Ditemukan Monyet Hidung Pesek di Myanmar

Reporter

Editor

Kamis, 28 Oktober 2010 13:40 WIB

Monyet berhidung pesek (Foto: Reuters)

TEMPO Interaktif, Naypyidaw - Sebuah tim ahli primata internasional menemukan spesies baru monyet di wilayah hutan terpencil di Myanmar Utara. Seekor kera hidung pesek dan berbulu lebat ini diberi nama Rhinopithecus Strykeri.

Informasi awal mengenai keberadaan monyet hidung pesek ini berasal dari para pemburu lokal yang melaporkan adanya jenis monyet dengan bibir yang sangat menonjol dan lubang hidung lebar. Mereka mengatakan melihat spesies itu di wilayah Himalaya timur hingga timur laut Negara Bagian Kachin.

Thomas Geissmann, ahli biologi dari Universitas Zurich-Irchel yang memberikan gambaran taksonomi monyet tersebut mengatakan monyet hidung pesek memiliki bulu berwarna hitam di hampir seluruh tubuhnya. Ada pula bulu berwarna putih di yang menjuntai di bagian dahi, dagu dan area perineum atau di sekitar alat kelamin, serta memiliki ekor yang panjangnya satu setengah kali panjang badannya.

Disematkannya kata Strykeri pada nama latinnya Rhinopithecus Strykeri, menurut Geissmann, untuk menghormati Jon Stryker, Pendiri Yayasan Arcus yang mendukung proyek tersebut. Namun dalam dialek lokal, monyet itu ternyata sudah punya nama sendiri, yakni Mey Nwoah yang artinya "monyet berwajah terbalik".

Menurut warga sekitar, monyet tersebut mudah dijumpai ketika musim hujan. Saat air hujan turun, hidung pesek monyet yang bentuknya sedikit menengadah ke atas sering kemasukan air hingga membuatnya bersin. Untuk menghindari kemasukan air hujan, monyet ini sering kali duduk dengan kepala terselip di antara lutut.

Frank Momberg, Koordinator Fauna & Flora Internasional untuk kawasan Asia Pasifik mengatakan spesies ini memiliki habitat di daerah Sungai Maw dengan area distribusi sekitar 270 kilometer persegi. Populasinya juga diperkirakan tidak banyak, hanya 260-330 ekor, oleh karenanya spesies ini termasuk fauna yang terancam punah.

Secara geografis, monyet ini terisolasi dari jenis monyet lainnya karena habitatnya dikelilingi Sungai Mekong dan Sungai Salween. Pada musim panas, sekitar Mei hingga Oktober, monyet ini bermukim di daratan tinggi dan hutan beriklim campuran. Sementara pada musim dingin mereka baru turun dan mulai mendekat ke desa setempat untuk mencari makanan.

Sejumlah monyet hidung pesek juga pernah ditemukan di wilayah Cina dan Vietnam. Namun baru kali ini didapati spesies monyet hidung pesek di Myanmar. Seluruh jenis monyet hidung pesek dinyatakan terancam punah karena perburuan, tergusurnya tempat hidup mereka akibat pembalakan liar, dan perubahan iklim.

Para ahli biologi yang dipimpin Ngwe Lwin dari Biodiversity And Nature Conservation Association Myanmar didukung tim internasional ahli primata dari Fauna & Flora International (FFI) dan People Resources and Biodiversity Foundation menemukan spesies baru pada awal tahun ini dan telah ditulis dalam American Journal of Primatologi.

ScienceDaily|Reuters|Rini K|

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya