Valneva melakukannya dengan mengisolasi protein dari bakteri patogen dan menyuntikkannya ke dalam tubuh. Metode ini bertujuan membuat sistem imun mengenali protein tersebut dan meresponsnya jika menemukan yang sama yang dibawa Borrelia burgdorferi, bakteri di balik penyakit Lyme.
Kepada 570 relawannya, Valneva membagikan dua macam dosis vaksin itu dalam tiga kali suntikan, sementara yang lain diberikan plasebo atau air sebagai kontrol. Pada dua kelompok relawan yang menerima dosis aktif belakangan ditemukan terproduksi antibodi dalam jumlah signifikan melawan enam serotipe protein B. Burgdorferi yang paling sering muncul.
Saat ini, VLA15 adalah satu-satunya vaksin penyakit Lyme yang aktif dikembangkan secara klinis. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sebenarnya pernah menyetujui vaksin LYMErix pada 1998 lalu. Tapi vaksin ini ditarik lagi tiga tahun kemudian menyusul perdebatan tentang efektivitas vaksin.
Proyek pengembangan vaksin sekarang oleh Valneva mendapat suntikan jutaan dolar dari raksasa farmasi Amerika, Pfizer. Namun disadari masih panjang fase yang harus dijalani kandidat vaksin ini sekalipun nanti berhasil melewati fase tiga uji klinis.
Diperkirakan masih butuh beberapa bulan untuk laporan lengkap uji klinis fase dua dan tahunan untuk menantikan vaksin yang telah teruji lengkap tersedia di pasaran. "Data lebih jauh dari uji klinis tahap dua di bulan-bulan mendatang akan mendukung keputusan untuk dosis dan jadwal berikutnya," kata Wolfgang Bender.
Dalam keterangan terbaru yang diberikan 4 Agustus 2020, Valneva menyatakan mengevaluasi jadwal jangka vaksinasi yang lebih panjang yakni hari ke-1, 57 dan 180.
IFL SCIENCE | VALNEVA | PRECISION VACCINATIONS