Taman di Jl. Latuharhari Jakarta, Kamis (19/3). Pemkot DKI menargetkan ruang terbuka hijau untuk DKI adalah 13,94 hektar, sementara yang sudah ada 9,6 hektar. Target mesti tercapai th 2010. TEMPO/Wahyu Setiawan
TEMPO.CO, Sheffield -Sebuah proyek di Sheffield, Inggris, ingin menggali jawaban atas pertanyaan “Apakah Taman-taman mempengaruhi kesehatan dan well-being (kondisi nyaman, sehat, atau bahagia)?”
Akses ke ruang terbuka hijau (RTH) selama ini diasumsikan memiliki kaitan dengan pengurangan depresi, kecemasan dan stres serta manfaat-manfaat jasmani. Para peneliti di Universitas Sheffield bekerja sama dengan Royal Horticultural Society ingin mengumpulkan bukti bahwa taman publik ternyata memiliki efek-efek teurapetik (penyembuhan penyakit).
"Ada peningkatan bukti bahwa akses ke RTH di alam dapat memberikan serangkaian manfaat dalam kesehatan mental, kesehatan jasmani, dan kohesi sosial," ujar Lauriane Suyin Chalmin-Pui, kandidat doktor Universitas Sheffield." Tapi sebagian besar barang bukti itu terpusat di sekitar RTH milik publik, bukan taman-taman pribadi.
Sebagai bagian dari riset, pemelihara kebun (gardener) dan yang bukan ditanya untuk melengkapi survei. Tujuannya ingin menyelidiki sejumlah manfaat rumah dengan taman di halaman depan yang dipenuhi tumbuhan dibanding taman yang tidak ada tumbuhannya.
"Hasil riset diharapkan menjadi bukti yang diperlukan untuk mendukung agar lebih banyak RTH dan taman-taman kota," kata Lauriane.” Taman memiliki banyak manfaat lingkungan seperti daya tahan terhadap banjir lokal, habitat untuk satwa liar dan kualitas udara yang lebih baik.
