Stasiun luar angkasa ISS dibangun pertama kali pada 20 November 1998. Stasiun luar angkasa ISS mengorbit di ketinggian 410 Km, dan terbang dengan kecepatan 27.600 Km/Perjam. Dailymail
TEMPO.CO, Jakarta - Orbit stasiun luar angkasa Internasional ISS (International Space Station) pada sepekan ini akan melayang di wilayah Indonesia. Lokasi pengamatan wahana antariksa itu sejak 23-30 Januari 2017 itu hanya berada di Jakarta dan sekitarnya. Durasi terlihatnya berkisar antara 1-5 menit.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin mengatakan, sepekan ini ISS bisa terlihat dari Jakarta dan sekitarnya saat langit cerah. Waktu penglihatannya setiap hari hanya dua kali, yakni setelah matahari terbenam dan setelah matahari terbit.
“ISS bisa terlihat karena memantulkan cahaya,” kata Thomas, Senin, 23 Januari 2017.
Pengamatan ISS dari wilayah Jakarta bisa dimulai pada Senin petang ini, 23 Januari 2017. Wahana antariksa seukuran lapangan sepakbola itu, kata Thomas, akan muncul dari arat barat daya di langit.
ISS selanjutnya akan tampak bergerak ke arah barat laut hingga akhirnya menghilang dari pandangan di arah utara. “Waktu maksimum terlihatnya pada pukul 18.38 WIB,” katanya.
Namun pada hari pertama ini, ketinggian ISS dari horison cukup dekat, sekitar 20 derajat dari permukaan bumi. Tempat pengamatan yang ideal perlu mencari lokasi tanpa halangan gedung.
Pengamat di Jakarta dan sekitarnya bisa mengintip ISS dengan teleskop. Fotografer yang tertarik mengabadikannya juga perlu menyiapkan lensa tele. “ISS berada di ketinggian 400 kilometer dari bumi,” katanya.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.