TEMPO.CO, Kotawaringin Barat - Banjir dan longsor telah memerangkap 10 orang dalam tambang emas tradisional di Desa Sungai Seribu, Kelurahan Pangkut, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat , Kalimantan Tengah. Baru tiga orang yang jasadnya telah ditemukan dan evakuasi.
Longsor dan banjir terjadi pada Rabu 18 November 2020 dan upaya penyelamatan telah dilakukan sejak Kamis di antaranya dengan memompa air ke luar lubang. “Hingga hari keempat ini kami masih terus melakukan pencarian terhadap tujuh korban yang masih tertimbun longsor,” kata Kepala Badan SAR Nasional Palangka Raya, Hariyadi, ketika dihubungi, Minggu 22 November 2020.
Dijelaskan Hariyadi, kendala yang dihadapi tim evakuasi adalah cuaca hujan yang masih kerap mengguyur wilayah itu. Ketika turun hujan, lubang tambang utama sejauh 80 meter dengan lebar tak sampai satu meter itu akan kembali terendam atau tertutup air dan material longsoran.
Itu mempersulit tim evakuasi yang sudah lebih dulu berjuang dengan medan lubang tambang yang sulit karena sempit dan dalam, juga bercabang. “Laporan tim yang turun, bahwa di lubang horizontal itu ada tumpukan material sedangkan pada main hole tertutup air karena dorongan dari lubang horizontal,” ujarnya.
Diduga air meluap dalam lubang tambang dikarenakan para pekerja menggali tanah terlalu dalam hingga tembus ke lubang lain yang sudah lama tidak kerjakan. Pada saat itu air hujan yang tertampung dalam lubang lain masuk lubang tempat penambang bekerja lalu memicu longsor.
Pada Jumat lalu, tim berhasil mengevakuasi 3 orang dalam kondisi meninggal. Pencarian sisanya, kata Hariyadi, akan dilakukan hingga 25 November, menggenapi masa pencarian tujuh hari.
Baca juga:
Peneliti LAPAN: Hujan Badai Mengarah ke Barat Jawa dan Sumatera
“Setelah itu kami akan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat. Namun tidak menutup kemungkinan pencarian akan kembali dilanjutkan bila ada tanda-tanda untuk ditemukan,” ujarnya.