BMKG Dapat Tambahan Anggaran Rp 25 Miliar untuk Modifikasi Cuaca, Begini Sejarah Teknologi Rekayasa Cuaca

Jumat, 20 September 2024 07:07 WIB

Petugas memasukkan garam ke dalam pesawat Cessna 208B Grand Caravan EX untuk persemaian garam dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Senin 18 Maret 2024. BNPB bekerja sama dengan BMKG melakukan operasi TMC selama tiga hari sebagai upaya meminimalisir berkumpulnya awan yang berpotensi menimbulkan intensitas hujan tinggi terjadi di sejumlah wilayah Jawa Tengah yang rawan bencana hidrometeorologi. ANTARA FOTO/Makna Zaezar

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat alias DPR telah menyetujui tambahan anggaran sebesar Rp 25 miliar untuk Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam APBN 2025.

Dalam Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa dana tambahan ini akan digunakan untuk mendanai kegiatan modifikasi cuaca pada 2025. Rencananya, modifikasi cuaca tersebut akan dilakukan selama 40 hari dengan biaya sebesar Rp 22,09 miliar.

"Modifikasi cuaca ini diperlukan untuk mencegah dampak bencana hidrometeorologi ekstrem pada tahun 2025," kata Dwikorita dalam rapat rencana kerja anggaran bersama Komisi V DPR, Selasa, 17 September 2024.

Sebagai langkah awal, BMKG akan melakukan pemetaan untuk menentukan wilayah yang membutuhkan modifikasi cuaca. Modifikasi ini nantinya akan melibatkan pesawat yang menebarkan garam di titik-titik tertentu, terutama di wilayah pertanian yang rentan terhadap cuaca ekstrem yang bisa memicu gagal panen.

Meskipun telah menerima tambahan anggaran, Dwikorita mengungkapkan bahwa jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan keseluruhan modifikasi cuaca nasional, yang diperkirakan mencapai Rp 700 miliar.

Advertising
Advertising

Bagaimana Sejarah Modifikasi Cuaca?

Dikutip dari sciencehistory.org, gagasan modifikasi cuaca muncul pertama kali pada akhir abad ke-19. Salah satu tokoh penting dalam sejarah awal modifikasi cuaca adalah seorang ilmuwan Amerika, James Pollard Espy seperti dilansir dari berbagai sumber.

Pada 1839, Espy mengajukan teori bahwa pembakaran besar-besaran kayu atau materi lainnya dapat memanaskan udara di atmosfer, sehingga menyebabkan hujan. Meskipun teori ini tidak terbukti efektif, ide tersebut menjadi langkah awal dalam upaya manusia untuk memanipulasi cuaca.

Pada 1891, muncul paten pertama terkait modifikasi cuaca oleh Louis Gathmann, yang mengusulkan penggunaan meriam besar untuk meledakkan bahan peledak di langit guna menciptakan hujan. Meskipun patennya diterima, metode ini juga tidak berhasil dan akhirnya ditinggalkan.

Perang Dunia II Jadi Pendorong Kemunculan Modifikasi Cuaca

Perang Dunia II mempercepat penelitian tentang atmosfer, karena militer menyadari pentingnya cuaca dalam operasi militer. Pada era ini, ilmuwan mulai bereksperimen lebih serius dengan metode untuk mengendalikan hujan dan kabut. Salah satu peristiwa penting adalah penelitian tentang modifikasi awan yang dilakukan oleh Vincent Schaefer dan Irving Langmuir di General Electric Laboratories pada 1946.

Schaefer dan Langmuir berhasil menemukan bahwa penyemaian awan dengan partikel perak iodida atau es kering dapat memicu pembentukan kristal es di dalam awan, yang akhirnya menyebabkan hujan. Penemuan ini dianggap sebagai terobosan besar dan menjadi dasar dari teknologi cloud seeding yang digunakan hingga saat ini.

Modifikasi Cuaca Akomodasi Perang

Modifikasi cuaca tidak hanya digunakan untuk tujuan ilmiah dan sipil, tetapi juga untuk kepentingan militer. Salah satu contoh penggunaan teknologi modifikasi cuaca dalam perang adalah Operation Popeye, yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat selama Perang Vietnam pada 1967 hingga 1972.

Operasi ini bertujuan untuk memperpanjang musim hujan di jalur suplai musuh (Ho Chi Minh Trail), guna membuatnya lebih sulit diakses oleh pasukan Vietnam Utara.

Dalam operasi tersebut, pesawat militer menyemai awan di atas jalur dengan bahan kimia seperti perak iodida untuk memicu hujan deras. Meskipun beberapa pihak menganggap operasi ini berhasil memperlambat pasokan musuh, penggunaan teknologi modifikasi cuaca dalam perang memicu kontroversi internasional dan akhirnya dilarang oleh Konvensi PBB melalui Environmental Modification Convention (ENMOD) pada 1977. Konvensi ini melarang penggunaan teknologi modifikasi cuaca untuk tujuan militer atau tindakan permusuhan.

Masyarakat Kontemporer Adopsi Teknologi Modifikasi Cuaca

Setelah Perang Vietnam, teknologi modifikasi cuaca mulai lebih banyak digunakan untuk keperluan sipil, terutama untuk mitigasi bencana alam dan pengelolaan sumber daya air. Negara-negara dengan masalah kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan mulai mengadopsi teknologi ini sebagai bagian dari solusi mereka.

Dikutip dari journals.ametsoc.or, salah satu negara yang secara intensif menggunakan teknologi cloud seeding adalah Tiongkok. Pemerintah Tiongkok memulai program modifikasi cuaca pada akhir 1950-an, dan sejak itu telah berkembang menjadi salah satu program terbesar di dunia.

Pada 2008, menjelang Olimpiade Beijing, pemerintah Tiongkok menggunakan teknologi modifikasi cuaca untuk memastikan cuaca cerah selama acara pembukaan, dengan menyemai awan di sekitarnya agar hujan turun sebelum acara dimulai.

Di Amerika Serikat, modifikasi cuaca digunakan terutama di negara bagian yang sering mengalami kekeringan seperti Texas dan California. Selama beberapa dekade terakhir, teknologi ini juga telah diterapkan di berbagai negara seperti Rusia, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.

Pilihan Editor: Benarkah BMKG Mampu Modifikasi Cuaca, Bagaimana Caranya?

Berita terkait

BMKG Perkirakan Jakarta Cerah dan Berawan Sepanjang Hari

34 menit lalu

BMKG Perkirakan Jakarta Cerah dan Berawan Sepanjang Hari

Pada pagi hari seluruh wilayah Jakarta dan Kepulauan Seribu mengalami cuaca cerah berawan.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Siklon Tropis Soulik Picu Hujan di Aceh-Sumut dan Gelombang Tinggi 2,5 Meter

1 jam lalu

Prakiraan Cuaca BMKG: Siklon Tropis Soulik Picu Hujan di Aceh-Sumut dan Gelombang Tinggi 2,5 Meter

Kecepatan angin maksimum Siklon Tropis Soulik diperkirakan persisten dalam 24 jam ke depan.

Baca Selengkapnya

Supermoon Bisa Picu Banjir Rob, Bagaimana Faktanya?

1 jam lalu

Supermoon Bisa Picu Banjir Rob, Bagaimana Faktanya?

Kenali fakta mengenai supermoon yang ilmuwan katakan dapat memicu terjadinya banjir rob di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Setelah Pulasan Kini Soulik, Siklon Tropis Sebabkan Cuaca di Jawa Kering Lagi

2 jam lalu

Setelah Pulasan Kini Soulik, Siklon Tropis Sebabkan Cuaca di Jawa Kering Lagi

Di sisi lain, Siklon Tropis Soulik sebabkan pola konfluensi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau yang dapat tingkatkan cuaca hujan.

Baca Selengkapnya

Gempa di Laut M5,2 Guncang Padang Sidempuan Sumut, Akibat Aktivitas Lempeng di Zona Intraslab

4 jam lalu

Gempa di Laut M5,2 Guncang Padang Sidempuan Sumut, Akibat Aktivitas Lempeng di Zona Intraslab

Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.

Baca Selengkapnya

Benarkah BMKG Mampu Modifikasi Cuaca, Bagaimana Caranya?

5 jam lalu

Benarkah BMKG Mampu Modifikasi Cuaca, Bagaimana Caranya?

BMKG yang memperoleh tambahan anggaran Rp 25 miliar untuk mendanai kegiatan modifikasi cuaca tahun depan. Bagaimana caranya?

Baca Selengkapnya

NPWP Jokowi dan Sri Mulyani Diduga Bocor dan Diperjualbelikan serta Gempa Bandung Merusak Hingga Garut di Top 3 Tekno

5 jam lalu

NPWP Jokowi dan Sri Mulyani Diduga Bocor dan Diperjualbelikan serta Gempa Bandung Merusak Hingga Garut di Top 3 Tekno

Topik tentang 6 juta data NPWP, termasuk milik Jokowi dan Sri Mulyani, diduga dijual seharga Rp 150 juta menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Gempa M5,6 di Morotai Rusak Puluhan Rumah, Warga Dua Kecamatan Sempat Panik

11 jam lalu

Gempa M5,6 di Morotai Rusak Puluhan Rumah, Warga Dua Kecamatan Sempat Panik

Gempa M5,6 di Pulau Morotai pada Kamis, 19 September 2024, membuat 25 unit rumah warga lokal rusak berat.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Pendiri Sec Bowl Kuningan Janji Biayai Perawatan Medis Pelanggan, DPR Sahkan UU APBN 2025

17 jam lalu

Terkini Bisnis: Pendiri Sec Bowl Kuningan Janji Biayai Perawatan Medis Pelanggan, DPR Sahkan UU APBN 2025

Founder Sec Bowl Rius Vernandes berjanji untuk menjalankan bisnis tersebut dengan baik.

Baca Selengkapnya

Gempa M5,6 Kejutkan Warga Pantai Morotai, BMKG Sebut Akibat Pergerakan Lempeng Laut Pasifik

19 jam lalu

Gempa M5,6 Kejutkan Warga Pantai Morotai, BMKG Sebut Akibat Pergerakan Lempeng Laut Pasifik

BMKG mendeteksi gempa berkekuatan M5,6 pada Kamis siang, 19 September 2024. Sempat ada satu lindu susulan, namun dipastikan nihil tsunami.

Baca Selengkapnya