Mengapa Tinggi Gelombang Tsunami Melampaui Prediksi?  

Reporter

Editor

Senin, 19 September 2011 18:07 WIB

Tempo/Budi Yanto

TEMPO Interaktif, Dublin - Misteri tingginya gelombang tsunami ketika menyapu daratan diungkap oleh peneliti tsunami dari University College Dublin, Inrlandia. Menggunakan data dari dua tsunami besar di Indonesia, mereka menyimpulkan tsunami berketinggian tak lazim, disebabkan oleh resonansi gelombang.

Tsunami umumnya terdiri dari banyak gelombang yang datang bergantian. Pada beberapa kasus, gelombang pertama bukan yang tertinggi dan menimbulkan kerusakan terbesar. Gelombang terbesar terjadi justru setelah gelombang pertama surut.

Peneliti tsunami memiliki persamaan standar untuk memodelkan gelombang besar. Namun simulasi tersebut selalu menghasilkan kenaikan gelombang lebih rendah daripada kejadian sebenarnya.

Peneliti tsunami dari University College Dublin, Frederic Dias, mencontohkan tsunami Pangandaran pada 17 Juli 2006. Ketika itu gempa sebesar 6,8 Skala Richter menghasilkan gelombang tsunami setinggi 6 meter di pantai Pangandaran, lebih besar dari hasil pemodelan.

Awalnya peneliti menduga ketinggian gelombang ini diperkuat oleh longsor bawah laut namun hal ini juga belum cukup menjelaskan keseluruhan peristiwa. "Peneliti tsunami dipusingkan oleh masalah ketinggian gelombang karena hanya memikirkan tsunami sebagai gelombang yang menaiki pantai lalu surut," kata Dias.

Dias menduga tsunami bisa menjadi lebih tinggi ketika terjadi interaksi antara gelombang pertama dengan gelombang yang menyusul kemudian. Setelah mencapai daratan, gelombang akan surut lebih rendah dari permukaan air laut sehingga menyimpan energi untuk kembali ke daratan.

Energi ini memberikan dorongan pada gelombang kedua yang sedang menghampiri pantai. Gabungan dari dua gelombang ini membuat gelombang kedua yang menghempas daratan lebih tinggi dari gelombang pertama.

Untuk menguji ide ini, Dias melakukan simulasi laboratorium menggunakan minatur pantai yang benar-benar halus. Hasilnya, resonansi bisa memperkuat ketinggian gelombang hingga 60 kali lebih besar dari perhitungan di atas kertas.

Selanjutnya, ia membuat simulasi laboratorium menggunakan miniatur pantai berikut lembah dan gunung dasar laut. Miniatur ini mensimulasikan kejadian tsunami Mentawai pada 25 Oktober 2010. Hasil simulasi menunjukkan resonansi bisa menghasilkan gelombang yang lebih tinggi. "Resonansi terbukti masih terjadi," ungkap Dias.

Menurut peneliti tsunami lain dari University of Wisconsin, Paul Milewski, temuan Dias memiliki kesimpulan yang sangat signifikan dalam penelitian tsunami. Menurut dia, komunitas ilmiah harus menambahkan faktor resonansi pada pemodelan tsunami. Selain itu, ia meminta pemerintah mengubah sistem peringatan dini tsunami yang ada dengan mengirimkan peringatan lebih cepat pada daerah yang berpotensi mengalami resonansi tsunami terbesar.

PHYSICAL REVIEW | ANTON WILLIAM

Berita terkait

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

3 hari lalu

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

BMKG mengawasi kondisi muka air di sekitar pulau Gunung Ruang secara ketat. Antisipasi jika muncul tsunami akibat luruhan erups.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Peringatkan Potensi Lontaran Batuan Pijar dan Tsunami Akibat Letusan Gunung Ruang

4 hari lalu

Badan Geologi Peringatkan Potensi Lontaran Batuan Pijar dan Tsunami Akibat Letusan Gunung Ruang

Badan Geologi menaikkan status Gunung Ruang menjadi Awas dan memperingatkan potensi lontaran batuan pijar dan tsunami.

Baca Selengkapnya

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

4 hari lalu

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

Gempa bumi seperti yang terjadi di Garut, menurut BMKG sering disusul dengan bencana lainnya seperti tanah longsor, pohon tumbang, bahkan tsunami.

Baca Selengkapnya

Aktivitas Meningkat Lagi, Gunung Ruang Kembali Berstatus Awas per Hari Ini

4 hari lalu

Aktivitas Meningkat Lagi, Gunung Ruang Kembali Berstatus Awas per Hari Ini

Dengan naiknya status aktivitas Gunung Ruang tersebut, daerah bahaya kembali diperlebar menjadi radius 6 kilometer. Termasuk waspada potensi tsunami

Baca Selengkapnya

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

6 hari lalu

Gempa Mengguncang dari Laut Selatan, Wisatawan Ramai Tinggalkan Pantai Pangandaran

Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran membantah banyak wisatawan pulang mendadak dan sebabkan kemacetan pasca-guncangan gempa pada dinihari tadi.

Baca Selengkapnya

Gempa 6,5 Magnitudo di Laut Selatan Jawa Barat, Guncangan Terasa Hingga Depok

6 hari lalu

Gempa 6,5 Magnitudo di Laut Selatan Jawa Barat, Guncangan Terasa Hingga Depok

Warga Depok merasakan guncangan gempa 6,5 magnitudo yang terjadi pada Sabtu malam. Titik gempa di laut selatan Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

7 hari lalu

Gempa yang Mengguncang Kencang Garut hingga Jakarta, Ini Data dan Penjelasan BMKG

BMKG memperbarui informasi gempa yang mengguncang kuat dari laut selatan Pulau Jawa pada Kamis menjelang tengah malam, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

7 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Boalemo Gorontalo, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa tersebut dirasakan di Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kota Gorontalo hingga Kabupaten Pohuwato.

Baca Selengkapnya

Gempa Getarkan Pacitan dan Banyak Wilayah Lain di Indonesia Sepanjang Hari Ini

12 hari lalu

Gempa Getarkan Pacitan dan Banyak Wilayah Lain di Indonesia Sepanjang Hari Ini

Kebanyakan gempa memiliki Intensitas guncangan pada skala III MMI. Ada juga yang IV MMI. Simak data selengkapnya dari BMKG.

Baca Selengkapnya

Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

15 hari lalu

Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

Langkah untuk menyusun jurnal terindeks Scopus, basis data paling bergengsi di dunia akademik, menjadi artikel utama Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya