Lapan Pantau Aktivitas Matahari

Reporter

Editor

Rabu, 16 Desember 2009 23:12 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -

JAKARTA -- Ledakan matahari atau solar flare mendadak menjadi sorotan setelah munculnya isu kiamat pada 2012, padahal fenomena alam itu kerap terjadi. Badai matahari, yang ditandai dengan peningkatan aktivitas flare dan lontaran massa korona, memang kerap menimbulkan gangguan sistem listrik dan telekomunikasi, namun tidak sampai menghancurkan kehidupan di bumi.

Meski demikian, gangguan akibat badai matahari itu dipastikan akan membawa "kiamat kecil" karena menyebabkan kerusakan pada jaringan listrik dan telekomunikasi, bahkan beberapa satelit di orbit bumi. Ketika badai matahari terjadi pada Juli 2000, beberapa satelit telekomunikasi dilaporkan hilang. Sedangkan badai besar pada Oktober-November 2003 menyebabkan listrik di Swedia padam, gangguan telekomunikasi, dan satelit hilang.

Untuk mencegah gangguan tersebut terjadi di Indonesia, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) membuat dua stasiun pengamatan aktivitas matahari di Tanjungsari, Sumedang, dan Watu Kosek, Jawa Timur. Stasiun pengamatan di Tanjungsari tak hanya memiliki teropong optik, tapi juga teleskop radio untuk mempelajari gelombang elektromagnetik yang terlepas saat ada flare. "Alat solar radio spectograph yang dapat menangkap gelombang radio dan dapat mendeteksi adanya flare dalam delapan menit," kata Sri Kaloka Prabotosari, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, dalam forum Bakohumas tentang "Fenomena Alam 2012" di kantor Lapan, Jakarta, Selasa.

Dalam pemantauan aktivitas matahari itu, Lapan juga bekerja sama dengan stasiun pengamatan lain di Inggris, Australia, Jepang, dan Australia. "Sehingga kami memperoleh data aktivitas matahari selama 24 jam," ujarnya. "Jangan sampai ketika di sini malam hari dan matahari tidak terlihat, terjadi ledakan namun tidak tercatat."

Data aktivitas matahari akan dianalisis untuk memperkirakan potensi bahaya yang akan ditimbulkan. "Jika flare besar, gangguan elektromagnetiknya besar, kami bisa langsung menganalisis apakah akan mengganggu atau tidak karena dampaknya terjadi dua hari setelah flare terjadi," katanya.

Bila hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas matahari itu akan menimbulkan gangguan, Lapan akan menginformasikannya kepada Departemen Perhubungan, PLN, dan PT Angkasa Pura karena badai matahari biasanya juga menciptakan gangguan sistem navigasi. "Kami sedang membahas bagaimana sistem komunikasi bila peristiwa itu terjadi," kata Sri. "Termasuk penggunaan sistem manual atau GPS karena, pada saat badai, GPS pasti terganggu."

Lapan juga berencana mencocokkan kasus flare besar dengan kerusakan transformer listrik PLN. "Semisal, pada saat ada lontaran massa korona atau flare, juga terjadi gangguan listrik. Kalau itu cocok, berarti kita pernah kena," kata Sri.

TJANDRA DEWI








Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

50 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya