TEMPO Interaktif, Providence - Bagi orang awam, menghitamnya kulit akibat sinar matahari adalah proses yang mudah dipahami. Bila orang berkulit terang berjemur di bawah sinar terik matahari selama beberapa jam, kulitnya akan berubah warna menjadi lebih gelap. Namun, bagi ilmuwan, reaksi kulit terhadap sinar ultraviolet (UV) jauh lebih misterius.
Sebuah studi mendemonstrasikan bahwa kulit dapat mendeteksi radiasi sinar UV tipe A (panjang gelombang 320-400 nanometer) menggunakan reseptor sensitif cahaya yang semula dianggap hanya ada dalam mata. Begitu terdeteksi, kulit mulai memproduksi melanin dalam beberapa jam.
Kemampuan kulit yang sanggup mendeteksi cahaya seperti mata ini ternyata memicu produksi melanin jauh lebih cepat daripada perkiraan semula. Sebelumnya, peneliti hanya tahu produksi melanin terjadi beberapa hari setelah radiasi UVB (panjang gelombang 315-280 nm) mulai merusak DNA.
"Begitu Anda mulai terkena sinar matahari, kulit langsung tahu mereka terpapar radiasi UV," kata Elena Oancea, dosen biologi di Brown University di Providence, Amerika Serikat. "Proses ini sangat cepat, jauh lebih cepat ketimbang apa yang diketahui sebelumnya."
Peneliti yakin melanin melindungi DNA dalam sel kulit terhadap kerusakan dari sinar UVB dengan menyerap radiasi yang datang. Proses ini tidaklah sempurna, itulah sebabnya mengapa orang harus menggunakan sun block. Tapi studi terbaru dalam jurnal Current Biology ini menunjukkan bahwa tubuh menyiagakan pertahanannya jauh lebih cepat, bahkan sebelum kulit menghitam.
Dalam eksperimen menggunakan sel kulit penghasil melanin di laboratorium, Oancea dan timnya menemukan bahwa sel itu mengandung rhodopsin, reseptor fotosensitif yang digunakan mata untuk mendeteksi cahaya. Mereka juga mengungkap bagaimana rhodopsin melepas sinyal ion kalsium yang merangsang produksi melanin.
Ketika sinar UVA menumbuk reseptor rhodopsin, sinyal kalsium terpicu dalam beberapa detik. Setelah satu jam, melanin akan berakumulasi. Meski temuan ini mengungkap mekanisme perlindungan kulit terhadap radiasi, Oancea menyatakan hal itu bukan alasan bagi seseorang untuk meninggalkan kebiasaan melindungi kulit dari matahari.
"Penelitian ini tidak mengatakan, 'Jangan gunakan tabir surya,'" kata Oancea.
SCIENCEDAILY | BROWN UNIVERSITY | TJANDRA
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya