TEMPO.CO, Jakarta - Deputy Country Head Huawei Consumer Business Group Indonesia, Lo Khing Seng, mengungkap nasib ponsel Huawei jika perusahaan asal Cina itu kembali rujuk dengan raksasa teknologi Amerika Serikat, Google.
"Saat ini kita memakai HMS karena Google tidak boleh bekerja sama dengan Huawei, ada ketentuan politis itu. Tetapi, kalau semisal nanti Google bisa lagi, kami akan mengembangkan HMS secara terus menerus," ujar Lo Khing Seng dalam konferensi pers virtual usai peluncuran Huawei Mate 40 Pro, Selasa, 15 Desember 2020.
Pengguna Huawei, menurut Lo Khing Seng, akan memiliki dua opsi, baik layanan dari Huawei, Huawei Mobile Services (HMS), maupun Google, seperti pada Huawei P30 Pro.
"Jadi, konsumen masih bisa memilih nanti apakah memakai Google atau HMS," kata Lo Khing Seng. Meski begitu, dia menekankan bahwa HMS akan menjadi masa depan Huawei.
"Kalau diizinkan tinggal diaktifkan, Google services ready dan Huawei services juga ready, namun sudah pasti Huawei tidak akan meninggalkan HMS, karena itu juga future Huawei, dan akan mengintegrasikan Huawei dengan OS barunya nanti," Lo Khing Seng melanjutkan.
Pada September, Huawei telah memperkenalkan sistem operasi terbaru HarmonyOS, yang dikerjakan secara mandiri. Berkaitan dengan hal itu, Lo Khing Seng mengatakan bahwa HarmonyOS merupakan jawaban untuk ekosistem 5G yang dikembangkan Huawei.
Menurut Lo Khing Seng, 5G tidak hanya membutuhkan speed dan latency, tetapi juga konektivitas, seiring dengan perkembangan produk IoT yang terus berkembang.
"Huawei dengan Harmony OS ini mencoba untuk bisa mengintegrasikan secara keseluruhan. Untuk menjawab tantangan ini, kami mencoba tampil sebagai OS baru yang bisa menjawab tantangan-tantangan di era 5G ke depan," kata Lo Khing Seng.
Sementara itu, Huawei baru saja merilis ponsel flagship Mate 40 Pro yang dibanderol Rp 15,999 juta. Belakangan, Huawei memang cenderung membawa perangkat high-end ke pasar Indonesia.
Menurut Lo Khing Seng, hal itu dilakukan dalam upaya mengedukasi konsumen, agar lebih familiar dengan teknologi Huawei, termasuk HMS.
"Saat ini konsumen sudah melihat layanan mobile alternatif seperti Huawei, dan mereka sudah terbiasa, kita akan masuk entry level secara masif nantinya, karena memang pasar Indonesia mayoritas masih di entry level," ujar Lo Khing Seng.
ANTARA