Ribuan Raptor Cina Bermigrasi ke Indonesia, Ini Alasannya
Editor
Eko Ari Wibowo
Kamis, 5 November 2015 17:32 WIB
TEMPO.CO, Batu - Ribuan burung raptor atau pemangsa melintas di langit Batu, Jawa Timur. PROFAUNA bersama puluhan jurnalis yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen ikut mengamati migrasi raptor tersebut. Menggunakan teropong, mereka berkonsentrasi mengamati langit di daerah Gunung Banyak, Songgokerto, Batu.
"Itu ada elang terbang persis di atas," ujar jurnalis radio Andalus, Ditta Diah, Kamis, 5 November 2015. Beruntung, siang ini mereka bisa mengamati migrasi raptor. Mereka sabar dan telaten menunggu kehadiran raptor di udara. Selain ingin mengetahui pola migrasi raptor, Ditta mengaku raptor asal Cina dan Jepang terbang jauh sampai ke Indonesia.
Ditta mengaku baru pertama kali mengamati burung, termasuk jenis raptor. Selama ini dia tak mengetahui migrasi ataupun kondisi raptor di alam. Keindahan raptor terbang dan melintas di udara, kata dia, menjadi pertunjukan yang menarik dibanding melihat raptor terkekang di dalam kandang.
Pengamat elang dari PROFAUNA, Made Astuti, menjelaskan, ada 20 jenis raptor yang bermigrasi ke Indonesia. Meliputi sikep madu Asia (Prenis ptylorhynchus), elang alap Nipon (Accipitor gularis), elang alap Cina (Accipitor soloensis), baza jerdon (Aviceda jerdoni), baza hitam (Aviceda leuphotes), elang paria (Milvus migrans), dan elang ular jari pendek (Circaetus gallicus).
Rata-rata, setiap kali bermigrasi, mereka terbang berkelompok. Setiap kelompok berjumlah 10-20 ekor. Raptor bermigrasi dari daerah dingin di belahan bumi utara ke kawasan yang lebih hangat. Selain iklim, cadangan makanan yang menipis berpengaruh. "Kawasan belahan utara mulai musim dingin, elang sulit cari makan," ujarnya.
Berbeda dengan pola migrasi tahun lalu, ketika puncak migrasi terjadi pada Oktober. Namun kini tak banyak terlihat raptor yang bermigrasi. Dulu, kata dia, raptor yang bermigrasi mencapai puluhan ribu ekor. Sekarang menyusut, yang diduga akibat bencana asap kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan.
Rute migrasi dari Cina melintasi Thailand-Malaysia-Singapura-Kepulauan Riau-Palembang-Lampung-Jawa hingga ke Nusa Tenggara Timur. Burung raptor tersebut akan menetap selama lima bulan dan kembali ke habitat asal. Rute perjalanan migrasi tak berubah, kecuali jika terjadi gangguan alam.
Seperti kebakaran hutan di Riau, jalur migrasi elang berubah untuk menghindari asap. Sedangkan elang dari Jepang, rute migrasinya adalah Taiwan-Filipina-Kalimantan. Selama bermigrasi, elang juga beristirahat di kawasan pegunungan yang kaya makanan dan teduh.
Migrasi rombongan elang ini juga bermanfaat bagi keseimbangan alam. Salah satunya berjasa untuk mengendalikan hama, seperti tikus sawah. "Elang memangsa tikus yang menjadi hawa tanaman," kata Made.
EKO WIDIANTO