Alasannya, percepatan getaran tanah yang terjadi saat gempa sudah mengalami atenuasi atau perlemahan sesampainya di Pulau Enggano dan daratan Bengkulu. Daryono menyebutkan
Selain faktor jarak itu, pusat gempa yang terjadi di bidang kontak antar lempeng ini menjalar melalui batuan keras di Pulau Enggano. Batuannya tersusun oleh batuan taji atau prisma akresi yang sangat keras sehingga dapat mengalami deamplifikasi atau peredaman.
Sudah lazim selama ini, kata Daryono, "Gempa kuat yang bersumber di zona megathrust Sumatra relatif mengalami peredaman di Pulau Enggano, Kepulauan Mentawai, Kepulauan Batu, Pulau Nias dan Pulau Simeulue."
Gempa Enggano berpusat di bidang kontak antar lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Tepatnya di Segmen Megathrust Enggano yang memiliki magnitudo tertarget 8,4. Sebelumnya segmen itu sudah melepaskan energinya pada pada 4 Juni 2000 dengan magnitudo 7,9.
Gempa besar saat itu membuat 94 orang meninggal dan lebih dari 1.000 orang luka-luka. Sedikitnya pula 15.000 rumah rusak berat.
Gempa besar 20 tahun lalu juga dari kedalaman dangkal. Episentrumnya terletak diantara Kota Bengkulu dan Pulau Enggano, sehingga berdampak di Pulau Enggano dan wilayah Provinsi Bengkulu. Meskipun segmen Megathrust Enggano sudah rilis energi dengan gempa besarnya pada 2000, pergerakan di segmen ini harus tetap diwaspadai karena secara umum gempa belum bisa diprediksi.