Ditemukan, Bioplastik yang Terurai di Laut Lebih Cepat daripada Kertas

Rabu, 30 Oktober 2024 20:36 WIB

Dua gambar mikroskopis yang membandingkan plastik selulosa diasetat (CAD) sebelum dan setelah 36 minggu berada di air laut. Sebanyak 65-70 persen massa plastik CAD didapati meluruh atau terurai. FOTO/Bryan James, @Woods Hole Oceanographic Institution

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti di Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI), Amerika Serikat, berhasil menciptakan bioplastik yang terurai cepat di laut, bahkan lebih cepat daripada kertas. Terobosan ini dianggap sebagai langkah menuju masa depan yang lebih bersih karena secara signifikan mengurangi dampak lingkungan jangka panjang dari sampah plastik di laut.

Penemuan ini bertolak dari hasil penelitian bertahun-tahun mencari jenis plastik yang paling pendek dan panjang usianya di laut. Selain juga mencari jenis sampah plastik seperti apa (seperti sedotan, kemasan makanan, dan lain-lain) yang paling banyak mencemari laut.

Dengan semakin banyak bioplastik yang telah dikembangkan, termasuk selulosa diasetat (CDA), para peneliti sedang berlomba untuk memastikan kalau mereka dapat mengganti plastik tradisional yang lebih ramah lingkungan.

Kini, setelah bertahun-tahun menguji, versi baru dari CDA ditemukan menjadi material bioplastik yang terurai paling cepat yang sudah diuji dalam air laut. Versi baru CDA ini juga dinilai menjanjikan sebagai pengganti bahan plastik styrofoam yang selama ini terbukti tak bisa terurai di lingkungan selama bertahun-tahun.

Temuan itu dibuat tim peneliti di WHOI terdiri dari Bryan James, Collin Ward, Chris Reddy, Yanchen Sun, dan Kali Pate. Mereka menemukan cara untuk mempercepat proses penguraian tersebut lewat modifikasi bernama foaming atau menambahkan struktur buih atau pori-pori kecil.

Advertising
Advertising

Modifikasi foaming pada material CDA akan membuatnya 15 kali lebih cepat terurai daripada CDA yang padat. "Studi ini adalah kulminasi dari riset bertahun-tahun yang berfokus pada upaya memahami apa kendali dasar atas biodegradasi CDA di laut," kata Ward, anggota senior dalam tim peneliti itu.

Mengutip artikel yang dimuat situs web Interesting Engineering , juga di whoi.edu, tim peneliti melakukan uji coba selama 36 minggu. Mereka menempatkan plastik CDA dengan modifikasi foaming tersebut dalam tangki berisi air laut yang terus mengalir.

Hasilnya sangat mencolok, massa dari plastik itu berkurang 65-70 persen dari massa awalnya, menunjukkan biodegradasi yang cepat. Sebaliknya, plastik seperti styrofoam tidak menunjukkan degradasi sama sekali selama periode yang sama.

Ketua tim peneliti, Bryan James, menerangkan bahwa uji juga dilakukan dengan membandingkan laju degradasi berbagai jenis sedotan yang terbuat dari material berbeda: plastik standar, kertas, CDA padat, dan CDA hasil modifikasi dengan foaming.

Tim mengungkap bahwa sedotan dari bioplastik CDA terurai paling cepat. Dan saat dibandingkan di antara yang padat dan yang foaming, yang kedua lebih cepat 190 persen.

"Sebagai seorang ilmuwan dan perekayasa material, ini sangat menarik bisa mendemonstrasikan foam sebagai material yang efisien, yang artinya mereka mencapai fungsionalitas menggunakan jumlah material yang paling sedikit, serta mereduksi biaya dan banyak dampak lingkungan," kata James.

Nelayan mendorong perahunya melewati tumpukan sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

Uji dilakukan di laboratorium yang terkontrol menggunakan air laut dari Martha’s Vineyard Sound dekat Cape Cod, Massachusetts. Melalui pengaturan variabel cahaya, suhu, dan aliran air, para peneliti mensimulasikan kondisi laut yang sebenarnya dalam uji tersebut.

Pendekatan itu dianggap memberikan indikasi yang andal tentang bagaimana plastik CDA akan bekerja di lingkungan laut alami. Hasil selengkapnya dari penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal ACS Sustainable Chemistry & Engineering yang terbit 17 Oktober 2024.

Tim peneliti di WHOI bekerja sama dengan Eastman, perusahaan manufaktur bioplastik, dalam rangkaian uji yang dilakukan. Juga untuk mengeksplorasi komersialisasi dari CDA hasil modifikasi tersebut. Temuan studi ini dinilai dapat membantu industri beralih dari plastik tradisional ke alternatif yang lebih ramah lingkungan sehingga mengurangi jumlah limbah plastik jangka panjang di laut.

Bayu Mentari berkontribusi dalam tulisan ini.

Pilihan Editor: Tips dari Henra yang Lulus S2 Tercepat dan Cum Laude dari UGM

Berita terkait

Bank Sampah di Dusun di Yogya Ubah Plastik Jadi BBM, Begini Cerita Manfaat dan Produksinya

9 jam lalu

Bank Sampah di Dusun di Yogya Ubah Plastik Jadi BBM, Begini Cerita Manfaat dan Produksinya

Produk BBM jenis solar dari hasil Bank Sampah Go-Green di Dusun Cupuwatu II mengolah sampah plastik mengalir sampai ke kawasan Malioboro.

Baca Selengkapnya

BRIN dan Pemkot Semarang Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Petasol Setara Solar

14 jam lalu

BRIN dan Pemkot Semarang Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Petasol Setara Solar

Petasol memanfaatkan limbah plastik yang mengotori sungai dan irigasi menjadi bahan bakar alternatif ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Unpam, Cagub Jakarta, dan Parade Monster Plastik di Top 3 Tekno

16 jam lalu

Unpam, Cagub Jakarta, dan Parade Monster Plastik di Top 3 Tekno

Universitas Pamulang (Unpam) yang tak berharap menjadi perguruan tinggi negeri atau PTN masih mengisi berita terpopuler pagi ini.

Baca Selengkapnya

Australia Bermitra dengan IPPIN Perangi Sampah Plastik di Indonesia

1 hari lalu

Australia Bermitra dengan IPPIN Perangi Sampah Plastik di Indonesia

Australia Bermitra dengan IPPIN menggelar acara Demo Day Plastics Innovation Hub Indonesia untuk mencari solusi sampah plastik.

Baca Selengkapnya

Organisasi Lingkungan Gelar Parade Monster Plastik di 7 Kota, Diikuti 65.000 Anak Muda

1 hari lalu

Organisasi Lingkungan Gelar Parade Monster Plastik di 7 Kota, Diikuti 65.000 Anak Muda

Dalam rangka menghadapi krisis iklim yang semakin genting, Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) 2024 menggelar 'Parade Monster Plastik' di tujuh kota besar Indonesia.

Baca Selengkapnya

Listrik Pergelaran Musik Get The Fest Prambanan Gunakan Solar dari 2,5 Ton Sampah Plastik

4 hari lalu

Listrik Pergelaran Musik Get The Fest Prambanan Gunakan Solar dari 2,5 Ton Sampah Plastik

Listrik untuk pergelaran musik Get The Fest 25 - 27 Oktober 2024 menggunakan energi dari sampah plastik 2,5 ton.

Baca Selengkapnya

Polusi Plastik di Tubuh Serangga, Peneliti: Ancaman Keanekaragaman Hayati dan Produksi Pertanian

10 hari lalu

Polusi Plastik di Tubuh Serangga, Peneliti: Ancaman Keanekaragaman Hayati dan Produksi Pertanian

Studi oleh tim peneliti internasional menemukan sampah plastik di tubuh serangga. Akan berdampak pada keanekaragaman hayati dan produksi pertanian.

Baca Selengkapnya

KLHK Tagih Peta Jalan Pengurangan Sampah Plastik Ratusan Produsen

22 hari lalu

KLHK Tagih Peta Jalan Pengurangan Sampah Plastik Ratusan Produsen

Siapa saja produsen sampah plastik yang dimaksud KLHK dan kenapa mereka ditagih peta jalan pengurangan sampah?

Baca Selengkapnya

ECOTON Somasi Presiden Jokowi Karena Lalaikan Tanggung Jawab Atas Sungai, Tuntut Lakukan 10 Hal Ini

27 hari lalu

ECOTON Somasi Presiden Jokowi Karena Lalaikan Tanggung Jawab Atas Sungai, Tuntut Lakukan 10 Hal Ini

ECOTON melayangkan somasi kepada Presiden Jokowi atas kegagalan menangani pencemaran sampah plastik di sungai-sungai Indonesia.

Baca Selengkapnya

California Gugat ExxonMobil, Tuduh Daur Ulang Plastik sebagai Kebohongan

31 hari lalu

California Gugat ExxonMobil, Tuduh Daur Ulang Plastik sebagai Kebohongan

California menggugat ExxonMobil untuk apa yang disebutnya sebuah 'kampanye penipuan' tentang daur ulang sampah plastik.

Baca Selengkapnya