TEMPO.CO, Jakarta - Sejalan dengan tren perangkat bergerak, perusahaan berlomba memasarkan produk lewat Internet. Membuat situs dianggap lebih efisien ketimbang harus mendirikan toko dan mempekerjakan karyawan. Sebagian perusahaan kemudian mengembangkannya dalam bentuk aplikasi mobile yang dibenamkan di gawai.

"Dengan menjual barang lewat Internet, pedagang bisa menyesuaikan dengan kebiasaan konsumen," ujar Industry Head Google Indonesia Hengky Prihatna di Jakarta, Rabu, 1 April 2015. Kebiasaan yang dimaksud adalah penggunaan gawai yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.

Survei Google melaporkan, 40 persen akses Internet di Indonesia berasal dari telepon pintar. Sedangkan 62 persen pelanggan toko online berbelanja lewat ponsel pintar. Pada 2016 nanti, pengguna ponsel pintar di Indonesia mencapai 60 juta. Artinya, akses mobile Internet merupakan potensi yang sangat besar bagi pengusaha.

Hal itu melatarbelakangi Google mengadakan Mobile Leadership Program untuk mendorong pelaku UKM agar lebih melek dengan konsep mobile. Dalam program ini, peserta diajarkan cara membuat situs dan analisis data.

Hengky mengatakan, sebenarnya pebisnis UKM di Indonesia sudah cukup melek terhadap teknologi informasi. Ini terbukti dengan menjamurnya situs toko online beserta aplikasinya. Hanya, sebagian di antaranya tidak bisa bertahan lama, khususnya aplikasi mobile. "Jangan sampai sekali orang mengunduh, kemudian besoknya dihapus lagi," kata dia.

Menurunnya ketertarikan orang akan aplikasi mobile, menurut Hengky, dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, kontennya yang tidak menarik. Kedua, faktor teknis, misalnya ukuran file yang besar sehingga menambah waktu akses

Karena itu, ada baiknya perusahaan mempelajari strategi pemasaran secara online. "Untuk pemula bisa dimulai dari situs, baru kemudian aplikasi mobile," ujar dia.

Mobile Leadership Program terbuka untuk umum dan bersifat gratis. Program ini diselenggarakan pada April-Mei. Pendaftaran dibuka melalui tautan http://goo.gl/9k50t7.

SATWIKA MOVEMENTI