Berdasarkan data di Inggris, semakin banyak orang muda yang terinfeksi Covid-19 daripada di awal pandemi. Kasus terbanyak sepanjang 10-16 Agustus misalnya, tertinggi dialami mereka yang berusia 15-44 tahun.
Seperti diketahui, semakin muda usia, semakin risiko Covid-19 berkurang. Jadi, Oke mengatakan, perubahan demografi pasien bisa jadi satu alasan kenapa penyakit seperti tak lagi se-mematikan dulu. Namun Oke dan timnya itu bukan satu-satunya faktor. "Karena masih banyak orang tua yang saat ini teruji positif Covid-19 juga," katanya.
Beberapa ahli yang lain, seperti halnya peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wien Kusharyoto melihat kemungkinan faktor yang paling mungkin adalah perawatan yang lebih efektif saat ini. "Itu juga sangat mungkin karena riset obat antivirus pun sudah semakin terarah," kata Wien kepada Tempo.co, Jumat 28 Agustus 2020.
Paul Tambyah dari National University of Singapore kepada Reuters lebih menyoroti berkembangnya mutasi D614G pada virus corona Covid-19 yang bersamaan dengan turunnya angka kasus kematian di beberapa negara. Mutasi itu telah dketahui menyebabkan virus lebih stabil dan mudah menginfeksi sel hingga sepuluh kali lipat.
"Bisa jadi mutasi itu menyebabkan virus lebih mudah menular tapi berkurang mematikannya," kata Tambyah.
Baca juga:
Balas Diintai Amerika, Dua Rudal Dongfeng Meluncur ke Laut Cina Selatan
Baru Tambyah yang berani menyimpulkan itu. Studi yang dipimpin Erik Volz di Imperial College London meneliti sampel genom virus yang diambil dari 19 ribu pasien Covid-19 di Inggris yang akhirnya meninggal. "Kami tidak melihat risiko kematian yang berkurang karena adanya varian dari mutasi D614G itu," kata Volz dalam hasil studinya yang telah dipublikasikan namun belum peer-reviewed itu.
NEW SCIENTIST