Racun Mematikan Itu Bernama Polusi Udara  

Reporter

Kamis, 18 Mei 2017 10:29 WIB

TEMPO.CO, Colorado - Racun mematikan bukan datang dari serangan senjata kimia, tapi polusi udara dari asap knalpot mobil bermesin diesel yang meluncur di jalan-jalan di seluruh dunia. Begitulah hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Nature, Senin lalu.

Dalam penelitian yang dilakukan tim gabungan dari University of Colorado, Amerika Serikat, lembaga non-profit, International Council on Clean Transportation (ICCT) dan Environmental Health Analytics LLC, menyebutkan emisi yang dikeluarkan kendaraan bermesin diesel telah melebihi batas legal. Menurut mereka, emisi kendaraan bermesin diesel di seluruh dunia telah mencapai 4,6 juta ton lebih banyak dari ketentuan.

Penelitian baru tersebut mencakup 80 persen pasar diesel dunia, termasuk Australia, Brasil, Jepang, Meksiko, dan Rusia. Kendaraan besar macam truk dan bus diidentifikasi sebagai penyumbang terbanyak.

Baca: Greenpeace: Kualitas Udara Jabodetabek Buruk

Tentu itu bukan berita bagus, tapi sebuah racun mematikan yang membunuh secara perlahan. Kelebihan emisi kendaraan diesel ini akan menyebabkan polusi asap karena udara dipenuhi dengan nitrogen oksida (NOx). Gas beracun ini dihasilkan dari reaksi antara oksigen dan nitrogen di udara saat pembakaran. Jumlah nitrogen oksida meningkat pesat di kota-kota besar yang lalu lintasnya dipadati kendaraan.

Dalam penelitian yang menelaah 11 pasar kendaraan, mereka menemukan jumlah emisi dari kendaraan itu menghasilkan 13,1 juta ton nitrogen oksida. Namun, kata para ilmuwan, kalaupun emisi tersebut memenuhi standar pengujian yang diberlakukan, jumlah NOx tetap besar, yakni mendekati 8,6 juta ton.

Tentu ini sangat berbahaya. Satu hal yang pasti, NOx dapat merusak jaringan paru-paru. Lebih jauh lagi, di udara lepas, nitrogen oksida bereaksi dengan bahan kimia di atmosfer dan bisa menghasilkan ozon tingkat dasar serta partikel ultra halus.

Keduanya sama-sama berbahaya. Ozon bisa mengganggu saluran pernapasan dan memperparah penyakit paru-paru, seperti asma dan bronkitis. Partikel halus yang terhirup akan menimbulkan penyakit jantung dan arteri.

Baca: Daya Tembus Partikel Nano dalam Polusi Udara

Tak pelak, jumlah emisi yang berlebih ini dikhawatirkan bisa memicu jumlah kematian dini karena penyakit-penyakit akibat nitrogen oksida dalam jumlah besar, yang mencapai 38 ribu. Bila tak ada perbaikan, para peneliti khawatir jumlah kematian dini akan terus bertambah. Pada 2040, jumlah kematian akan mencapai 174 ribu. "Konsekuensi kelebihan emisi NOx diesel untuk kesehatan masyarakat global sangat mencolok," kata Susan Anenberg, salah satu tim peneliti tersebut.

Dari hasil penelitian ini, mereka menganjurkan standar emisi kendaraan tidak saja perlu ditata lebih ketat, tapi juga harus dilakukan langkah-langkah untuk membuat produsen lebih patuh. "Semua itu dilakukan agar dapat mencegah ratusan ribu kematian dini akibat penyakit yang terkait dengan polusi udara setiap tahun," katanya.

Ironisnya, dua pertiga dari semua kendaraan diesel, yang dijual di mana pun, mengikuti standar Uni Eropa. "Jadi, selama Eropa mendapatkan standar emisi kendaraan yang salah dan terus dilakukan untuk mobil, seluruh dunia mendapatkan kendaraan yang salah juga,” kata Ray Minjares dari International Council on Clean Transportation (ICCT) Amerika Serikat, yang juga bagian dari tim peneliti, kepada Guardian, Senin lalu.

Baca: Jangan Tinggal Dekat Jalan Ramai, Bisa Kena Demensia

Emisi diesel memang kerap menjadi masalah. Dua tahun lalu, ICCT Amerika mengungkapkan perusahaan otomotif Jerman, Volkswagen, disebut telah memasang "perangkat penipu" di mobilnya. Pada Maret lalu, periset dari MIT di Amerika Serikat memperkirakan kelebihan emisi kendaraan VW menyebabkan 1.200 kematian dini di Eropa antara 2008 dan 2015.

Menanggapi hasil penelitian itu, juru bicara Society of Motor Manufacturers and Traders, yang mewakili pembuat mobil di Inggris, mengatakan kalangan industri berkomitmen meningkatkan kualitas udara dan menginvestasikan miliaran teknologi baru untuk mengurangi emisi.

Baca: Misteri Kabut Pembunuh Massal di London Tahun 1952 Terungkap

Mari kita tunggu komitmen perusahaan yang kerap membuat polusi udara dan racun mematikan. Tentu tak hanya dari sektor industri, tapi juga semua sektor yang berkepentingan.

GUARDIAN | NATURE | AHMAD NURHASIM

Berita terkait

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

1 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

7 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

29 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

44 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

46 hari lalu

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.

Baca Selengkapnya

Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

48 hari lalu

Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

Kementerian Perhubungan secara bertahap sejak 2020 meluncurkan angkutan massal dengan sistem Buy the Service (BTS). Kurangi polusi udara dan kemacetan

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

48 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

Udara Jakarta memburuk menjelang libur panjang akhir pekan. Merujuk data IQAir, kualitas udara Jakarta terburuk ke-10 dari kota besar di dunia.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

20 Februari 2024

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.

Baca Selengkapnya

Bangkok Polusi Udara Parah, Pegawai Diminta Kerja dari Rumah

15 Februari 2024

Bangkok Polusi Udara Parah, Pegawai Diminta Kerja dari Rumah

Polusi udara parah melanda Bangkok, ibu kota Thailand. Pegawai pun diminta kerja dari rumah.

Baca Selengkapnya

Survei Sebut Mayoritas Warga Jakarta Setuju Tilang Uji Emisi Diberlakukan

4 Februari 2024

Survei Sebut Mayoritas Warga Jakarta Setuju Tilang Uji Emisi Diberlakukan

Survei yang dilakukan Populix mengungkapkan bahwa mayoritas warga Jakarta setuju jika sanksi tilang uji emisi diberlakukan.

Baca Selengkapnya