Bank Sampah di Dusun di Yogya Ubah Plastik Jadi BBM, Begini Cerita Manfaat dan Produksinya
Reporter
Muh. Syaifullah
Editor
Zacharias Wuragil
Rabu, 30 Oktober 2024 16:16 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Warga Dusun Cupuwatu II di Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), memproduksi bahan bakar minyak (BBM) dari sampah plastik. Manfaat BBM yang dihasilkan antara lain yang kini menggerakkan bus ulang alik Si Thole yang beroperasi untuk wisatawan di seputaran Malioboro Kota Yogyakarta.
Termasuk BBM yang sama yang turut mendukung gelaran musik Get The Fest selama tiga malam, 25-27 Oktober 2024, lalu. Pergelaran musik saat itu mengonsumsi listrik 60 ribu watt untuk tata cahaya dan suara yang seluruhnya berasal dari sampah plastik 2,5 ton. Sebagian dari kebutuhan listrik itu disuplai dari Cupuwatu.
“Sampah plastik kami olah menjadi BBM dengan alat pinjaman,” kata Fransisca Supriyani Wulandari, pendiri Bank Sampah Go-Green Cupuwatu II, pada Selasa, 29 Oktober 2024.
Dia menuturkan bahwa sejak Juni 2024 lalu, pihaknya menerima pinjaman alat pengolah plastik menjadi BBM dari Yayasan Get Plastic Indonesia yang berbasis di Bali. Setelah ada pelatihan, bank sampah ini, Fransisca mengklaim, bisa mengolah sampah plastik menjadi BBM berbagai jenis.
"Ada bensin, minyak tanah, dan solar," katanya sambil menambahkan, "Bahkan gas juga dihasilkan namun hanya untuk dua kompor."
Kata Fransisca, plastik yang bisa diolah pun bermacam-macam. Bisa yang berupa HDPE, seperti tutup botol plastik aneka kemasan produk. Ada juga jenis LDPE seperti tas kresek, plastik bungkus makanan/minuman, dan bubble wrap. Plastik lainnya adalah yang termasuk jenis PP, yaitu bungkus mi instan, sedotan, thin wall (untuk salad), gelas (cup) minuman kemasan.
"Lalu styrofoam yang termasuk jenis PS, ini juga bisa diolah menjadi bahan bakar," kata perempuan pemilik nama panggilan Danik ini.
Setiap harinya, mesin pengolah sampah plastik yang dipinjamkan kepada Bank Sampah Go-Green disebutkannya bisa digunakan untuk dua kali produksi. Sekali produksi bisa untuk mengolah 20 kilogram sampah plastik. Namun, karena belum punya mesin pencacah plastik, baru 14 kilogram plastik yang bisa diolah dengan mesin tersebut setiap kali operasi saat ini.
Hasilnya, dari 14 kilogram sampah plastik yang diolah, bisa didapat 12-13 liter BBM tergantung pemanasan alat. Untuk menghasilkan bensin, misalnya, alat dipanaskan 100-120 derajat Celsius. Untuk minyak tanah, dipanaskan 120-200 derajat Celsius. Sedangkan untuk menghasilkan solar dipanaskan hingga 300 derajat Celsius. “Plastik tidak dibakar, ya, tetapi dipanaskan.”
Baca halaman berikutnya: Cara bank sampah di Cupuwatu produksi BBM
<!--more-->
Cara Produksi BBM dari Sampah Plastik
Ryan Dwi Aryanto, salah satu operator mesin mengatakan, plastik yang diolah harus kering. Hal ini supaya proses destilasi lebih baik. Dia menilai proses mengolah dengan cara pirolisis ini menggunakan mesin yang teknologinya tidak tinggi.
Mesin termasuk dua tabung anti-karat untuk reaktor yang kedap udara dan tabung kondensor yang kedua. Tabung reaktor diisi sampah plastik kering lalu dipanaskan menggunakan api dari gas. Setelah plastik meleleh, maka yang ditangkap adalah uap dari plastik itu.
Uap keluar melalui pipa reaktor dan ditampung di dalam tabung kondensor (proses kondensasi). Cairan dari proses kondensasi lalu masuk ke tabung pemisah air. “Plastik yang diolah itu memang kering, tapi masih ada kandungan airnya,” kata Ryan menjelaskan.
Menurut Ryan, pemisahan air dan minyak mudah dilakukan karena berat jenis keduanya yang berbeda. "Minyak yang berada di atas air bisa dibuang melalui keran yang ada di tabung itu."
Secara keseluruhan proses pengolahan berjalan 2 hingga 4 jam saja. Pada dua jam pertama, langsung ke luar sebanyak lima liter. Pada jam ketiga bisa ke luar tujuh liter, dan bertambah lagi hingga temperatur turun.
“Kalau temperatur masih tinggi, berarti masih ada proses minyaknya. Kalau sudah turun berarti sudah habis, lalu kami matikan mesinnya,” kata Ryan.
Dalam proses itu juga ada gas buang yang juga bisa dimanfaatkan. Gas buang dipakai Bank Sampah Go-Green untuk menyalakan kompor. Sedangkan residu atau sisa dari plastik yang sudah diolah dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan, seperti patung, asbak, dan bentuk kerajinan lain. Untuk perekatannya ditambahkan resin.
Ryan menerangkan, warna BBM hasil destilasi ini kecoklatan dengan aromanya yang alami--tanpa parfum. "Solar atau BBM tidak dijual, namun yang ingin memanfaatkannya cukup memberi donasi untuk pengolahan sampah."
Baca halaman berikutnya: Solar dari Dusun Cupuwatu mengalir sampai ke Malioboro
<!--more-->
Solar dari Sampah Plastik sampai ke Malioboro
Bank Sampah Go-Green sejauh ini mengirim solar yang diproduksinya dari sampah plastik tersebut ke bus wisata ulang alik Si Thole di kawasan Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta. Sudah sebanyak 530 liter solar dari Pucuwatu yang diminum Si Thole sejak Juni lalu.
Ryan mengaku, belum ada kendala apapun yang dilaporkan Si Thole dari hasil mengonsumsi BBM tersebut. Dia memastikan uji emisi juga telah dilalui pada armada bus itu. Menurutnya, uji KIR oleh Dinas Perhubungan setempat menyatakan nilai opasitas asapnya 6-8 persen, atau lebih rendah dibandingkan biosolar pada kendaraan yang sama yang mencapai 14 persen, dari batasan maksimal hingga 40 persen.
Rizki Ekananda, Lead Specialist Process Development Research di PT Pertamina, menyatakan mendukung inovasi energi terbarukan dari masyarakat. Pihaknya sangat mengapresiasi dan siap berkolaborasi, baik dari sisi teknologi alat hingga kualitas hasil dari olahan sampah plastik menjadi BBM.
“Kami merasa pemanfaatan sampah plastik menjadi energi itu adalah salah satu solusi nyata yang bisa kita lakukan,” kata Rizki saat pembukaan konser Get The Fest 2024 di Tebing Breksi, Prambanan, Sleman.
Ia menyebut, langkah pengolahan sampah plastik menjadi energi ini memang masih kecil. Tetapi lama-lama akan menjadi besar dan bisa mengubah wajah energi di Indonesia.
Dari Pertamina sendiri, Rizki menyatakan, inisiatif dan inovasi dari masyarakat bisa didukung melalui program CSR (corporate social responsibility) jika teknologinya sangat berbeda dengan Pertamina. Namun, jika teknologinya berdekatan dengan teknologi milik Pertamina, maka akan berkolaborasi di sisi teknologinya.
Pilihan Editor: Dosen UNS Rancang Baterry Swapping Station Motor Listrik Dipakai Bersama Antar-merek