Studi: Eksploitasi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Kadar Racun Logam di Laut

Reporter

M. Faiz Zaki

Selasa, 15 Oktober 2024 21:50 WIB

Pemulung mencari sampah yang masih bisa dimanfaatkan di pantai Muaro Lasak, Padang, Sumatera Barat, Minggu, 13 Oktober 2024. Tumpukan sampah laut dan material dari hulu memenuhi objek wisata pantai itu pasca intensitas hujan tinggi tiga hari terakhir sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan menyulitkan perahu nelayan mendarat. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah hasil studi mengungkapkan bahwa kadar logam di laut bisa menjadi lebih beracun karena aktivitas manusia. Aliran logam beracun seperti timbal dan merkuri masing-masing bisa meningkat 10 kali lipat dan tujuh kali lipat dibanding era praindustri.

Fakta tersebut dijelaskan dalam artikel ilmiah berjudul ’Climate Change Driven Effects on Transport, Fate and Biogeochemistry of Trace Element Contaminants in Coastal Marine Ecosystems’, yang dipublikasikan pada 4 Oktober 2024. Salah satu penulisnya, Sylvia G. Sander, menyebut unsur beracun, seperti perak, semakin terdeteksi di perairan pesisir.

“Berasal dari pembakaran batu bara dan meningkatnya penggunaan nanopartikel perak dalam produk antibakteri,” begitu isi tulisan Sylvia dalam penelitian tersebut, dikutip Earth.com, Senin, 14 Oktober 2024.

Studi tersebut merupakan hasil kerja para ahli yang tergabung dalam naungan United Nation Joint Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Environmental Protection (GESAMP), wadah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ihwal perlindungan lingkungan laut. Penelitian yang berfokus membahas kontaminan logam di lautan ini dipimpin oleh Rebecca Zitoun, seorang ahli kimia kelautan di Geomar Helmholtz Center for Ocean Research Kiel; serta Saša Marcinek dari Institut Ruer Boškovi di Zagreb.

Penggunaan plastik yang masif juga memperburuk masalah. Merujuk studi ini, plastik bisa mengikat logam berat seperti tembaga, seng, dan timbal, lalu masuk ke dalam rantai makanan. Seiring peningkatan eksploitasi lautan oleh manusia, jumlah logam berat itu meningkat jauh.

Advertising
Advertising

Lautan kini menghadapi ancaman ganda, yaitu perubahan iklim dan pencemaran lingkungan. Beberapa jenis logam seperti timbal, merkuri, kadmium, dan sebagainya tidak hanya masuk ke lautan melalui aktivitas industri atau pembakaran bahan bakar fosil, namun juga akibat faktor iklim.

Logam bertambah seiring naiknya permukaan air laut, mencairnya es laut dan gletser, serta sungai yang mengering dan meluap. “Hasilnya meningkatkan aliran dan mobilisasi kontaminan,” begitu bunyi ulasan Earth.com.

Rebecca Zitoun menyebut suhu laut yang semakin hangat, pengasaman laut, dan menipisnya oksigen, juga mempengaruhi unsur-unsur logam di hamparan air asin. “Untuk lebih memahami dampaknya terhadap ekosistem dan kesehatan manusia, kita perlu menutup kesenjangan pengetahuan tentang interaksi antara polutan dan perubahan iklim,” katanya dalam studi tersebut.

Pilihan Editor: Setelah TUF A14, ASUS Resmi Luncurkan Laptop Gaming A16 di Indonesia

Berita terkait

Hurikan Milton Terkuat Ketiga Sepanjang Sejarah Badai Atlantik, Tumbuh Tercepat Kedua

1 hari lalu

Hurikan Milton Terkuat Ketiga Sepanjang Sejarah Badai Atlantik, Tumbuh Tercepat Kedua

Badai yang mendapat kekuatan secepat Hurikan Milton berarti mempersempit waktu masyarakat untuk bersiap menyelamatkan diri.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum UI Nilai Polisi akan Sulit Tangkap Cherry Lai Bos Brandoville Studios

3 hari lalu

Pakar Hukum UI Nilai Polisi akan Sulit Tangkap Cherry Lai Bos Brandoville Studios

Bos perusahaan animasi Brandoville Studios, Cherry Lai, dilaporkan ke Polres Jakarta Pusat atas dugaan melakukan eksploitasi terhadap para pekerjanya.

Baca Selengkapnya

Studi: Pola Makan Sedikit Lebih Efektif untuk Kesehatan Dibanding Diet Ekstrem

3 hari lalu

Studi: Pola Makan Sedikit Lebih Efektif untuk Kesehatan Dibanding Diet Ekstrem

Ilmuwan dari The Jackson Laboratory (JAX) mendapati bahwa pola makan yang lebih sedikit bisa menjaga kesehatan. Hasil penelitian dengan ribuan tikus.

Baca Selengkapnya

Studi: Kendaraan Berat Penyumbang Terbesar Emisi Partikulat Sektor Transportasi Jakarta

3 hari lalu

Studi: Kendaraan Berat Penyumbang Terbesar Emisi Partikulat Sektor Transportasi Jakarta

Kendaraan berat, terutama truk, adalah penyumbang terbesar emisi partikulat (PM10, PM 2.5, dan karbon hitam), NOx, dan SO2.

Baca Selengkapnya

Hujan Petir Diprakirakan Melanda Kota Besar dan Studi Menghapus Akun Facebook di Top 3 Tekno

3 hari lalu

Hujan Petir Diprakirakan Melanda Kota Besar dan Studi Menghapus Akun Facebook di Top 3 Tekno

Topik tentang BMKG melaporkan potensi hujan ringan disertai petir di sejumlah kota besar menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Studi: Hapus Facebook Bisa Tingkatkan Kesejahteraan, tapi Mengurangi Pengetahuan Politik

4 hari lalu

Studi: Hapus Facebook Bisa Tingkatkan Kesejahteraan, tapi Mengurangi Pengetahuan Politik

Dalam studi yang dipublikasikan Royal Society Open Science ini, ada plus minus dari pemanfaatan akun media sosial Facebook.

Baca Selengkapnya

Studi: Pejalan Kaki Punya Risiko Celaka yang Tinggi saat Tidak Fokus

5 hari lalu

Studi: Pejalan Kaki Punya Risiko Celaka yang Tinggi saat Tidak Fokus

Studi University of British Columbia menemukan bahwa pejalan kaki punya risiko cidera lebih tinggi saat tidak fokus.

Baca Selengkapnya

Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

6 hari lalu

Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

Sebuah studi menunjukkan bahwa trauma masa kecil dapat berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental seperti depresi, di usia lanjut.

Baca Selengkapnya

Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Negara Asia Pasifik untuk Mitigasi Perubahan Iklim

6 hari lalu

Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Negara Asia Pasifik untuk Mitigasi Perubahan Iklim

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mewakili Indonesia dalam pertemuan dengan negara-negara Asia Pasifik mendiskusikan langkah-langkah kolaboratif di tingkat regional guna mempersiapkan tantangan perubahan iklim dengan menhadirkan solusi inovatif lewat pendekatan berbasis laut pada Regional Dialogue on Ocean-Based Climate Action atau OBCA, yang digelar di Bangkok, pada Kamis, 19 September 2024.

Baca Selengkapnya

BNPB Siapkan Aturan Penyaluran Pooling Fund Bencana

6 hari lalu

BNPB Siapkan Aturan Penyaluran Pooling Fund Bencana

BNPB menyiapkan aturan penyaluran dana bersama atau pooling fund bencana (PFB) yang bisa dipakai dalam antisipasi dan penanganan bencana.

Baca Selengkapnya