TEMPO.CO, Jakarta - Google baru-baru ini menciptakan kecerdasan buatan yang memprediksi kematian seseorang. Bahkan, akurasinya mencapai 95 persen. Seperti dilansir laman Futurisme, Senin, 18 Juni 2018, disebutkan studi ini telah terbit dalam jurnal Nature.
Para peneliti Google menggunakan data dari 216 ribu pasien dewasa di dua rumah sakit di Amerika Serikat. "Kami mengolah berbagai data, mulai dari hasil klinis, kualitas perawatan (readmissions), pemanfaatan fasilitas rumah sakit, dan diagnosa penyakit pasien," tulis tim dalam jurnal.
Baca juga: Mungkinkah Kecerdasan Buatan Jadi Tuhan Baru di Masa Depan?
Tim Google menggunakan algoritma medical brain untuk membangun kecerdasan buatan tersebut. Algoritma ini juga pernah digunakan untuk memprediksi kematian seorang pasien kanker payudara berdasarkan 175 ribu data milik pasien tersebut. Dalam studi kala itu, hasilnya memang sangat akurat.
"Kami ingin mencoba melihat dalam skala yang lebih luas. Tujuannya, agar prediksi ini bisa digunakan dasar penanganan berbagai skenario klinis pada pasien yang butuh prioritas tinggi," tulis tim, seperti dilansir laman The Independent.
Baca juga: Cina Mulai Manfaatkan Kecerdasan Buatan untuk Keperluan Medis
Dalam jurnal tim menyebut bahwa metode ini 10 kali lebih akurat ketimbang metode diagnosa tradisional. Apabila akurasi diagnosa manusia hanya mencapai 9,3 persen, prediksi kecerdasan buatan bisa mencapai 93-95 persen.
Tentu, tim menekankan, kecerdasan buatan ini dibikin bukan untuk menakut-nakuti. Sebaliknya, ini bisa dijadikan rujukan untuk para tenaga medis agar bisa membuat penanganan yang efektif.
Baca juga: Waspada, Kecerdasan Buatan Bisa Memicu Perang Nuklir
Meski terdengar sangat canggih, tapi tidak sedikit pihak yang pesimistis tentang hal tersebut. American Medical Association, misalnya, yang meragukan gabungan antara teknologi dan bidang kesehatan tidak akan langsung berjalan mulus.
"Terutama pada transparansi dan bebas dari bias," tulis mereka dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Kecerdasan Buatan Bisa Mengganggu Stabilitas Politik, Kok Bisa?
Beda lagi halnya dengan Mikhail Varshavski, dokter perawatan keluarga. Dia sangsi akan privasi data yang digunakan. "Siapa yang akan memiliki semua data-data pasien tersebut?" ujarnya.
"Saya cemas, ini malah akan menguntungkan banyak perusahaan ketimbang pasien itu sendiri," kata dia. "Perlu ada pengawasan yang ketat."
Baca juga: Aplikasi Kecerdasan Buatan Ini Kirimi Konten Pornografi ke Anak
Simak artikel menarik lainnya tentang kecerdasan buatan bikinan Google hanya di kanal Tekno Tempo.co.
NATURE | FUTURISM | THE INDEPENDENT