Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi: Kerusakan Hutan Tropis Dunia Meningkat pada 2019

image-gnews
Relawan memadamkan titik api yang membakar hutan tropis kawasan Taman Wisata Alam Kawah Putih Gunung Patuha, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (8/10/2019). (FOTO/NOVRIAN ARBI)
Relawan memadamkan titik api yang membakar hutan tropis kawasan Taman Wisata Alam Kawah Putih Gunung Patuha, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (8/10/2019). (FOTO/NOVRIAN ARBI)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi terbaru mengungkapkan kerusakan hutan tropis di seluruh dunia meningkat pada 2019. Laporan itu berdasarkan hasil catatan kelompok riset lingkungan, World Resources Institute dan University of Maryland, yang mengungkap hilangnya hutan tropis lama atau primer global seluas 9,3 juta hektare, area yang hampir seukuran Swiss.

Kerusakan tersebut sekitar tiga persen lebih tinggi daripada pada 2018 dan kerugian terbesar ketiga sejak 2002. Artinya area seluas lapangan sepak bola hilang setiap enam detik selama tahun tersebut, demikian dikutip laman Fox News, Minggu, 7 Juni 2020.

Selain itu, para peneliti memperkirakan bahwa hilangnya hutan tropis primer mengakibatkan pelepasan lebih dari dua miliar ton karbon dioksida--lebih dari gabungan emisi dari semua kendaraan di jalan di Amerika Serikat pada satu tahun. Sejak tahun 2000, dunia telah kehilangan sekitar 10 persen dari tutupan pohon tropisnya.

Hanya pada 2016 dan 2017 yang jauh lebih buruk, ketika panas dan kekeringan menyebabkan kebakaran dan deforestasi, terutama di Brasil. Sekali lagi, negara yang terletak di Amerika Selatan itu memimpin dunia dalam deforestasi.

Brasil bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga dari total angka yang dilaporkan. Di bawah kebijakan anti-lingkungan oleh Presiden Brasil Jair Bolsonaro, penggundulan hutan Amazon melalui tebang habis tampaknya meningkat. Pada Agustus 2019, Bolsonaro juga mendapat kecaman luas dari kelompok lingkungan hidup dan para pemimpin dunia atas kebakaran hebat yang terjadi.

Namun, Mikaela Weisse, yang memimpin program Global Forest Watch, mengatakan kepada New York Times, nyala api sebenarnya berkontribusi relatif sedikit terhadap total hilangnya hutan primer Brasil sekitar 3,4 juta hektare. Hanya sekitar seperlima api yang terbakar di hutan primer.

Sebaliknya, data yang diterima dari program pemantauan hutan pemerintah Brasil dan proyek-proyek lain menunjukkan peningkatan penebangan hutan primer untuk pertanian. "Meskipun tren hutan primer secara keseluruhan hanya mengalami peningkatan kecil, kami berpikir bahwa deforestasi semakin buruk,” kata Weiss.

Menurut Weiss, ada begitu banyak upaya dan retorika internasional seputar pengurangan deforestasi, perusahaan dan pemerintah membuat semua komitmen bahwa mereka akan mengurangi setengah dari hilangnya hutan tropis mereka pada tahun 2020. Tapi, perkiraan untuk 2020 tidak lebih cerah saat pandemi virus corona masih merajalela.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pembatasan mobilitas dan pemotongan anggaran yang menjulang sebagai akibat dari kejatuhan ekonomi karena pandemi global dapat menghambat upaya untuk menegakkan aturan anti-deforestasi. "Aktor-aktor jahat akan mencoba mengambil keuntungan dengan lebih banyak pembalakan liar, penambangan, pembersihan, dan perburuan liar," ujar dia.

Peneliti senior di World Resources Institute Frances Seymour menerangkan, tingkat kehilangan hutan yang terlihat pada 2019 tidak dapat diterima. "Sepertinya kita menuju ke arah yang salah," kata dia.

Namun, analisis deforestasi lainnya menunjukkan hasil yang berbeda. Pada bulan Mei, dua lembaga PBB, menggunakan data dari masing-masing negara, melaporkan bahwa deforestasi di seluruh dunia rata-rata sekitar 25 juta hektare setahun terjadi sejak 2015.

Ada juga beberapa tanda yang menggembirakan bahwa upaya untuk mengurangi deforestasi membuahkan hasil di tahun 2019. Di Indonesia, hilangnya hutan primer menurun untuk tahun ketiga berturut-turut.

Sementara di Kolombia mengalami penurunan yang serupa dengan level mereka di tahun 2016, dan Ghana serta Pantai Gading menunjukkan penurunan yang signifikan. Total Ghana sekitar 14.000 hektare adalah yang terendah sejak 2014, sementara Pantai Gading memiliki total terendah sejak 2005, pada 29.000 hektare.

FOX NEWS | NEW YORK TIMES

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Studi: Pergeseran Sungai Atmosfer Jadi Ancaman Baru bagi Iklim Global

2 hari lalu

Ilustrasi atmosfer WASP-17b yang kaya akan silikat. (Kredit gambar: NASA, ESA, CSA, Ralf Crawford (STScI))
Studi: Pergeseran Sungai Atmosfer Jadi Ancaman Baru bagi Iklim Global

Studi menunjukkan bahwa sungai atmosfer, jalur uap air sempit yang membawa hujan lebat dan badai, bergeser menuju lintang yang lebih tinggi.


Studi Biodiversitas: 66 Persen Hutan Tropis Dunia Memiliki Rezim Suhu Baru

4 hari lalu

Masyarakat adat dari suku Mura menunjukkan daerah gundul di tanah adat tak bertanda di dalam hutan hujan Amazon dekat Humaita, Negara Bagian Amazonas, Brasil 20 Agustus 2019. Foto diambil 20 Agustus 2019. Sejumlah kebakaran hutan berkobar selama berminggu-minggu dan menghancurkan hutan. Amazon Brasil, hutan hujan tropis terbesar di dunia yang menurut para ilmuwan perlindungan sangat penting untuk memerangi perubahan iklim.
Studi Biodiversitas: 66 Persen Hutan Tropis Dunia Memiliki Rezim Suhu Baru

Sementara 34 persen hutan tropis sisanya masih menikmati suhu lama. Menjadi tempat perlindungan penting bagi biodiversitas yang ada


Studi: Eksploitasi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Kadar Racun Logam di Laut

7 hari lalu

Pemulung mencari sampah yang masih bisa dimanfaatkan di pantai Muaro Lasak, Padang, Sumatera Barat, Minggu, 13 Oktober 2024. Tumpukan sampah laut dan material dari hulu memenuhi objek wisata pantai itu pasca intensitas hujan tinggi tiga hari terakhir sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan menyulitkan perahu nelayan mendarat.  ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Studi: Eksploitasi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Kadar Racun Logam di Laut

Perubahan iklim dan pencemaran lingkungan meningkatkan kadar racun pada logam di laut. Terdistribusi juga melalui sampah plastik.


Studi: Pola Makan Sedikit Lebih Efektif untuk Kesehatan Dibanding Diet Ekstrem

10 hari lalu

Ilustrasi pria diet. Shutterstock
Studi: Pola Makan Sedikit Lebih Efektif untuk Kesehatan Dibanding Diet Ekstrem

Ilmuwan dari The Jackson Laboratory (JAX) mendapati bahwa pola makan yang lebih sedikit bisa menjaga kesehatan. Hasil penelitian dengan ribuan tikus.


Studi: Kendaraan Berat Penyumbang Terbesar Emisi Partikulat Sektor Transportasi Jakarta

10 hari lalu

Truk tiga sumbu. Shutterstock
Studi: Kendaraan Berat Penyumbang Terbesar Emisi Partikulat Sektor Transportasi Jakarta

Kendaraan berat, terutama truk, adalah penyumbang terbesar emisi partikulat (PM10, PM 2.5, dan karbon hitam), NOx, dan SO2.


Hujan Petir Diprakirakan Melanda Kota Besar dan Studi Menghapus Akun Facebook di Top 3 Tekno

11 hari lalu

Ilustrasi hujan petir. skymetweather.com
Hujan Petir Diprakirakan Melanda Kota Besar dan Studi Menghapus Akun Facebook di Top 3 Tekno

Topik tentang BMKG melaporkan potensi hujan ringan disertai petir di sejumlah kota besar menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.


Studi: Hapus Facebook Bisa Tingkatkan Kesejahteraan, tapi Mengurangi Pengetahuan Politik

11 hari lalu

Seorang pengguna Facebook login melalui ponselnya di sebuah kafe di Hanoi, Vietnam 19 November 2020. [REUTERS / Kham]
Studi: Hapus Facebook Bisa Tingkatkan Kesejahteraan, tapi Mengurangi Pengetahuan Politik

Dalam studi yang dipublikasikan Royal Society Open Science ini, ada plus minus dari pemanfaatan akun media sosial Facebook.


Studi: Pejalan Kaki Punya Risiko Celaka yang Tinggi saat Tidak Fokus

12 hari lalu

Suasana lengang trotoar perkantoran kawasan Jalan Jend Sudirman, Jakarta, Selasa 16 April 2024. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Indah Anggoro Putri mengatakan, tidak ada surat edaran (SE) yang dikeluarkan tentang kebijakan work from home (WFH) bagi karyawan swasta. Kemnaker menyerahkan aturan tersebut ke masing-masing perusahaan. Kewajiban bagi ASN itu hanya diberlakukan selama dua hari mengingat arus balik libur Lebaran, yakni Selasa-Rabu, 16-17 April 2024. TEMPO/Subekti.
Studi: Pejalan Kaki Punya Risiko Celaka yang Tinggi saat Tidak Fokus

Studi University of British Columbia menemukan bahwa pejalan kaki punya risiko cidera lebih tinggi saat tidak fokus.


Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

13 hari lalu

Ilustrasi depresi. Shutterstock
Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

Sebuah studi menunjukkan bahwa trauma masa kecil dapat berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental seperti depresi, di usia lanjut.


Studi Universitas Kyushu Ungkap Pengurangan 32 Persen Limbah Plastik akan Dirasakan pada 2050

16 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Studi Universitas Kyushu Ungkap Pengurangan 32 Persen Limbah Plastik akan Dirasakan pada 2050

Studi oleh peneliti dari Universitas Kyushu mengungkapkan soal pengurangan limbah plastik hingga 32 persen akan dirasakan pada 2050.