Monster Purba Bermata Tiga  

Reporter

Editor

Rabu, 28 Oktober 2009 10:41 WIB

George Poinar
TEMPO Interaktif, Corvallis - Serangga terbang purba yang terawetkan dalam batu amber Burma selama jutaan tahun ternyata merupakan spesies dari genus dan famili lalat baru yang belum pernah diobservasi sebelumnya. Para ilmuwan Amerika Serikat yang menemukan binatang berumur 100 juta tahun itu menjuluki serangga tersebut sebagai unicorn karena tanduk tunggal di atas kepalanya.

Spesimen serangga kecil yang terawetkan sempurna itu memiliki bentuk mengerikan. Sebuah tanduk kecil mencuat dari puncak kepalanya, dan tiga mata bertengger di ujung tanduk tersebut. Bentuk penglihatan yang ganjil ini seharusnya membuat serangga itu mampu mendeteksi kedatangan binatang pemangsa, namun mekanisme pertahanan cerdas ini ternyata hilang dalam proses evolusi.

"Tak ada serangga yang memiliki tanduk seperti itu dan tak ada binatang apa pun yang memiliki tanduk dengan mata di ujungnya," kata George Poinar Jr., dosen zoologi di Oregon State University, Corvallis, yang baru saja mengumumkan spesies baru itu dalam jurnal Cretaceous Research.

Poinar menduga binatang aneh tersebut ada kemungkinan hanyalah serangga kecil tak berbahaya yang memakan serbuk sari dan nektar bunga tropis. "Tapi penampilannya amat ganjil," ujarnya. "Salah seorang peninjau studi kami menyebutnya monster, dan saya harus mengakui bahwa hanya lalat lain yang mungkin menyukai rupanya. Saya berpikir untuk membuat sejumlah topeng muka binatang itu untuk perayaan Halloween."

Diperkirakan serangga terbang purba berumur antara 97 dan 110 juta tahun ini hidup di rimba Burma dan terperangkap dalam amber. Getah pohon lengket dan pekat itu, yang membungkus binatang tersebut, kemudian berubah menjadi batu dan mengawetkan semua karakteristik binatang tersebut seperti ketika masih hidup, termasuk tanduk aneh bermata tiganya. "Jika berpatokan pada sayapnya, binatang itu terlihat mirip serangga terbang lain dalam famili Bibionomorpha," kata Poinar. "Namun, binatang ini berasal dari pengujung masa Cretacous Awal ketika banyak adaptasi evolusioner aneh terjadi. Tanduk dan mata yang terspesialisasi itu mungkin memberikan keuntungan bagi serangga tersebut dalam mencari bunga-bunga kecil, tapi tak berguna ketika bunga berkembang menjadi berukuran lebih besar sehingga ia punah."

Poinar menamai serangga terbang baru itu Cascoplecia insolitis. Nama ini diambil dari kata Latin "cascus" untuk tua dan "insolates" untuk aneh dan ganjil. Serangga itu juga memiliki beragam karakteristik ganjil lain, semisal antena berbentuk aneh dan kaki luar biasa panjang yang dapat membantunya memanjat bunga.

TJANDRA DEWI l SCIENCEDAILY

Berita terkait

UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

14 hari lalu

UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?

Baca Selengkapnya

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

33 hari lalu

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

34 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

38 hari lalu

Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

38 hari lalu

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.

Baca Selengkapnya

Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

39 hari lalu

Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.

Baca Selengkapnya

Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

56 hari lalu

Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi

Baca Selengkapnya

Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

28 Desember 2023

Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

Program double degree ini membuka pintu bagi mahasiswa di kedua belah pihak untuk memperdalam pemahaman mereka dalam bidang arkeologi.

Baca Selengkapnya

6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.

Baca Selengkapnya