Menuju Ruang Antarbintang  

Reporter

Editor

Selasa, 4 Januari 2011 08:31 WIB

REUTERS/NASA
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengembaraan wahana antariksa Voyager 1 selama 33 tahun kini akan memasuki babak baru. Wahana milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu mencapai titik terjauh di tepi tata surya kita, yang tak lagi dipengaruhi gerakan angin surya ke arah luar.

Dalam perjalanannya menuju ruang antarbintang sekitar 17,4 miliar kilometer dari matahari, Voyager 1 menyeberang ke dalam sebuah daerah yang kecepatan plasma atau gas terionisasi panas dari matahari melambat hingga nol (heliopause). Para ilmuwan menduga angin solar itu telah berbelok arah karena tekanan dari angin interstellar di wilayah antarbintang.

Peristiwa itu adalah sebuah tonggak bersejarah penting dalam perjalanan Voyager 1 menembus heliosheath, cangkang turbulen terluar dari lingkaran pengaruh matahari. Itu berarti tak lama lagi wahana tersebut akan pergi meninggalkan tata surya. "Angin surya itu kini telah berbalik arah," kata Edward Stone, ilmuwan proyek Voyager di California Institute of Technology di Pasadena, California. "Voyager 1 makin dekat dengan ruang antarbintang."

Matahari menyemburkan arus partikel bermuatan membentuk sebuah gelembung yang disebut heliosphere di sekeliling tata surya kita. Angin surya bergerak pada kecepatan supersonik hingga melewati sebuah gelombang kejut yang disebut termination shock. Pada titik tersebut, kecepatan angin surya akan menurun drastis dan memanas dalam heliosheath.

Diluncurkan pada 5 September 1977, Voyager 1 melintasi guncangan perbatasan itu pada Desember 2004 sebelum memasuki heliosheath. Para ilmuwan menggunakan data dari instrumen partikel bermuatan energi rendah pada wahana itu untuk menyimpulkan kecepatan angin surya. Ketika kecepatan partikel bermuatan yang menghantam bagian luar Voyager 1 menyamai kecepatan wahana antariksa itu, para ilmuwan tahu bahwa kecepatan angin surya tersebut nol.

Peristiwa tersebut sebenarnya terjadi pada Juni tahun lalu, ketika Voyager 1 berada sekitar 17 miliar kilometer dari matahari. Namun para ilmuwan ingin memastikan hal itu sebelum mereka yakin kecepatan angin surya ke arah luar melambat hingga nol karena kecepatan dapat berfluktuasi. Selama 4 bulan berikutnya, mereka mengawasi data bulanan yang dikirim oleh Voyager 1.

Analisis data menunjukkan kecepatan angin surya terus melambat sekitar 20 kilometer per detik setiap tahun sejak Agustus 2007, ketika kecepatan angin surya masih 60 kilometer per detik. Kecepatan semburan angin surya ke arah luar tetap di titik nol sejak Juni 2010.

Hasil analisis itu disajikan dalam pertemuan American Geophysical Union di San Francisco, Desember tahun lalu. "Ketika saya menyadari bahwa kami benar-benar memperoleh angka nol yang solid, saya amat takjub," kata Rob Decker, peneliti instrumen partikel bermuatan energi rendah Voyager dan staf ilmuwan senior di Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins University di Laurel, Maryland. "Voyager, wahana yang telah bekerja keras seperti kuda beban selama 33 tahun, memperlihatkan kepada kita sesuatu yang benar-benar baru."

Para ilmuwan yakin Voyager 1 belumlah melintasi heliosheath dan memasuki ruang antarbintang. Menyeberang ke ruang antarbintang berarti menghadapi merosotnya densitas partikel panas secara mendadak dan peningkatan kerapatan partikel dingin.

Para ilmuwan memasukkan data tersebut ke dalam pemodelan struktur heliosphere dan seharusnya dapat memperkirakan dengan lebih baik kapan Voyager 1 akan mencapai ruang antarbintang. Belum lama ini para peneliti memperkirakan wahana antariksa buatan Jet Propulsion Laboratory, NASA, di Pasadena, California, itu akan menyeberangi perbatasan itu dalam 4 tahun. "Voyager 1 memberikan fakta yang melengkapi hasil penaksiran itu," kata Tom Krimigis, peneliti utama yang menangani instrumen partikel bermuatan energi rendah, yang berkantor di Laboratorium Fisika Terapan dan Academy of Athens, Yunani. "Sekali lagi, kami menghadapi kemungkinan mengulang kembali pemodelan kami."

Selain Voyager 1, NASA mengerahkan saudaranya, Voyager 2, yang diluncurkan pada 20 Agustus 1977, untuk menjelajahi antariksa. Pesawat antariksa itu kini telah mencapai posisi 14,2 miliar kilometer dari matahari. Kedua wahana itu kini bergerak menempuh lintasan berbeda dan pada kecepatan yang berlainan pula. Voyager 1 bergerak lebih cepat, pada kecepatan 17 kilometer per detik, sedangkan Voyager 2 hanya bergerak 15 kilometer per detik. Dalam beberapa tahun mendatang, para ilmuwan berharap Voyager 2 akan mengalami fenomena yang sama seperti kakaknya. |

JPL NASA | AP | TJANDRA DEWI

Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

49 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya