Perdagangan Kalahkan Konservasi Dalam Konferensi CITES

Reporter

Editor

Minggu, 28 Maret 2010 22:58 WIB

TEMPO Interaktif, Doha - Kepentingan perdagangan telah memukul mundur upaya konservasi dalam konferensi satwa dan fauna liar Perserikatan Bangsa-Bangsa di Doha, Qatar. Proposal yang diajukan untuk meningkatkan perlindungan terhadap beruang kutub, tuna sirip biru, terumbu karang, dan hiu tak ada yang memperoleh dukungan mayoritas.

Masalah ekonomi jangka pendek menjadi pengganjal upaya untuk membatasi perdagangan sejumlah spesies laut langka dalam Convention on International Trade in Endangered Species (CITES), yang dihadiri 175 negara peserta. "Begitu uang terlibat, huruf 's' dari sains langsung dicoret dengan dua garis vertikal," kata Sekretaris Jenderal CITES Willem Wijnstekers. Apa yang dimaksud oleh Wijnstekers adalah kata itu berubah menjadi "$cience" dengan tanda dolar.

Wijnstekers amat prihatin atas kegagalan CITES dalam melindungi berbagai spesies langka itu. "Ada kepentingan ekonomi yang amat besar dalam penangkapan dan perdagangan spesies itu dan laporan CITES ini benar-benar merupakan gangguan bagi mereka."

Resistensi dari negara-negara Asia, terutama Jepang, terhadap usulan untuk melarang perdagangan tuna sirip biru Atlantik menerima perhatian terbesar. CITES mengungkap, ikan yang biasa disajikan sebagai sushi itu populasinya di alam terus merosot hingga lebih dari 80 persen sejak 1970.

Jepang mengimpor sekitar 80 persen hasil tangkapan ikan laut dalam itu, sebagian besar berasal dari negara-negara Uni Eropa. Sebagian besar delegasi dari 175 negara perserta menolak proposal larangan itu setelah Tokyo beralasan penegakan peraturan penangkapan yang lemah adalah masalah utamanya.

"Itu adalah konferensi yang sulit dari sudut konservasi, mungkin karena lingkungan perekonomian," kata Tom Strickland, pejabat Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat yang mengurusi satwa liar, taman nasional, dan perikanan.

Setelah penolakan terhadap peningkatan perlindungan terhadap sejumlah spesies laut, konferensi yang berlangsung setiap dua tahun itu juga ditutup oleh kegagalan untuk peningkatan pembatasan perdagangan hiu porbeagle, yang populasinya merosot tajam akibat penangkapan berlebihan di Atlantik dan Mediterania.

Usulan untuk meningkatkan larangan perdagangan tujuh jenis hiu lainnya, termasuk hiu kepala martil yang digunakan sebagai bahan sup sirip hiu di Asia, telah terlebih dulu gagal dalam perundingan itu. "Sangat memalukan bahwa banyak negara CITES yang mengabaikan sains demi kepentingan politik," kata Carlos Drews, Kepala Program Spesies WWF.

"Kita tak dapat terus-menerus mengosongkan samudra tanpa konsekuensi," kata Susan Lieberman, Direktur Kebijakan Internasional Pew Environment Group.

Di tengah kekecewaan yang dihadapi para aktivis konservasi, ada sejumlah proposal yang memperoleh keberhasilan. Permintaan Zambia dan Tanzania untuk mengendurkan larangan perdagangan gading gajah ditolak. Kenya juga memperoleh kemenangan setelah proposalnya untuk memerangi peningkatan perburuan ilegal badak dan menempatkan binatang itu dalam daftar perlindungan disetujui.

Di sejumlah negara, seperti India, Afrika Selatan, Nepal, dan Zimbabwe, badak dibantai oleh kelompok kriminal terorganisasi yang mengendalikan penyelundupan cula badak ke Asia timur. CITES menyatakan cula badak itu dijual dengan harga ribuan dolar di pasar gelap.

TJANDRA | REUTERS

Berita terkait

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

22 jam lalu

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

Direskrimum Polda Banten mengungkap tindak pidana perburuan badak bercula satu atau badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Apa ancaman hukumannya?

Baca Selengkapnya

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

23 jam lalu

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

Sebanyak enam badak Jawa atau badak bercula satu mati ditangan pemburu liar di Ujung Kulon. Berikut profil dan konservasi badak Jawa.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

3 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

8 hari lalu

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang telah berusia 34 tahun menjadi alasan dilakukan revisi.

Baca Selengkapnya

Begini Pengaturan Soal Zoonosis dan Masyarakat Adat dalam RUU KSDAHE

12 hari lalu

Begini Pengaturan Soal Zoonosis dan Masyarakat Adat dalam RUU KSDAHE

Sejumlah aspek dalam RUU KSDAHE dianggap masih memerlukan penguatan dan penyelarasan.

Baca Selengkapnya

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

12 hari lalu

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

Rancangan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau RUU KSDAHE ditarget segera disahkan pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Kembalikan Kejayaan Biodiversitas di IKN, Guru Besar Konservasi UI Usul Pembuatan Koridor Ekologi

29 hari lalu

Kembalikan Kejayaan Biodiversitas di IKN, Guru Besar Konservasi UI Usul Pembuatan Koridor Ekologi

Dengan konsep kota hutan, ada peluang untuk mengembalikan kejayaan biodiversitas di kawasan IKN.

Baca Selengkapnya

KKP Perkuat OECM untuk Perluasan Kawasan Konservasi

30 hari lalu

KKP Perkuat OECM untuk Perluasan Kawasan Konservasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Ditjen PKRL) terus mendorong tercapainya target 30 persen perluasan kawasan konservasi di tahun 2045.

Baca Selengkapnya

Menteri KKP Minta Pengembangan Pariwisata Tidak Merusak Ekosistem Laut

54 hari lalu

Menteri KKP Minta Pengembangan Pariwisata Tidak Merusak Ekosistem Laut

Menteri KKP menyoroti laut di Teluk Cenderawasih, habitat penyu hijau yang populasinya kini mengalami penurunan drastis.

Baca Selengkapnya

Kasus Kematian Harimau di Medan Zoo, Kebun Binatang Dianggap Penjara Berkedok Wadah Konservasi dan Edukasi Satwa Liar

18 Februari 2024

Kasus Kematian Harimau di Medan Zoo, Kebun Binatang Dianggap Penjara Berkedok Wadah Konservasi dan Edukasi Satwa Liar

Kematian beruntun lima harimau di Medan Zoo menuai kecaman organisasi global perlindungan satwa liar. Kebun binatang dinilai sebagai penjara satwa.

Baca Selengkapnya