TEMPO.CO, Jakarta - Vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung Mirzam Abdurrachman mengatakan suara dentuman misterius yang terdengar di Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu dinihari, 11 April 2020, bisa berasal dari dalam perut bumi terkait aktivitas gunung api.
Pengosongan dapur magma dalam akibat pindahnya magma secara tiba-tiba ke dapur magma yang lebih dangkal meninggalkan kekosongan. “Dan ambruknya dapur magma dapat menghasilkan dentuman dan getaran di daerah sekitarnya,” katanya Sabtu 11 April 2020.
Suara dentuman sekitar pukul 02.00-03.00 WIB itu menimbulkan spekulasi banyak pihak. Ada yang mengaitkannya dengan erupsi atau letusan Gunung Anak Krakatau pada Jumat malam hingga Sabtu pagi, namun pihak lain membantahnya. “Apa yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya perlu dikaji dan dibuktikan lebih jauh apakah terjadi fenomenanya seperti itu,” ujar dia.
Mekanisme pembentukan dan asal dentuman yang menimbulkan pertanyaan bukan hanya terjadi sekarang. Sebelumnya pada tahun 2000 pernah muncul kebingungan soal suara dentuman menjelang runtuhnya kaldera Gunung Miyakejima, Jepang. Suara dentuman juga pernah muncul pada 2018 di Kepulauan Mayotte bagian barat Samudra Hindia.
Sementara itu peneliti dari LIPI Nugroho D. Hananto mengatakan suara dentuman dari Gunung Anak Krakatau dinilai terlalu jauh. “Sepertinya suara geluduk yang besar,” kata dia, Sabtu. Sementara jika sumber suara dentuman dari dalam perut bumi dinilai lebih sulit lagi menjelaskannya.
Sebelumnya diberitakan pakar vulkanologi Surono menduga sumber suara dentuman yang didengar oleh sebagian orang di Jabodetabek berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Ia menduga suara itu muncul bersamaan dengan erupsi. Sementara Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) membantah suara dentuman dari letusan Gunung Anak Krakatau.
Lewat siaran persnya Sabtu, PVMBG menyatakan sejak awal letusan sampai sekarang di pos pengamatan Banten tidak terdengar dentuman. Karena itu erupsi Gunung Anak Krakatau tidak bisa dikaitkan dengan suara dentuman.
ANWAR SISWADI