TEMPO.CO, Jakarta- Pembina Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) Emil Salim menuding kegiatan ekonomi merupakan musuh dari keanekaragaman hayati. Dia menyampaikan itu dalam sosialisasi Kehati Award 2020, Kamis 16 Januari 2020.
Menurutnya, kegiatan ekonomi membuat penyempitan teknologi agar sumber daya alam dispesialisasikan, seperti hutan ditebang dan dijadikan perkebunan kelapa sawit atau pertambangan. "Alam yang diubah menjadi tunggal, keseragaman, menguntungkan ekonomi dibandingkan dengan keanekaragaman," katanya di On Three Coffee, Jakarta Selatan.
Tokoh lingkungan hidup internasional yang pernah menerima The Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF) itu menyatakan bahwa dalam lingkungan, memahami keanekaragaman hayati adalah hal yang paling sulit. Berbeda dengan pencemaran air dan erosi yang menurutnya mudah dipahami.
"Kalau pencemaran jelas air jadi kotor, erosi jelas ada bukit, ada hutan ditebang menjadi gundul dan jadi erosi," kata Emil yang kini berusia 89 tahun. "Dari semua lingkungan hidup satu per satu pencemaran bisa kita mengerti, dari air tadi, erosi, eksploitasi berlebih bisa kita mengerti, kecuali keanekaragaman hayati, makhluk apa itu?"
Emil yang juga pakar ekonomi menegaskan, seharusnya kegiatan ekonomi harus tetap memperhatikan kepentingan kelestarian sumber daya alam dan tidak merusak keanekaragaman hayati. Selain itu, dia berujar, kegiatan ekonomi juga tidak perlu merusak sumber daya alam tapi justru pengayaan.
Untuk mendorong pengayaan sumber daya alam, Emil yang juga Menteri Negara Lingkungan Hidup era Presiden Soeharto itu menyatakan, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang optimal.
"Sumber daya manusia yang berkualitas dan inovatif akan mampu menciptakan berbagai terobosan, inovasi, dan teknologi yang berguna untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan serta melestarikannya," ujar dia.
Ia menuturkan, berbagai upaya pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan juga harus selalu diprioritaskan dan menjadi perhatian bersama di seluruh elemen masyarakat. Kesadaran pentingnya keanekaragaman hayati untuk kelangsungan hidup di Bumi, bagi Emil, juga harus menjadi perhatian utama bangsa Indonesia.
"Karena di dalam keanekaragaman hayati memuat unsur pembangunan yang lain. Bukan pembangunan eksploitasi sumber daya alam, tetapi pembangunan yang memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alam," ujar akademisi itu.
Emil, penerima anugerah Blue Planet Prize pada 2006 dari The Asahi Glass Foundation berharap, masyarakat yang ingin mengelola alam untuk keuntungan ekonomi harus disadarkan. "Keanekaragaman hayati itu penting dan harus dilestarikan. Sehingga dapat mengadopsi praktik-praktik baik untuk pelestarian alam dan keanekaragaman hayati."
Seperti diketahui sektor ekonomi dan pembangunan insfrastruktur tetap masuk dalam prioritas pembangunan di periode kedua Presiden Jokowi. Berbagai aturan yang dianggap menghambat kegiatan perekonomian ekonomi dan arus investasi dikendurkan. Di antaranya yang juga diwarnai pro dan kotnra adalah rencana menghapus syarat analisis mengenai dampak lingkungan.