TERUNGKAP, Pulau Penyihir dari Zaman Batu
Editor
Amri mahbub al fathon tnr
Jumat, 18 Desember 2015 08:30 WIB
TEMPO.CO, Glasgow - Sebuah situs arkeologi dari zaman batu berupa tempat ritual yang dilakukan di dalam gua pada 9.000 tahun lalu ditemukan di Blå Jungfrun, pulau di pesisir timur Swedia. Pulau ini telah lama dikaitkan dengan kisah supranatural, penyihir, dan kutukan.
"Bebatuan besar dan tebing curam Blå Jungfrun memberikan pemandangan lanskap yang dramatis. Selama berabad-abad, pulau tak berpenghuni itu dikaitkan dengan kekuatan supranatural," kata para arkeolog dalam sebuah presentasi saat pertemuan tahunan Asosiasi Arkeologi Eropa di Glasgow, Skotlandia, seperti dilansir Live Science.
Berdasarkan legenda, para penyihir berkumpul di pulau tersebut pada setiap perayaan Paskah untuk menyembah setan. Selain itu, diyakini ada kutukan bagi orang yang memindahkan batuan dari Blå Jungfrun, yakni sengsara seumur hidup.
Tak diketahui kapan kisah dan kepercayaan itu dimulai. "Kami bermaksud mengungkap asal usul legenda itu," ucap juru bicara tim arkeolog tersebut.
Tim gabungan internasional memulai studi lapangan di Blå Jungfrun pada musim semi 2014. "Hasilnya menakjubkan dan mengungkap aktivitas manusia pada zaman batu mesolitik," tulis anggota tim studi ini dari Kalmar County Museum dan Linnaeus University, Swedia, dalam sebuah paparan.
Berdasarkan hasil studi tersebut, tim menduga masyarakat Pulau Blå Jungfrun menjalankan ritual di dalam gua. Sebab, di salah satu gua, ditemukan benda seperti altar tempat manusia dikorbankan untuk dewa. Sedangkan di gua lain ditemukan rongga gua besar bak panggung pertunjukan. Menurut tim, dua gua itu memiliki fungsi berbeda.
Gua pertama memiliki rongga di dalam berdiameter 0,7 meter. Tungku perapian terletak di bawah rongga. "Dari sisa-sisa guratannya, terlihat itu buatan manusia," ujar Ludvig Papmehl-Dufay, arkeolog dari Kalmar County Museum. Meski belum tahu pasti apa yang pernah terjadi di dalam gua tersebut, menurut Dufay, kuncinya ada di tata letak gua.
Untuk masuk ke dalam gua, tutur Dufay, pihaknya harus memutar otak karena ukurannya lebih kecil daripada badan pria dewasa. Namun, setelah tim berhasil masuk, di dalam gua telah menunggu ruangan besar bak auditorium. "Rongga dan tungku api kemungkinan besar tercipta akibat ritual-ritual yang ada," katanya.
Sedangkan gua kedua jauh lebih aneh. Di sini, tim menemukan sebuah kapak batu dan pecahan bebatuan gua yang tampaknya digunakan untuk suatu hal. "Dilihat dari pola pecahannya, saya menebak ini altar," ucapnya. Hanya, ujar dia, kegiatan yang lebih spesifik, seperti pesta atau ritual, kemungkinan besar memang dilakukan.
Pekerjaan para arkeolog untuk mengungkap rahasia masa lalu di Blå Jungfrun terus dilakukan. Mereka kini mulai menyelidiki lapisan di bawah salah satu gua yang kemungkinan besar berasal dari batuan kuarsa. Sebab, alat-alat batu yang ditemukan berbahan kuarsa.
Kini Dufay dan timnya harus berpacu dengan waktu. Sebab, pulau itu sudah menjadi taman nasional. Orang bisa masuk ke dalam meski harus melewati jalur khusus. "Kami berpacu dengan mereka agar tak banyak situs yang rusak," ujar Dufay. Selain itu, penggalian tak bisa dilakukan pada malam hari lantaran pulau tersebut belum dialiri listrik.
LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB