Zona Paling Aktif Gempa di Pulau Jawa

BMKG memastikan gempa yang menyebabkan kerusakan di Kabupaten Bandung dan Garut pada Rabu pagi lalu dipicu aktivitas Sesar Garsela.

Baca Selengkapnya

Gempa di Laut M5,2 Guncang Padang Sidempuan Sumut, Akibat Aktivitas Lempeng di Zona Intraslab

23 jam lalu

Gempa di Laut M5,2 Guncang Padang Sidempuan Sumut, Akibat Aktivitas Lempeng di Zona Intraslab

Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.

Baca Selengkapnya

NPWP Jokowi dan Sri Mulyani Diduga Bocor dan Diperjualbelikan serta Gempa Bandung Merusak Hingga Garut di Top 3 Tekno

1 hari lalu

NPWP Jokowi dan Sri Mulyani Diduga Bocor dan Diperjualbelikan serta Gempa Bandung Merusak Hingga Garut di Top 3 Tekno

Topik tentang 6 juta data NPWP, termasuk milik Jokowi dan Sri Mulyani, diduga dijual seharga Rp 150 juta menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Gempa M5,6 di Morotai Rusak Puluhan Rumah, Warga Dua Kecamatan Sempat Panik

1 hari lalu

Gempa M5,6 di Morotai Rusak Puluhan Rumah, Warga Dua Kecamatan Sempat Panik

Gempa M5,6 di Pulau Morotai pada Kamis, 19 September 2024, membuat 25 unit rumah warga lokal rusak berat.

Baca Selengkapnya

Gempa M5,6 Kejutkan Warga Pantai Morotai, BMKG Sebut Akibat Pergerakan Lempeng Laut Pasifik

1 hari lalu

Gempa M5,6 Kejutkan Warga Pantai Morotai, BMKG Sebut Akibat Pergerakan Lempeng Laut Pasifik

BMKG mendeteksi gempa berkekuatan M5,6 pada Kamis siang, 19 September 2024. Sempat ada satu lindu susulan, namun dipastikan nihil tsunami.

Baca Selengkapnya

Gempa Bandung: Ini yang Dibutuhkan Korban Menurut BNPB

1 hari lalu

Gempa Bandung: Ini yang Dibutuhkan Korban Menurut BNPB

Menurut BNPB, korban gempa Bandung membutuhkan bantuan seperti pakaian bayi, selimut, makanan pengganti ASI dan siap saji, tenda, matras, air mineral.

Baca Selengkapnya

Kerugian Gempa Bandung dan Sekitarnya Mencapai Rp385 Miliar, 21 Ribu Orang Terdampak

1 hari lalu

Kerugian Gempa Bandung dan Sekitarnya Mencapai Rp385 Miliar, 21 Ribu Orang Terdampak

BPBD Jawa Barat menyebut total masyarakat terdampak gempa di Bandung, Bandung Barat, Purwakarta, dan Bogor mencapai 21.709 jiwa.

Baca Selengkapnya