Gempa Mentawai Tak Picu Aktivitas Vulkanik

Reporter

Editor

Senin, 1 November 2010 05:48 WIB

Seorang petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang Sleman memperlihatkan alat seismograf yang menunjukkan peningkatan gempa vulkanik yang terus terasa dalam beberapa hari terakhir. TEMPO/Arif Wibowo
TEMPO Interaktif, Jakarta -Setiap gunung api memiliki sistemnya sendiri dan tidak saling terhubung. Pernyataan ini dikemukakan oleh Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, R. Sukhyar, kemarin. "Jadi, tidak ada hubungan gempa Mentawai dengan aktivitas gunung lainnya, termasuk Gunung Merapi."

Penegasan Sukhyar diiyakan Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Aktivitas gunung-gunung ini, kata Surono kemarin, tidak saling terkait dan punya karakteristik berbeda-beda, apalagi letaknya juga berbeda.

Kedua pakar itu menanggapi rentetan kejadian yang hampir bersamaan. Gempa di Mentawai, Sumatera Barat, yang berkekuatan 7,2 pada skala Richter, terjadi pada 25 Oktober. Sehari kemudian, Gunung Merapi di Yogyakarta meletus. Empat hari berselang, Gunung Anak Krakatau mengeluarkan letusan sebanyak 117 kali. Namun kemarin status gunung yang terletak di Selat Sunda ini diubah dari siaga menjadi waspada.

Rentetan peristiwa geologis ini memunculkan pernyataan dari Sahala Hutabarat, guru besar ilmu kelautan Universitas Diponegoro. Menurut Sahala, bencana itu saling terkait. "Cenderung ada hubungannya karena, dalam sejarah, gunung berapi selalu terletak di (area) gempa bumi," katanya kemarin.

Menurut Sukhyar, naiknya status 19 gunung menjadi waspada terjadi sebelum ada gempa di Mentawai. Kepala Sub-Bidang Pengamatan Gunung Api, Agus Budianto, mengatakan, di antara 68 gunung aktif di Indonesia, ada 22 gunung yang berstatus di atas normal. Selain itu, 19 gunung berstatus waspada, dan 2 gunung siaga, yaitu Gunung Ibu di Halmahera dan Gunung Karangetang di Sulawesi Utara. Sedangkan Gunung Merapi, yang telah meletus, berada dalam status awas.

Deputi Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian, Hery Harjono, menjelaskan bahwa secara historis ada kaitan antara gempa dan letusan gunung berapi. Dia mencontohkan gempa Liwa di Lampung Barat pada 1932, yang diikuti meningkatnya aktivitas vulkanik di dataran Suoh. Peristiwa ini terulang pada gempa Liwa tahun 1994, yang disertai naiknya aktivitas vulkanik di Suoh. Lalu gempa Nias pada 2005, yang berlanjut pada peningkatan aktivitas Gunung Talang di Sumatera Barat.

ANWAR S | ROFIUDDIN | SANDY | RURIT | UNTUNG W

Berita terkait

Info Terkini Gempa M5,1 di Laut Guncang Bali dan NTB, Tidak Berpotensi Tsunami

6 jam lalu

Info Terkini Gempa M5,1 di Laut Guncang Bali dan NTB, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan di dalam lempeng.

Baca Selengkapnya

BMKG: Gempa Bumi di Pacitan Akibat Deformasi Batuan Lempeng Indo-Australia

21 jam lalu

BMKG: Gempa Bumi di Pacitan Akibat Deformasi Batuan Lempeng Indo-Australia

Dari analisis BMKG, gempa bumi dengan magnitudo M4.8 di Pacitan akibat deformasi batuan lempeng Indo-Australia.

Baca Selengkapnya

Pacitan Diguncang Gempa Bumi Tektonik, Terasa Sampai ke Blitar dan Malang

1 hari lalu

Pacitan Diguncang Gempa Bumi Tektonik, Terasa Sampai ke Blitar dan Malang

Pacitan diguncang gempa bumi dengan magnitudo M5,0, Selasa, 7 Mei 2024 pukul 10.34 WIB.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

1 hari lalu

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.

Baca Selengkapnya

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

3 hari lalu

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

Gempa M4,9 di area Bima, NTB, dipicu aktivitas lempeng Indo-Australia. Tidak ada gempa susulan dan tidak berpotensi tsunami.

Baca Selengkapnya

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

4 hari lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

6 hari lalu

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

Gempa bumi M4,2 mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. BPBD Kabupaten Bandung mengecek informasi kerusakan akibat gempa.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

7 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4,2 di Kabupaten Bandung. Ditengarai akibat aktivitas Sesar Garut Selatan. Tidak ada laporan kerusakan.

Baca Selengkapnya

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

7 hari lalu

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

BMKG mencatat kejadian gempa bumi dengan kekuatan M5,5 di wilayah Maluku Utara. Pusat gempa di laut, dipicu deformasi batuan Lempeng Laut Maluku.

Baca Selengkapnya

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

8 hari lalu

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

Wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran dan Sukabumi memiliki sejarah kejadian gempa bumi yang sering terulang sejak tahun 1844.

Baca Selengkapnya