TEMPO.CO, Jakarta - Apa yang terjadi di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, adalah pencemaran limbah radioaktif. Paparan zat radioaktif, belakangan diketahui Cesium 137, ditemukan hingga lebih dari 2000 kali ambang normal di antara permukiman di perumahan itu pada akhir Januari lalu dan hingga kini masih dilakukan upaya dekontaminasi.
"Ini bukan kecelakaan nuklir, bukan kedaruratan nuklir. Jadi jauh sekali dibandingkan dengan kecelakaan nuklir, jauh sekali skalanya," kata Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jazi Eko Istiyanto, di Gedung BPPT, Selasa 18 Februari 2020.
Jazi juga menegaskan tidak ada kebocoran dari reaktor riset GA Siwabessy di Kompleks Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di sekitar kawasan yang sama. Dia menyatakan itu berdasarkan sembilan alat detektsi yang disebar di sekitarnya.
"Jadi kalau ada kebocoran langsung mendeteksi," katanya sambil membandingkan, "Nah yang terjadi kami membawa metal detektor keliling dan ditemukan di tempat sampah di Perumahan Batan Indah, dan ini klasifikasinya adalah pencemaran limbah radioaktif."
Kepala Batan, Anhar Riza Antariksawan, juga meminta masyarakat tenang. Dia meyakinkan tidak ada dampak apapun dengan menyebut tingkat radiasi yang ditemukan masih rendah.
Anhar mengungkap itu meski radiasi logam cesium 137 yang ditemukan di lahan kosong Perumahan Batan Indah terukur sekitar 140 mikrosivert per jam. Ini jauh di atas ambang normalnya yang di kisaran 0,02-0,05. "Setelah dilakukan pengerukan tanah dan tanaman, saat ini kurang dari 10 persen," katanya.
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menegaskan kontaminasi logam cesium 137 di Perumahan Batan Indah, Serpong, terjadi bukan akibat dari kebocoran fasilitas reaktor nuklir yang ada di komplek Puspitek Serpong.
"Banyak yang menyangka ini terjadi karena adanya kebocoran dari reaktor nuklir di komplek puspitek serpong, jadi kami tegaskan tidak," kata Bambang.
Menurut Bambang, Bapeten telah bekerja sama dengan kepolisian untuk melakukan investigasi atau penyelidikan guna mencari tahu sumber dari bahan radioaktif tersebut. "Memang tidak lazim ditemukan bahan radioaktif di wilayah yang relatif jauh dari tempat reaktor nuklir, juga bukan tempat resmi untuk limbah nuklir, karena tempat semestinya ada di dalam kompleks reaktor nuklir yang ada di Puspiptek Serpong," ujarnya.