TEMPO.CO, Siem Reap - Konferensi Cyber Security Weekend Kaspersky Lab tahun ini mengangkat tema Balkanisation: Security Should Not Be in Isolation. Konferensi yang digelar di Siem Reap, Kamboja, 19-22 September 2018 ini mengungkap risiko dan bahaya dari Balkanisasi di dunia siber.
Baca juga: Beli Antivirus Kaspersky Kini Bisa Lewat Pulsa
"Negara saat ini mulai membangun tembok dan batas bagi mereka sendiri. Dunia internet terpecah. Itu menguntungkan sekaligus merugikan karena kita tidak bisa bersatu dalam melawan penjahat siber," ujar Stephan Neumeier, Managing Director Asia Pacific Kaspersky Lab, dalam konferensi.
Mengutip Chief Executive Officer Kaspersky Lab Eugene Kaspersky, Neumeier menyebut itulah Balkanisasi. "Era digital tanpa batas kini mulai berakhir," ujar dia.
Managing Director Kaspersky Lab Asia Pacific, Stephan Neumeier, dalam konferensi Cyber Security Weekend 2018 yang digelar di Siem Reap, Kamboja, 19-22 September 2018. (TEMPO/Amri Mahbub)
Baca juga: Ada Kaspersky di Balik Keamanan Film The Predator
Balkanisasi adalah istilah yang diambil dari perang Balkan yang membuat negara Yugoslavia terpecah menjadi 7 negara, yakni Slovenia, Kroasia, Makedonia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Serbia, dan Kosovo.
Menurut Neumeier, tren Balkanisasi tersebut mulai terjadi dalam konteks dunia teknologi. "Banyak negara yang ingin terisolasi dari negara lainnya, proteksionisme," kata dia. Hal tersebut, kata Neumeier, tentu menyulitkan dua negara atau lebih membangun kerja sama atau perusahaan asing dengan perusahaan asing lainnya.
"Sangat kontradiktif. Di satu sisi memang mereka terisolasi, tapi kalau sudah diserang dari sektor siber dan tidak ada negara yang mau bekerja sama, lantas apa yang akan mereka lakukan?" ujar Neumeier.
Baca juga: Peretas Elit Rusia Curi Rahasia NSA, Kaspersky Diblokir
Terlebih, di tempat yang sama, Direktur Global Research and Analysis Team (GReAT) Kaspersky Lab Asia Pacific, Vitaly Kamluk, menyebut potensi serangan siber semakin bertambah. "Perkembangan malware yang masif saat ini mengubah lanskap keamanan dunia maya di seluruh dunia," ujar dia.
Kamluk memperingatkan bahwa pertumbuhan malware setiap harus terus terjadi. Bahkan, kian canggih dan punya jangkauan yang luas. Dan Balkanisasi, menurut Kamluk, akan sangat semakin membuat keamanan sebuah negara kian rentan karena tidak mempertimbangkan kondisi dunia luar.
"Fragmentasi, terpecah belah, bukanlah baju besi yang kita butuhkan untuk menghadapi ancaman serangan siber masa depan. Dunia yang terpecah belah kian mudah dihancurkan," ujar Kamluk.
Vitaly Kamluk, Direktur Global Research and Analysis Team (GReAT) Kaspersky Lab Asia Pacific dalam konferensi Cyber Security Weekend yang digelar di Siem Reap, Kamboja, 19-22 September 2018. (TEMPO/Amri Mahbub)
Salah satu kelompok yang diwaspadai ialah Lazarus Group yang beberapa waktu lalu melancarkan serangan terhadap cryptocurrency di Korea Selatan. Menurut senior researcher di GReAT Kaspersky Lab Asia Pacific, Seongsu Park, kelompok ini meluncurkan serangan malware ke perangkat Windows maupun MacOS.
Baca juga: 4 Jurus Cerdas Menghindari Skimming, Jangan Lupa Ganti Pin
"Kelompok ini biasanya mengirimkan advanced persistent threat (APT) berbahasa Korea," ujar Park saat ditemui di Konferensi. APT adalah serangan masif berlanjut yang dilancarkan guna memanipulasi perangkat digital seseorang atau sebuah lembaga. Serangan biasanya dilakukan menggunakan malware.
Perangkat mobile pun sebetulnya tak lepas dari ancaman hacker. Menurut senior researcher di GReAT Kaspersky Lab Asia Pacific, Suguru Ishimaru, perangkat Android sangat rentan diserang malware. "Tren terbaru ialah serangan malware Roaming Mantis," ujarnya.
Cara kerjanya, Ishimaru menjelaskan, ialah menyerang smartphone korban dengan menyusupi router Wi-fi publik. Para hacker ini, menurut dia, mampu melihat router wi-fi yang lemah. "Kemudian mereka membajak DNS router yang diserang," ujar Ishimaru. Setelah itu, Anda akan diarahkan untuk masuk ke dalam web aspal (asli tapi palsu).
Web kemudian mengarahkan Anda untuk menginstal pembaruan Chrome atau Facebook yang sebetulnya berisi malware Roaming Mantis. Penyerang bermotif uang ini berhasil menyerang ribuan smartphone di Korea Selatan, Bangladesh, dan Jepang, pada awal tahun ini. Hingga saat ini tidak diketahui siapa dalang di balik serangan tersebut.
"Karena itulah, kami percaya bahwa isolasi negara bukanlah jalan keluar untuk menghindari serangan siber," ujar Kamluk.
Global Research and Analysis Team (GReAT) Kaspersky Lab Asia Pacific (dari kiri ke kanan), Suguru Ishimaru, Seongsu Park, Vitaly Kamluk, Noushin Shabab, dan Wyne Lee. (TEMPO/Amri Mahbub)
Baca juga: Siapa Bilang MacOS Aman dari Hacker? Simak Laporan Kaspersky Ini
Simak kabar terbaru dari Kaspersky Lab dan artikel menarik lainnya soal Balkanisasi hanya di kanal Tekno Tempo.co.