Penemuan jamur ini membawa peluang besar menghasilkan bahan bakar minyak yang lebih bersih. Saat ini, pemerintah di seluruh dunia memberlakukan batas yang amat ketat tentang seberapa besar senyawa yang terkandung dalam bahan bakar minyak, sehingga para produsen minyak berusaha mencari jalan yang lebih efisien untuk membersihkan sulfur dan nitrogen dari produk mereka.
Upaya standar untuk membersihkan sulfur dari minyak mentah (desulfurisasi) biasanya dilakukan dengan mereaksikan minyak dengan hidrogen pada temperatur 455 derajat Celsius sampai 21 juta pascal atau 3000 psi. Tapi hasilnya jauh dari sempurna.
Kemampuan metabolisme sulfur dan nitrogen pada mikrooganisme diketahui mempunyai potensi untuk mencapai hasil serupa dalam kondisi yang jauh lebih normal. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah ilmuwan telah berhasil mengisolasi bakteri desulfurisasi itu. Namun Jalal Shayegan dan timnya di Sharif University of Technology di Teheran, Iran, kini telah menemukan dan mengisolasi sejenis jamur yang tampaknya bisa lebih efisien menyingkirkan sulfur dari minyak.
"Karena tidak mungkin melakukan desulfurisasi seluruh senyawa sulfur yang terkandung dalam minyak mentah berat dengan metode yang ada, maka kami fokus pada biodesulfurisasi minyak mentah," kata Shayegan.
Tim Shayegan mencari jamur tersebut dalam tanah yang terkontaminasi minyak dari tempat penyulingan minyak di Teheran dan ladang minyak Kuhemond di Iran. Mereka mengisolasi beberapa mikroorganisme desulfurisasi baru.
Tes mengungkapkan bahwa salah satu strain jamur Stachybotrys amat efisien dalam menghilangkan sulfur. Jamur pertama diketahui memiliki kemampuan tersebut.
Mereka menguji temuan baru ini bersama beberapa bakteri desulfurisasi. Tim Shayegan menumbuhkan jamur dan bakteri tersebut selama enam hari dalam sampel minyak mentah dari ladang minyak Kuhemond dan Soroush, yang dicampur dengan media berbasis air.
Jamur itu menunjukkan hasil terbaik. Dalam satu sampel, jamur tersebut bisa menghilangkan 76 persen senyawa sulfur dalam waktu tiga hari. Bandingkan dengan kemampuan bakteri yang baru menyamai angka itu setelah enam hari.
Robin van Leerdam di Wageningen University di Bomenweg, Belanda, menyatakan biodesulfurisasi memang amat menjanjikan sebagai sebuah metode untuk menyuling minyak. Namun dia menyatakan pengujian ulang harus dilakukan terhadap bakteri pengurai sulfur lain.
"Efisiensi pembersihan sulfur yang dilakukan oleh jamur ini memang lebih tinggi daripada bakteri yang diuji, tapi perbandingannya tidak berimbang," ujarnya. "Bakteri yang digunakan telah dibiakkan dalam Dibenzothiophene, yang biasa dipakai untuk menyerupai senyawa sulfur dalam minyak mentah, bukan dalam minyak mentah langsung."
TJANDRA | NEWSCIENTIST