Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

Selasa, 17 September 2024 08:05 WIB

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, diduga pernah digunakan untuk pengamatan langit. Menurut profesor riset astronomi dan astrofisika dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin fungsi situs itu untuk penghitungan waktu ritual serta bercocok tanam.

“Masyarakat tradisional yang belum mengenal kalender akan memanfaatkan kondisi langit sebagai petunjuk seperti masuknya musim hujan atau awal kemarau,” katanya, Senin 16 September 2024.

Sistem pertanian tradisional, menurutnya, tidak menggunakan pengairan, melainkan mengandalkan hujan, kecuali jika lahan tanamnya berada dekat sungai sehingga perlu pengetahuan untuk mengetahui kapan waktu hujan. “Sehingga mereka menyiapkan tanahnya, menanam benih, itu tergantung dari informasi kapan akan musim hujan,” ujar dia.

Informasi musim hujan itu bisa diperoleh dari tanda-tanda di langit, misalnya matahari dan posisi rasi bintang tertentu yang umumnyanya dipakai, seperti Orion. Lokasi pengamatan langit di Gunung Padang itu, menurut Thomas, diperkirakan di bagian teratas atau teras kelima. Di sana ada sebuah tempat yang terdapat bekas semacam kursi dari batu untuk mengamati benda-benda langit.

Namun begitu, sejauh ini belum ada temuan atau bukti dari artefak astronomi di Gunung Padang. Dia membandingkan contoh temuan artefak itu pada bangunan lain, seperti jejak pengetahuan astonomi pada rancangan dan relief Candi Borobodur, juga situs megalitikum Stonehenge di Inggris. “Hipotesa pengamatan astronomi di Gunung Padang berdasarkan praktik umum masyarakat tradisional,” ujar Thomas.

Advertising
Advertising

Sementara itu, dari keterangan arkeolog Lutfi Yondri beberapa waktu lalu, situs megalitikum Gunung Padang merupakan bangunan peninggalan prasejarah yang memiliki lima teras atau tingkat atau undakan dengan bagian terbawah berumur budaya lebih tua daripada puncaknya. “Masing-masing teras itu berbeda masa budaya dan kronologinya,” kata dia.

Umur teras pertama berdasarkan hasil penelitian diketahui sekitar 117 tahun Sebelum Masehi, kemudian 45 tahun Sebelum Masehi pada teras kelima. Angka pertanggalan itu, menurut Lutfi, merupakan bagian dari era paleometalik. Pada era tersebut masyarakatnya sudah menggunakan api untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Masa situs Gunung Padang merupakan perkembangan dari era Neolitik, yaitu ketika manusia sudah berubah pola kehidupan yang tadinya hidup di gua kemudian membentuk perkampungan di alam terbuka. “Masyarakatnya saat itu jumlahnya tidak banyak dalam satu pemukiman, diperkirakan antara 75-100 orang,” kata Lutfi. Walau begitu, sejauh ini belum ada temuan bukti atau artefak pemukiman dan jejak manusianya di sekitar Gunung Padang.

Pilihan Editor: Info Terkini Gempa M4,2 di Laut Guncang Banten dan Jawa Barat

Berita terkait

Tim Unpad Usung Sensor Gelatin Babi dari Limbah Kulit Jeruk ke Pimnas 2024

2 jam lalu

Tim Unpad Usung Sensor Gelatin Babi dari Limbah Kulit Jeruk ke Pimnas 2024

Sensor memanfaatkan limbah kulit jeruk siam ini ditujukan tim mahasiswa Unpad untuk mengantisipasi pemalsuan makanan yang berbahan dasar gelatin babi.

Baca Selengkapnya

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

20 jam lalu

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

Supermoon terbesar 2024 terjadi pada Rabu malam sampai Kamis pagi ini, 18-19 September 2024.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

1 hari lalu

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

Data BMKG Oktober 2023 menunjukkan banyak daerah di Indonesia rawan kekeringan yang berdampak pada usaha tani cabai.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

1 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

Topik tentang Dewan Adat minta BRIN tidak memindahkan benda arkeologi Papua ke Cibinong Science Center menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

2 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

Dewan Adat Papua minta BRIN tidak pindahkan benda arkeologi Papua ke Gedung Koleksi Hayati di Cibinong Science Center, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

3 hari lalu

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

Megawati mengatakan Indonesia butuh bantuan dalam proses ilmu dasar bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi dari Rusia.

Baca Selengkapnya

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

3 hari lalu

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.

Baca Selengkapnya

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

5 hari lalu

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

Kementerian Agama menunda pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur, yang semula dijadwalkan untuk diresmikan pada 18 September 2024

Baca Selengkapnya

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

6 hari lalu

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

BRIN kenalkan teknologi kandang khusus untuk mengatasi pencemaran limbah ternak di DAS Citarum.

Baca Selengkapnya

Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

6 hari lalu

Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

Hingga mendekati subuh nanti diperkirakan potensi hujan tersebut masih mugkin bertahan dan bahkan meluas.

Baca Selengkapnya