Riset Terbaru: Sirip Hiu Ternyata Mengandung Racun

Reporter

Rabu, 31 Agustus 2016 21:45 WIB

Seorang pekerja menyelesaikan proses pengolahan sirip hiu di desa Pabean udik, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (9/1). Ikan hiu memiliki tingkat perkembangbiakkan yang lambat dan rawan punah di habitatnya. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, FLORIDA - Penelitian baru di University of Miami menemukan racun dalam konsentrasi tinggi yang berhubungan langsung dengan penyakit neurodegeneratif dalam sirip dan otot hiu. Peneliti mengatakan membatasi konsumsi hiu akan berdampak baik untuk kesehatan dan konservasi hiu. Mengingat, beberapa jenis hiu terancam punah karena terancam perburuan manusia.

Jaringan sirip dan otot dikumpulkan dari 10 spesies hiu yang ditemukan di Samudera Pasifik dan Atlantik. Racun yang ditemukan ada dua jenis, yakni merkuri dan β-N-methylamino-L-alanine (BMAA)

“Selama ini, racun-racun jenis ini terkait langsung dengan penyakit seperti Alzheimer dan amyotrophic lateral sclerosis,” kata Deborah Mash, profesor bidang neurologi dan peneliti senior dalam penelitian ini.

Amyotrophic lateral sclerosis adalah gangguan syaraf pusat yang bisa menyebabkan pengecilan otot dan kelumpuhan.

“Hasil penelitian kami menyatakan konsumen hiu berisiko tinggi ‘memelihara’ penyakit syaraf dalam tubuhnya,” kata Mash.

Penelitian ini mendeteksi konsentrasi merkuri dan BMAA di sirip dan otot hiu sangat membahayakan kesehatan manusia. Gabungan keduanya akan punya dampak beracun yang hebat.

“Sebagai puncak dari rantai makanan, hiu cenderung akan mengakumulasi konsentrasi racun yang ada pada makanannya,” kata Neil Hammerschlag, yang memimpin penelitian ini. Akumulasi racun ini, tak hanya membahayakan bagi kesehatan hiu saja. Tapi juga untuk manusia yang mengkonsumsinya.

Sebanyak 16 persen spesies hiu di dunia terancam punah. Spesies hiu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Hiu Martil yang jumlahnya sudah semakin sedikit. International Union for Conservation of Nature menyebutkan status hiu jenis ini adalah terancam punah.

Bagian hiu yang banyak dikonsumsi adalah daging, sirip, dan tulang rawan. Hiu banyak dikonsumsi karena dipercaya sebagai sumber pengobatan tradisional di Cina. Ada pula suplemen diet yang mengandung tulang rawan hiu. Suplemen ini dikonsumsi secara global.

Banyak peneliti yang menemukan BMAA di sirip dan suplemen tulang rawan hiu. Neurotoksik metil merkuri telah di terkumpul dalam tubuh hiu selama hidupnya.

LIVE SCIENCE | TRI ARTINING PUTRI

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

32 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya